Bab 22 - Lunch Box (2)

9.3K 585 80
                                    

Anya menatap ruangan kerja yang luas dan rapi dengan tatapan kagum. Anya meletakkan kotak makan siang di atas meja dan segera menuju sebuah lemari kecil yang terdapat di samping dinding dan mengambil sebuah buku yang lumayan tebal, kemudian membacanya.

"Mana bekal makan siang ku?"

Suara Daniel membuat Anya menutup buku bacaannya dengan cepat, ia tersenyum takut kepada Daniel karena telah membaca buku tanpa seizin laki-laki itu terlebih dahulu, ia takut Daniel akan kembali marah seperti yang terjadi ketika ia masuk ke dalam ruang kerja pribadinya.

"Maaf, aku membaca buku mu tanpa meminta izin dulu" Anya menundukkan wajahnya. 

"Tidak apa apa, jadi dimana bekal makan siang ku?" Daniel mengibaskan tangannya, sama sekali tidak mempermasalahkannya. Ia mencari barang bawaan Anya dan menatap tas kecil berwarna biru yang berisi bekal makan siang, Daniel segera mengambil tempat duduk di hadapan Anya. Gadis itu langsung membuka tas kecil dan mengeluarkan kotak dan botol termos kecil.

"Kopi?" Tanya Daniel antusias.

Anya ikut tersenyum melihat tatapan cerah Daniel, ia mengangguk lalu mengambil gelas kosong yang terdapat di ujung ruangan, menuangkan kopi panas dan memberikan kepada Daniel.

Daniel menyeruput pelan kopi dan tersenyum puas merasakan enaknya kopi buatan Anya. "Kopi mu memang yang terbaik dan kau memang yang terbaik"

Anya menaikkan alisnya dengan heran. "Apakah akan ada badai hari ini?" Ia menatap langit yang cerah dari balik dinding kaca gedung. 

Senyuman Daniel menghilang. "Apa maksudmu?". 

"Kau sangat jarang memujiku, aku kira akan ada badai hari ini" Ucap Anya mencoba bergurau.

"Haha, sangat lucu" Jawab Daniel dengan wajah datar.

Anya menjadi tersenyum melihat wajah datar Daniel. "Lalu apa terjadi hal baik?".

Daniel tersenyum miring. "Aku mendapatkan kontrak kerja dengan seorang klien yang selama ini aku kejar" Ia mengangkat wajahnya dengan bangga. 

"Ohya, berapa nilai kontrak kerjanya?" tanya Anya ikut senang dengan kabar baik itu.

"Lima puluh juta dollar" Jawab Daniel yang semakin bangga, ia senang melihat tatapan kagum Anya.

Anya membuka lebar mulutnya, ia begitu terperangah dengan jumlah nominal yang Daniel sebutkan. Berapa digit angka yang terdapat dalam nominal itu. "Shut up, Seriously?!!" Matanya membulat sempurna, ia menatap tidak percaya bahkan menutup mulut dengan kedua tangannya.

Sinar bangga semakin mengental di wajah Daniel, ia mengangguk begitu pongahnya.

Anya memekik pelan dan segera memeluk Daniel.  "That's so amazing Daniel, haruskah kita merayakannya? Hm aku harus memasak apa ya nanti malam? Kau ingin apa Daniel, aku akan memasak apapun yang kau minta" Ia terus berceloteh sembari merencanakan perayaan apa yang harus ia selenggarakan, seakan ialah yang memenangkan tender itu.

Daniel tertegun, ia tidak menduga bahwa Anya akan memeluknya lalu ia segera membalas pelukan itu.

Anya tersadar akan posisinya saat ini, ia segera melepaskan pelukannya dan duduk kembali dan memperbaiki rambutnya tampak salah tingkah "Ma.. maafkan aku" Wajahnya mulai memanas, jantungnya berpacu dengan sangat cepat.

Daniel tampak sedikit kecewa melihat pelukan kosongnya. "Haruskah kita merayakannya?". Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia terlalu terkejut dengan pelukan tiba-tiba gadis di sampingnya.

Anya menatap ke lantai di sampingnya karena tiba-tiba menjadi gugup. Wajahnya mulai memerah. Matanya menghindari tatapan Daniel. "Kalau kau mau merayakannya aku bisa memasakkan sesuatu".

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang