Bab 58

103 8 0
                                    

Bagian 58 : SAMUEL VS GUNTUR

Dinara melintasi jalan sepi dengan mobilnya berkecepatan 120 km/jam. Menurut Dinara, ini belum secepat saat dia balapan. hanya saja Bima yang ada di bangku belakang mobil Dinara sudah berpegangan erat takut - takun akan kecelakaan atau tabrakan.

Sejauh ini, belum ada yang menghalangi Dinara. Jalanan masih kosong dan tentu saja Dinara dengan leluasa menyetir dengan kecepatan itu. Bima sudah mengeratkan rahangnya dan juga pegangannya. Guntur hanya tertawa kecil di samping Dinara.

"Masih ada skill balapan, Ra ?"

Guntur tidak tau jika Bima sudah mendengarkannya. Guntur juga tidak tau jika Dinara menyembunyikan hal ini dari Bima. oleh sebab itu, Bima sudah ada di tengah - tengah mereka berdua. Di sela - sela kursi antara Dinara dan juga Guntur.

"Balapan apa ?"

Dinara mendesah, apa mungkin ini saatnya Bima tau semuanya ?

"Balapan mobil, lo ga tau Dinara seorang pembalap handal ?" Tanya Guntur pada Bima yang sedari tadi menatap Dinara.

Bima tidak menghiraukan jawaban yang di berikan Guntur. Bima masih menatap Dinara untuk meminta penjelasan.

"Gue jelasin nanti ya, Fathur bisa jadi lagi dalam bahaya." Ucap Dinara pelan membuat Bima kembali lagi bersandar di kursi belakang Dinara dan Guntur.

Dinara masih saja berkejaran dengan waktu. Samuel harusnya ada di sana. Jika tidak, Dinara akan membakar basecamp itu.

Belokan terakhir untuk sampai ke basecamp Samuel. Dinara menginjak remnya maksimal, karena di depannya sudah berjajar sisa anak buah Samuel. Yang Dinara tau, mereka semua jago bela diri. Dan ini mungkin menjadi pertahanan terakhir Samuel.

Dinara mengeratkan genggamannya pada stir mobilnya. Guntur sudah besiap untuk turun tapi ditahan oleh Dinara. Dinara sudah bisa mendapatkan celah. Hanya butuh beberapa waktu lagi.

"Gue rasa ini di rencanakan Samuel untuk memperlambat. Gimana kalo kita serahin ke mobil belakang ?"

Dinara melirik spion kecil di depan. Spion yang berada di tengah mobil itu menangkap ada beberapa mobil yang sudah datang karena mengikuti Dinara tadi. Guntur juga berhasil memprovokasi anak buah Samuel yang sengaja Samuel korbankan untuk menjalankan rencananya memusnahkan orang - orang dari Guntur dan sedikitnya dari Samuel juga.

Dan itu membuat Dinara tersenyum, pasukannya semakin banyak.

Guntur membuka jendela dan berteriak.

"SERAAAAAAAAAANGGGGG !!!!!"

Tidak lama, Dinara memundurkan mobilnya dan mengambil jalur memutar. Mobilnya naik ke trotoar dan meninggalkan pasukan yang saling serang itu. Beberapa mobil juga mengikuti Dinara. Dan itu cukup bagus, siapa tau, Samuel masih menyimpan pasukan di dekatnya. Dan itu sudah pasti bukan ?

Dinara sudah memarkirkan mobilnya sendiri di halaman depan basecamp Samuel dan anak - anaknya. Lalu Dinara turun di susul Guntur dan juga Bima. Dinara sudah bersiap akan hal jika dirinya harus bertarung melawan Samuel atau bahkan anak buah Samuel. Dinara sudah cukup muak dengan keberadaan Samuel di dalam dunianya.

"Ra, apapun yang terjadi, Samuel adalah lawan gue. Gue yang akan bertarung sama dia." Guntur menyela Dinara yang sudah berjalan menyusul Dinara cepat.

Bima yang ada di samping Dinara juga cepat menyusul Guntur. Dinara juga tidak kalah untuk menyusul mereka. Samuel benar - benar harus di beri pelajaran supaya dia jera. Saat Dinara masuk ke dalam pintu yang menghubungkan satu ruangan itu Dinara sudah melihat orang - orang bertarung.

Mata Dinara fokus pada satu hal.

Fathur ada di tengah - tengah.

Dinara segera mendekati Fathur yang diikat di sebuah kursi. Fathur menunduk dan sudah tidak berdaya. Saat Dinara mendekat sebuah pukulan melayang ke arah Dinara.

