Bab 52 - The Truth

1.6K 41 7
                                    

20 tahun yang lalu.
Jakarta, Indonesia.

Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya.

“Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah.

Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi.

“Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon.

Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel.

“Menghilang secepatnya dari kehidupanku. Aku sudah mentransfer uang sesuai kesepatan kita. Jangan sampai Evan mengetahuinya. Kau mengerti?” ujar Cathrina dengan rasa terengah-engah karena emosi. 

Matanya terkejut ketika melihat pintu kamarnya sedikit terbuka, wanita itu segera menuju pintu, membuka lebar pintu kamar dan menatap kesekelilingnya. Tidak ada seorang pun yang ada didepan pintu kamarnya.

Jason bersembunyi didalam selimut, tubuhnya bergetar hebat. Seorang anak kecil baru saja mendengar hal yang mengerikan. Hal yang tidak patut untuk didengar. Airmata Jason berjatuhan seiring dengan bergetarnya tubuh kecilnya.

Keesokan Jason mengalami demam tinggi sampai tiga hari lamanya, dan semenjak itu ia tidak pernah lagi menegur sapa kakaknya karena rasa bersalahnya.

&&&

Daniel diam membisu mendengar cerita yang keluar dari bibir Jason. tatapannya hanya berpusat pada satu titik, pikirannya menjadi blank akan informasi yang baru saja ia dengar. “Lalu… Kenapa ayah mengatakan kalau dialah yang membunuh bunda?”.

Jason menggelengkan kepalanya. Airmata terus mengalir dipipinya.
“Ak.. Aku tidak tau kak. Tapi.. Itulah yang aku dengar dari mama”.

Anya yang menyadari Daniel dan Jason tidak kembali ke ruang tamu segera menyusul ke balkon samping, langkah terhenti ketika melihat Jason yang berlutut dan Daniel yang mematung.

“Jadi… Jadi selama ini…” Daniel tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

“Ada apa kak Ira? Kenapa kakak berhen…” Ucapan Vero terputus ketika melihat pemandangan yang sama yang Anya lihat.

“Maafkan aku.. Aku begitu takut saat itu. Aku tidak tau harus berbuat apa jadi aku menyembunyikan rahasia ini darimu. Aku pikir… Aku pikir kalau itulah yang terbaik. Tapi sekarang…”

Daniel mendadak susah bernapas, berbagai kelakuan kasar yang ia lakukan kepada mendiang ayahnya seperti menamparnya bertubi-tubi, laki-laki itu menyeret langkahnya masuk keruang samping menuju kamarnya.

“Daniel. Apa yang terj…”

Daniel berlalu begitu saja dihadapan Anya. Ia memukul pelan hatinya, mencoba menghilangkan rasa sakit yang membuatnya begitu menderita.

“Jason. Sayang, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Vero memeluk tunangannya.

“Ve…”

“Ya. Aku ada disini”

“Aku melakukan kesalahan besar” ujar Jason lemah.

Vero memeluk Jason dengan erat, mencoba menguatkan tunangannya. Ia melihat kembali Jason yang rapuh. Jason yang sama seperti Jason 4 tahun yang lalu.

&&&

Anya masuk ke dalam kamar Daniel setelah mengantar Jason dan Vero pulang sampai ke pintu apartemen. Lelaki itu duduk dengan tatapan kosong.

“Daniel” panggil Anya pelan.

Tidak ada respon dari Daniel, lelaki itu seperti punya dunianya sendiri. Anya memutuskan untuk memeluk diam kekasihnya. Mereka berpelukan tanpa kata.

“Apa yang sudah aku lakukan Anya?” tanya Daniel sedih.

“Apa yang sebenarnya terjadi Daniel?” Anya memberanikan diri untuk bertanya.

Daniel melepaskan pelukannya dan menatap sendu kedalam mata gadis itu. Mengalir lah cerita mengapa Daniel berpisah dari keluarga William dan mengenai pembunuhan ibunya.

Anya kembali memeluk Daniel yang seakan sangat rapuh saat ini. Matanya membulat, ia tidak akan menyangka bahwa masa lalu Daniel sepahit itu. Memikirkan Daniel yang masih kecil merasakan penderitaan seperti itu membuat air mata Anya mengalir tanpa bisa ia cegah.

“Anya. Apa yang sudah lakukan? Aku membenci ayahku sendiri, aku… Aku bahkan membunuhnya” ujar Daniel lemah.

“Tidak Daniel. Kau tidak melakukannya, semua karena salah paham. Yang salah adalah takdir yang mempermainkanmu dan keluargamu” jelas Anya menghibur walaupun ia juga menangis.

“Tapi.. Perlakuanku selama ini kepada ayah, aku bahkan mengatakan kepadanya untuk menghilang dari dunia ini” Suara Daniel terdengar bergetar. Anya bisa merasakan bahunya yang basah oleh airmata.

“Semua orang pernah melakukan kesalahan. Kau melakukan itu karena tidak tau yang sebenarnya” jelas Anya kembali.

Daniel mengeratkan pelukannya. Beberapa saat kemudian sebuah pertanyaan membuat Daniel kembali melepaskan pelukan Anya.

“Menurutmu mengapa ayah mengatakan bahwa dialah yang membunuh bunda?” tanya Daniel bingung.

Anya hanya diam. Ia tidak tau jawabannya.

“Kepada siapa aku bertanya supaya aku tau mengapa ayah melakukan itu?” tanya Daniel kepada dirinya.

“Nyonya Cathrina? Tidak. Ia tidak akan memberikan informasi apapun” Daniel terus berbicara kepada dirinya. Anya hanya mendengarkan dalam diam.
Mata membulat ketika mengingat satu nama yang terbersit dibenaknya.

“Kita harus pergi Anya” ujar Daniel memutuskan.

“Kemana Daniel?” Anya berbalik tanya.

“Kau harus mengemas pakaianmu. Kita tidak punya banyak waktu. Ayo Anya. Bersiap-siaplah” ujar Daniel mulai mengambil koper 

Anya gelagapan sesaat lalu berlari ke kamarnya untuk melakukan yang sama. Beberapa saat kemudian mereka keluar dari apartemen menuju bandara Los Angeles.

Setelah menunggu setengah jam mereka pun berangkat menuju ke San Francisco.

&&&

“Good evening Daniel. I am so surprised that you come here” ujar Elianor menyambut kedatangan tiba-tiba Daniel.

“Mom. I need to talk” ujar Daniel serius.
Elianor terdiam seraya menyerngitkan keningnya. Didalam rumah Anya masuk kedalam kamar memberikan privasi kepada Daniel untuk berbicara serius dengan ibunya.

Elianor mencengkeram kuat topangan kursi, matanya menatap gelisah dan terkejut setelah mendengar semuanya yang Daniel ketahui mengenai kematian ibu kandungnya.

“Apa mom tau mengapa ayah melakukan itu? aku sangat tidak mengerti. Aku berpikir karena ayah sangat mencintai nyonya Cathrina tapi aku tidak ingin menduga-duga. Aku ingin mengetahui yang sebenarnya” jelas Daniel.

Elianor berdiri dengan berlahan dan duduk disamping Daniel kemudian memeluk erat anak laki-lakinya.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang