Bab 32

15K 1.4K 51
                                    

Bagian 32 : SEKARANG ADALAH FATHUR VERSUS BARA

.

.

.

Bara sebenarnya sudah ada di depan apartemen Dinara. Kebetulan, pintu masuk ke dalam tidak tertutup. Seolah sengaja di buka. Pikiran Bara, Dinara tau kalau teman – temannya akan datang dan dia malas untuk bulak – balik membuka pintu. Jadi dia sengaja membuka sedikit pintunya. Agar tidak ada yang merepotlan. Mungkin begitu.

Bara mendengar Dinara tertawa sangat renyah dan seperti tidak ada beban. Bara merasa gagal menjadi kakak untuk Dinara. Dinara tidak pernah tertawa lepas seperti itu sejak masalah Bara yang memberitahu kalau ayahnya Dinara akan menikah dengan ibunya Bara.

Sejak saat itu, Dinara menjadi lebih tertutup untuk Bara dan lebih terbuka untuk orang lain. Dan bagian yang membuat Bara selalu merasa bersalah adalah Dinara tidak pernah akur dengan ayah dan ibunya sendiri.

"Bara ?"

Bara memalingkan wajahnya dari pintu kamar apartemen Dinara ke arah suara yang datang. Bara cukup terkejut mendapati Fathur dengan stelan santainya. Dengan kaus hitam polos dan celana jeans pendek sebatas lutut.

"Beneran Bara ternyata." Kata Fathur lagi kemudian memasukkan tangan ke saku jeans. Satu tangan lagi meminum minuman kaleng yang tadi ia bawa.

"Lo ngapain di sini ?" Tanya Bara dengan sikap dinginnya.

Fathur terkekeh lalu menyeruput minuman kalengnya. Dia bersandar di tempok lorong apartemen itu.

"Gue tinggal di sebelah."

Dan Bara baru mengerti apa yang di maksud Dinara saat berharap Bara tidak terkejut. Ternyata tentangganya adalah Fathur.

Bara terkejut terntu saja. Meskipun, Dinara mengharapkan Bara untuk tidak kaget, justru Bara sangat terkejut. Pasalnya masa lalu yang Bara tidak suka dari Dinara adalah semua hal yang berkaitan dengan orang yang di depannya. Fathur.

Fathur adalah orang yang ada selama Bara tidak ada. Dan Bara sangat membenci itu. Bara seakan tidak berguna untuk Dinara gara – gara kehadiran Fathur. Entah, tapi Bara sangat membenci Fathur.

"Kalian ngapain di sini ? Masuk cepet."

Dinara akan membeli beberapa makanan di supermarket gedung apartemen ini. Saat dia keluar, ada Fathur dan juga Bara. Mereka seperti berselisih paham di sana. Sikap dingin Dinara saat ada Bara sejenak berubah karena ada Fathur di sisi Bara.

Dinara tersenyum begitu melihat Fathur memberikan minuman kaleng pada Dinara. Bara cukup terkejut begitu melihat Dinara meminum minuman itu tanpa tau di sana ada bekas bibir Fathur.

"Lo mau kemana, Ra ?"

Fathur bertanya pada Dinara yang sedang meminum minuman kaleng yang di berikan Fathur tadi.

Dinara menyelesaikan acara minumnya, menelannya lalu menjawab, "supermarket. Ada makanan kurang."

"Ikut dong. Gue mau beli dudu." Fathur merangkul Dinara dengan santainya di hadapan Bara.

Sedari atdi mungkin Bara sudah menahan emosinya. Dinara sudah bebas seperti itu, Bara tidak suka. Dinara seperti cewek murahan yang biasa di rangkul oleh laki – laki brengsek macam Fathur dan kawan – kawannya.

"Ara." Ucapan dari mulut Bara akhirnya keluar.

"Kenapa ?" Tanya Dinara saat Bara menyebut namanya lembut.

Bara mengambil nafas panjangnya, "ada undangan makan malam malam minggu nanti, mama minta lo dateng."

Perkataan dari Bara membuat Dinara diam. Seharusnya, Bara tidak mengundangnya saat ini. Dinara sedang tidak ingin bertemu keluarganya. Perasaan bahagia Dinara dalam sekejap hilang mendengar suara dari mulut Bara.

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang