Bab 48

15.1K 1.2K 247
                                    

Bagian 48 : PERTARUNGAN ANTARA BIMA DAN KAWAN KAWAN

"Jelasin ke gue pelan – pelan gimana bisa lo digebukin sama anak – anak motor sialan itu." Bima meminta penjelasan dari Ryan untuk hal yang melibatkan temannya itu.

Pagi itu, setelah Ryan di obati oleh perawat yang di panggil oleh Bima ke apartemennya, Bima dan Ryan duduk berbincang di depan televisi yang menyala tanpa di tonton seksama.

Bima tentu saja tidak bisa terima begitu saja karena temannya sudah terluka. Bima juga tidak bisa membiarkan anak – anak bermotor itu merasa menang. Oleh karena itu, Bima harus tau, apa dan bagaimana untuk bisa membalaskan perbuatan mereka kepada Ryan.

Ryan mulai menjelaskan bagaimana kronologinya.

Ryan waktu itu sedang berkendara dengan motor gedenya. Niat hati adalah untuk mencari suasana baru sebelum dia pergi ke luar negeri. Pergi dan Ryan tidak tau kapan harus kembali.

Di saat Ryan merasakan ada getaran di ponselnya, Ryan menghentikan laju motornya di pinggir jalan sepi yang lurus. Karena Ryan waktu itu memakai jaket berwarna biru, anak – anak motor yang sudah melewati Ryan sebelumnya berhenti tepat beberapa meter di depan Ryan.

Ryan tidak begitu memperhatikannya, hanya yang Ryan tau, mereka menggunakan motor gede yang hampir serupa dengan milik Ryan. Satu ragam. Semuanya memakai motor yang sama.

"Gue juga ga tau apa salah gue. Hanya saja, gue denger mereka bilang Aphrodite."

Bima memnyesap minuman hangatnya. Teh yang sudah dibuatkan Ryan tadi. Bima rasa malam ini sudah bisa membalas mereka.

"Apa rencana lo, Bim ?"

Tatapan Bima berubah kepada Ryan. Tatapan itu adalah tatapan yang sama saat Bima mengerjai Dinara dengan mencium bibirnya. Dan setidaknya itu bisa dikatakan berhasil oleh tim ubur – ubur.

Dan mudah – mudahan malam ini juga, Bima berhasil dengan rencana dadakan yang membuat Bima sangat yakin dengan keberhasilannya.

* * *

Malamnya, sesuai rencana, Bima, Putra dan juga Ryan memutuskan untuk berada di dalam satu mobil yang sama. Mereka berencana untuk menunggui pemotor itu. Entah nanti Bima dan Putra akan bertarung dan babak belur seperti Ryan kemarin atau bahkan, akan menang dengan wajah penuh senyum. Tidak ada yang tahu.

Bahkan, Bima juga tidak akan tau, bertarung untuk menang atau bahkan untuk sekedar membalaskan dendamnya. Yang sekarang Bima tahu, geng bermotor itu sudah menyakiti temannya dan itu patut di balas.

"Lo kemarin lewatin jalan ini ?"

Ryan mengangguki pertanyaan Bima yang sudah berhenti sebelum jalan lurus di depannya. Bima sudah tidak sabar melihat siapa dan kenapa melakukan hal itu terhadap Ryan yang tidak tahu apa - apa.

Setelah menunggu beberapa lama, Bima dengan cepat turun dari mobil begitu melihat di spionnya ada pengendara motor gede yang mendekat. Ryan akan menyanggah tapi kakinya masih lemah. Dia tidak bisa mengikuti Bima dan Putra yang sudah menghentikan motor – motor di depannya.

"Sialan." Umpat Ryan

"Ada apa, bro ?" seru seseorang dengan helm full face yang di pakainya.

Seseorang itu berada di paling depan. Dan tentu saja itu berhdapan langsung dengan Bima yang dengan sengaja berdiri di jalan yang akan di lewati geng bermotor itu.

"Temen gue kemaren di pukulin sama orang – orang kayak lo lo semua."

Bima dengan super berani menunjuk orang – orang itu. Salah satu dari mereka mendesah lalu membuka helm full facenya dan jika tidak di tahan orang yang sedang berhadapan dengan Bima, pertarungan sudah terjadi saat itu juga.

Orang di depan Bima itu membuka helm ful facenya lalu turun dari motor. Orang itu tersenyum menatap Bima dan Putra.

"Gue ga negrasa orang- orang gue tukang pukul. Orang – orang gue," tunjuk dia kepada orang – orang di belakangnya itu kemudian melanjutkan berbicara, "orang – orang gue itu ga pernah bertanding jika bukan di dalam ring dan bukan di area balapan."

"Temen gue ada di dalam mobil dengan kaki pincang dan luka di wajahnya." Kata Bima menunjuk mobilnya sendiri.

"Mungkin lo salah orang, Bro. Komunitas mo-"

Pernyataan itu tidak di selesaikan karena orang yang sedang berbicara itu tersungkur ke jalan. Putra yang memukulnya. Yang memukul terlebih dahulu.

"Jangan banyak bacot. Lo bukan orang yang baik menurut gue." Itu kata Putra.

Semua orang yang sedari tadi diam memperhatikan ikut turun menolong orang yang tersungkur. Ada sekitar delapan motor yang ada di hadapan Bima. Mereka semua memegang motor masing – masing. Tanpa boncengan.

"Tunggu." Seru orang yang sudah di tolong dari jalanan itu.

Orang – orang yang menolongnya tadi sudah siap akan membalas pukulan yang sudah di dapatkan sang ketua.

"Gue yakin ini cuman salah paham." Katanya lagi.

"Apa yang ngebuat lo berfikir kita salah orang."

"Komunitas motor bukan cuman kita. Dan yang harus lo tau, gue benar – benar ga bisa nahan semuanya jika sudah terluka begini. Jadi mau kita lanjutkan ?"

Bima diam.

Dia sebenarnya tidak terlalu paham dengan komunitas motor. Dia tidak berniat memahami dan bergabung dengan salah satu komunitasnya.

Setelah berfikir panjang, Bima memposisikan untuk mode bertarung. Dan pertarungan itu tidak bisa dihindari.

Saling memukul, menendang dan tentu saja, anggota komunitas motor itu tidak pengecut. Mereka melawan Bima dan Putra satu per satu. Tidak keroyokan.

Tidak lama dari itu, setelah Bima cukup kelelahan untuk bertarung lagi, dua motor yang lain menyusul berhenti dan mungkin akan ikut bertarung. Itulah fikiran Bima. Setidaknya sampai dia mendengar suara yang sangat dikenalnya.

"Abima ?"

Abima diam. Lalu tanpa sengaja itu menjadi kesempatan lawan Bima memukul. Dan pukulan itu mendarat di pelipisnya.

"Guntur." Desah Dinara setelah Bima tersungkur.

"Lo kenal dia, Ra ?"

Dinara mendekati Bima yang sudah duduk tanpa menjawab pertanyaan Guntur tadi.

"Di."

"Lo ngapain sih, Bim ?"

Dinara meringis begitu menekan luka Bima yang membuat Bima mengaduh.

"Lo kenal sama mereka ?"

Dinara melihat siapa yang sedang di tunjuk oleh Bima. Dinara mengangguk setelah memastikan yang di tunjuk Bima adalah teman – temannya di keanggotaan motor balap.

"Kenapa lo kenal sama mereka sih, Di ? Mereka itu ga baik."

Guntur tertawa. "Yang ga baik itu temen lo. Main serang tiba – tiba. Kita juga ga mau ada keributan. Tapi kalian yang udah maksa kita."

Bima mendecih, "Ryan bonyok gara – gara mereka, Di."

"Ryan ?"

Putra kini minimpali sambil membawa Ryan.

"Lo pada kenal sama orang itu ?" Guntur yang bertanya pada anak – anak di belakangnya memastikan bahwa mereka tidak pernah berbuat salah.

"Yan, mereka –"

"Gue berniat mau berhentiin lo pada. Mereka bukan mereka yang gebugin gue kemaren. Kaki gue masih sakit, anjinc." Ryan mendesah.

"Jadi ini cuman salah paham ?" 

Senior RuwetWhere stories live. Discover now