Samuel.

Dinara terbangun dari tempatnya jatuh akibat pukulan Samuel di rahangnya. Linu dan juga menyakitkan. Samuel menyerang musuhnya yang sedang lengah.

"Lo ngapain ngelakuin ini ?" Seru Dinara saat Samuel masih saja berdiri dengan santai menatap ke arahnya.

Samuel menggendikkan bahunya tak acuh. "Hanya menguji dan juga seru."

Sialan.

Dinara di tarik mundur oleh Bima. Mereka bertiga di kepung. Berempat dengan Fathur yang masih menunduk tidak sadarkan diri. Mereka saling membelakangi dan berusaha untuk saling mengambil langkah cepatnya.

"Samuel. Lawan lo adalah gue." Kata Guntur dengan suara yang cukup dalam.

Wajah Guntur sama dengan Dinara. Ada bekas pukulan di sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Bima juga. Sudah babak belur akibat lawan tangan kanan Samuel, kini harus bertarung lagi.

"Ya. Gue bakal ngelawan lo di ring seminggu lagi. Tapi untuk sekarang, kayaknya anak buah gue dulu yang bertarung sama lo." Ucap Samuel tersenyum lalu mengkode anak buahnya untuk menyerang Dinara dan teman - temannya.

Untung saja, Dinara dan Guntur juga Bima mendapat bantuan dari orang - orang yang mengikutinya tadi. Walaupun sedikit terlambat tapi tidak apa - apa dari pada tidak ada bantuan sama sekali.

Dinara sudah membuka tali yang mengikat Fathur sambil memperhatikan sekitar. Pertarungan yang cukup sengit antara anak buah Guntur dan anak buah Samuel. Guntur sendiri sudah bertarung dengan Samuel. Pertarungan yang seharusnya dilakukan di ring dengan beberapa penonton yang seolah bertaruh, siapa yang menang atau yang kalah. Pertarungan yang seharusnya menjadikan ajang balas dendam di atas ring. Guntur dan Samuel sangatlah handal dalam hal bertarung.

Dan tentu saja, Dinara tidak bisa hanya menonton. Dinara berusaha membuat Fathur sadar.

"Fathur. Ini gue. Sadar. Bangun Fathur." Kata Dinara setengah membentak Fathur yang tidak kunjung sadar. Dinara masih terus berusaha membuka tali mati yang mengikat Fathur.

"Iya, Ra."

Dinara tersenyum kecil saat mendengar jawaban pelan dari seorang Fathur. Fathur mulai sadar dan tali sudah mulai longgar.

"Lo mau ikut untuk memukuli si brengsek Samuel ?"

Guntur menawarkan untuk setidaknya Dinara membalaskan dendam karena Samuel sudah berani menyentuh teman dekat mereka.

Dinara berdiri di depan Samuel yang sudah babak belur. Guntur juga sama. Samuel sudah terikat sekarang.

"Gue bisa aja bunuh dia sekarang." Kata Dinara pelan.

Bima yang sudah membantu Fathur berdiri cukup terkejut akan ucapan Dinara yang sangat kasar.

"Tapi ga seru dong kalo lo langsung mati. Setidaknya, bisa kita siksa dulu bukan ?"

"Di." Kata Bima pelan

"Kenapa, Bim ?" Sahut Dinara tanpa mengalihkan pandangan dari Samuel yang sudah pasrah akan hal apapun yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.

"Fathur perlu rumah sakit."

Setelah perkataan itu keluar dari mulut Bima, Dinara meninggalkan pandangannya dari Samuel. Lalu menatap Fathur.

"Iya, kita bawa ke rumah sakit." Ucap Dinara panik.

Guntur mendudukkan Samuel di tempat duduk yang sebelumnya di tempati oleh Fathur. Mengikatnya kuat lalu berbisik.

"Gue udah bilang, jangan macem - macem sama gue. Atau temen - temen yang gue kenal."

Dinara berbicara pada seseorang untuk menjaga Samuel di sini.

"Gue bakal panggil polisi dan melaporkan ini sebagai kasus penculikan. Lo bisa tunggu di sini kan ?" Ucapan Dinara diangguki orang itu.

"See you in the jail, bro." Ucap Dinara sedikit berteriak lalu tersenyum miring.

Samuel pasti akan mendekam beberapa lama di penjara. Setidaknya, untuk kali ini saja. Dinara sudah bisa tenang. 

Senior RuwetWhere stories live. Discover now