Bab 23 - Rotten Jerk

9.4K 588 97
                                    

Anya menatap handphone yang berbunyi monoton lalu menghela napas panjang, menenangkan hatinya yang sempat takut ketika mendengar teriakan Daniel.

"Kenapa kak Ira?" Tanya Jason melihat perubahan ekspresi Anya.

Anya menoleh lalu tersenyum dan menggeleng lemah. "Tidak apa apa" Walaupun pikirannya masih tersita dengan apa yang menyebabkan Daniel begitu meradang. Padahal baru saja laki-laki itu tampak sangat senang.

Jason hanya tersenyum, ia menebak apa Anya bicarakan dengan Daniel lewat telepon. Namun Ia tidak akan menyangka akan ketahuan secepat ini.

"Oh ya. Bagaimana kabar nyonya Cathrina?" Tanya Anya mengubah topik pembicaraan.

Senyuman Jason menghilang sesaat, ia tidak menduga bahwa Anya akan menanyakan kabar mamanya. Sebisa mungkin Jason melupakan sosok ibu yang tidak berperan sebagaimana mestinya itu.  "Dia baik"

"Ayo kita makan lagi" Kali ini Jason yang mengalihkan pembicaraan.

Anya tersenyum dan mengangguk..

"Anya!!" Teriakan Daniel membuat Anya menoleh dan terkejut ketika bibirnya dicium oleh Daniel, laki-laki itu tanpa basa basi langsung menciumnya sambil menatap tajam ke arah Jason yang duduk dengan santai.

Anya membulatkan matanya tanpa tahu harus berbuat apa, jantungnya berdetak sangat cepat ia bahkan susah bernapas karena detakan kuat dan cepat jantungnya.

Daniel melepaskan ciuman dan menarik tangan Anya dengan kasar untuk ikut bersamanya. Sedangkan Jason hanya tersenyum menyeringai, pekerjaannya mulai membuahkan hasil. Perkiraannya sangat tepat Anya mempunyai hubungan khusus dengan Daniel. Dendamnya akan berjalan semakin mudah.

Beberapa detik kemudian senyum Jason menghilang ketika mengingat keterkejutan Anya ketika di cium Daniel, sebenarnya ia tidak ingin menggunakan teman masa kecilnya untuk memudahkan balas dendamnya, namun Jason tidak bisa menemukan hal lainnya yang bisa dijadikan untuk alat balas dendam.

Jason menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa bersalahnya terhadap Anya.

&&&

Sepanjang jalan Daniel dan Anya hanya terdiam dengan pikiran mereka masing masing. Anya melirik Daniel dengan ujung matanya, ia memegang pelan bibirnya yang basah dan masih terasa akan ciuman yang baru saja terjadi.

Jantungnya semakin berdetak cepat, berbagai kemungkinan bermunculan di kepalanya. Apa Daniel mulai menyukainya? Atau laki-laki itu cemburu dengan teman masa kecil sekaligus mantan majikannya? Atau Daniel hanya mempermainkannya?.

Pemikiran terakhir membuat sinar mata Anya meredup, ia menghela napas panjang, sangat tidak suka dengan pemikiran terakhirnya namun satu hal yang pasti, sekarang ia menjadi yakin bahwa ia memang mulai menyukai laki-laki di sampingnya.

Walaupun logika melarangnya namun hati Anya mulai muncul harapan bahwa Daniel akan menyukainya juga.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di apartemen dan Daniel keluar dari mobil dan berjalan masuk apartemen terlebih dahulu tanpa menunggu Anya keluar mobil.

Anya segera menyusul dengan langkah cepat.

"Jadi kenapa kau sampai mengenal Jason William?" Tanya Daniel memulai pembicaraan mereka di ruang tamu.

Anya tidak menduga Daniel akan membahas Jason bukannya tentang ciuman mereka. "Dia teman masa kecilku" 

Rahang Daniel mengeras. "Mengapa kau berbohong Anya?" Suara laki-laki itu menjadi rendah, mendesis diantara gigi-giginya 

Anya menyipitkan mata. "Aku tidak berbohong, dia memang teman masa kecilku. Aku bekerja di keluarganya jadi kami sering menghabiskan waktu bersama". Anya sedikit kesal akan tuduhan tidak beralasan laki-laki di hadapannya. 

Daniel mengernyit tidak mengerti. "Aku tidak mengerti penjelasan mu" Bagaimana bisa gadis biasa seperti Anya berteman dengan Jason yang notabene berasal dari keluarga berada. Itu sangat tidak masuk akal.

"Seperti yang ku katakan. Sewaktu kecil aku pernah bekerja di keluarga William jadi secara tidak langsung aku juga menghabiskan waktu bersama dengan Jason" jelas Anya kembali.

Daniel semakin bingung, ia juga berada di rumah itu sewaktu kecil namun ia tidak mendapati anak perempuan bernama Anya di dalam rumah tersebut. apa mungkin Anya bekerja di rumah itu ketika Daniel mulai meninggalkan keluarga itu. Tapi sebuah nama yang ada di pikirannya membuat mata Daniel membulat.

Tidak. Tidak mungkin itu dia, batin Daniel membantah.

Daniel menelan ludahnya. Tidak siap dengan pertanyaan yang ia ajukan. "Kau... Ira?".

Anya tertegun. "Kau mengenalku waktu kecil? Kau baru saja memanggil nama kecilku".

Gigi Daniel gemerutuk, ia tidak menyangka bahwa Anya adalah Ira yang ia kenal waktu kecil. "Jadi.. kau adalah Ira?" Ia kembali bertanya untuk memastikan.

Anya mengangguk dengan bingunf"Kau mengenalku Daniel?" Ia tidak mengingat bahwa ia pernah bertemu dengan Daniel sebelumnya. Ia hanya mengenal keluarga William ketika ia kecil.

Daniel memegang dagunya dengan tangannya yang terkepal dan bergetar. Jika Anya adalah Ira maka Daniel sudah tertipu selama ini, Anya pasti bagian dari rencana balas dendam Jason kepadanya. Daniel tidak menyangka dan tidak mau percaya akan kesimpulan yang ada di kepalanya.

"Jadi selama ini kau..." Daniel tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia begitu shock dengan kenyataan tersebut.

"Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan? Bukankah harusnya kau membahas tentang ciuman tadi?" Tanya Anya dengan suara pelan. ia harus menanyakan tentang ciuman itu. Jantungnya kembali berdetak kencang. 

Daniel terkejut dengan pertanyaan Anya, ketika melihat gadis itu tersenyum ramah ke arah Jason, Daniel tanpa sadar langsung mencium Anya. Ia sangat ketakutan akan kehilangan Anya dan berpikir bahwa Jason akan mengambil gadis itu darinya. Namun sekarang ia malah di permainkan dari awal, simpul Daniel. Ia sungguh bodoh.

"Aku hanya ingin menciummu. Kenapa kau mempermasalah hal sepele itu?" tanya Daniel dengan senyum menyeringai.

Anya terkejut, jantungnya berdenyut nyeri ia bahkan menggigit bibirnya agar tidak menangis saat itu juga. "Kau hanya mempermainkan ku?" Suaranya terdengar serak. Matanya mulai memanas.

"Ya. Aku yakin kau pasti sudah banyak mencium lelaki kan? Jadi kau tidak mempermasalahkan ciuman singkat itu bukan?" Daniel berusaha kuat untuk menunjukkan wajah bersalah karena telah melukai Anya dengan perkataannya. 

Daniel jadi memikirkan tentang Anya yang berciuman dengan Jason. Tangannya bergetar pelan karena kepalan kuat.

Anya semakin terperangah, ia bahkan tidak bisa mengeluarkan suaranya karena rasa sakit di hatinya membuat suaranya tercekat.

Tatapan Daniel melunak ketika melihat airmata yang mengenang di pelupuk mata Anya, namun ia kembalikan mengeraskan hatinya. Tidak. Gadis ini hanya bersandiwara. "Apa kau menginginkan lebih dariku?".

Anya menampar Daniel dengan kuat, air matanya mulai mengalir. "Youre a rotten jerk. I hate you" Ia berlari ke kamarnya.

Daniel mematung karena tamparan Anya, terlebih melihat raut wajah sangat kecewa gadis itu. Ia duduk di sofa dan menundukkan pandangannya.
"Damn it! ".

Walaupun ia tahu bahwa Anya bekerjasama dengan Jason untuk mempermainkan perasaannya namun Daniel tidak tahu mengapa ia terkejut melihat raut wajah Anya yang terlihat kecewa kepadanya.

----

Semoga kalian suka dengan bab ini. Jangan lupa vote dan komen ya. Thanks a lot.

IG : riantiamna
FB : riantiamna

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang