Chapter 5 - Seriously?!

12.8K 807 61
                                    

Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan.

"Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut.

"Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.

Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual.

"Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.

Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan.

"Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.

Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel.

"Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.

James tertawa pelan.

"Apa yang kau lihat dari gadis desa itu?" tanya James penasaran.

"Sometimes it's good to change my taste" jawab Daniel tersenyum misterius.

James hanya menggelengkan kepalanya lalu memanggil salah anak pekerja untuk memanggilkan Anya.

Beberapa menit kemudian Anya muncul lalu menghela napas ketika menatap Daniel yang duduk ditempat biasanya, di sebelah kanan sebuah meja bundar terdapat sebuah sofa berwarna merah yang berbentuk setengah lingkaran.

"Hey, ada apa dengan reaksi mu?" tanya Daniel tidak senang dengan helaan napas Anya.

"Harus berapa kali aku katakan kalau aku bukan pelayan ataupun hostess disini" ujar Anya malas.

"Kau perempuan tidak tahu terima kasih. Aku melakukan ini karena kasian kepadamu" ujar Daniel kesal.

"Aku tidak butuh rasa kasihan mu" ujar Anya lalu mulai duduk di samping ketika mendapati James yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"Ayolah, jangan munafik. Akui saja kalau kau butuh bantuaynku. Kau butuh uang bukan?" tanya Daniel lalu meneguk vodka nya.

"Tentu saja aku butuh. Semua orang membutuhkan itu" jawab Anya membenarkan.

Daniel tersenyum menyeringai lalu menyodorkan sebuah gelas vodka ke arah Anya.

"Aku tidak bisa minum tuan" ujar Anya bersikap formal.

"Kau perempuan kaku" komentar Daniel memutar bola matanya.

Anya hanya diam menanggapi komentar Daniel.

"Ayolah kau harus meminumnya sedikit, sangat tidak nyaman harus minum sendirian" ujar Daniel masih tidak mau mengalah.

"Sudah ku bilang bukan kalau aku ti..." 

"Apa kau ingin aku memanggil James?" tanya Daniel mengancam.

Anya menelan ludah dan melirik ke arah James yang terus mengawasinya dengan tajam.

Perlahan Anya meraih gelas berisi vodka dari tangan Daniel lalu meneguk beberapa kali . Rasa panas membakar segera melewati tenggorakan nya. Anya terbatuk-batuk karenanya.

Daniel terkekeh melihat Anya yang mencoba meredam batuk yang mencekik lehernya. 

"Kau benar-benar tidak bisa minum rupanya" ujar Daniel terkekeh.

Anya berdecak kesal mendengarkan komentar Daniel namun rasa panas di tenggorokannya membuat Anya tidak bisa menghardik laki-laki itu.

"Kalau kau tidak bisa minum mengapa kau bekerja di bar?" tanya Daniel.

Anya menatap tajam ke arah lelaki dihadapannya.

"Sudah ku bilang aku bukan pelayan" ujar Anya kesal.

Daniel membuka mulutnya pertanda mengerti, ia terkekeh kembali mengingat Anya yang menderita hanya karena beberapa tegukan vodka.

"Ya tuhan, ini sangat menyenangkan. Kau harus minum sedikit lagi" ujar Daniel tersenyum menyeringai.

"Kau!!" bentak Anya.

Daniel hanya tersenyum tidak pengaruh oleh bentakan Anya.

"Kau tidak ingin kehilangan pekerjaanmu bukan?" tanya Daniel kembali mengancam.

Anya semakin meradang melihat sikap pongah Daniel namun sama sekali tidak bisa melawan kata-kata laki-laki itu. Ia bisa merasakan tatapan tajam James dibelakangnya karena bentakannya tadi.

Dengan kesal mengambil gelas vodka tersebut lalu langsung meneguk dengan cepat dan menghabiskan vodka tersebut membuat Daniel terkejut dengan sikapnya.

Rasa pusing mulai menghampiri Anya membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Anya, kau tidak apa apa?" tanya Daniel yang menyadari bahwa Anya mulai mabuk.

Anya menoleh dan menatap tajam ke arah Daniel.

"Tentu saja aku tidak apa apa. Ini bukan masalah yang besar bagiku" ujar Anya yang mulai kehilangan fokusnya.

"Sepertinya kau mulai mabuk Anya" ujar Daniel mengawasi Anya.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Ternyata aku bisa meminum minuman ini" ujar Anya menunjukkan gelasnya lalu terkekeh.

"Tidak kau sudah mabuk Anya" ujar Daniel lalu mulai berdiri dan menarik lengan Anya, menyuruh gadis itu untuk berdiri.

"Jangan menyentuhku you crazy bastard" ujar Anya sambil menepiskan lengannya.

Daniel terperangah tidak percaya. Baru kali ini ada yang memakinya seperti itu.

"Ayo kita pergi" ujar Daniel.

"Aku tidak mau. Aku ..." 

Ujaran Anya terputus ketika rasa mual mulai naik ke dadanya, gadis itu menutup mulutnya menahan rasa mual.

"Aku harus ke toilet"

Anya berdiri dan berjalan dengan linglung menuju toilet sambil tetap menutup mulutnya dengan tangan, di pertengahan jalan Anya di tarik dan di peluk oleh seorang laki-laki yang berusia tiga puluhan.

"Lepaskan aku" ujar Anya mendorong laki laki itu.

"Ayolah bitch, kau tidak bisa menolaknya" ujar laki-laki itu.

Daniel menatap datar ke arah mereka berdua lalu menghampiri dan menarik Anya ke pelukannya.

"Hey, siapa kau? Kau merusak kesenanganku" ujar laki laki itu.

"Dia milikku pak tua" ujar Daniel dalam bahasa Indonesia.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti" ujar laki laki itu.

"Aku bukan milikmu brengsek" ujar Anya yang juga berbahasa Indonesia, ia mencoba melepaskan pelukan Daniel dengan mendorong dadanya namun tidak membuahkan hasil.

"Kemari kan pelacur ku" ujar laki-laki itu mencoba meraih Anya dari pelukan Daniel.

Dengan tenang Daniel menangkap tangan laki laki itu lalu memelintir ke belakang, sang laki laki menjerit kesakitan.

"I said. She is mine. Clear?" tanya Daniel penuh tekanan.

"Ya ya. Aku mengerti. Lepaskan aku" ujar laki laki itu kesakitan. 

Daniel melepaskan kuncian tangan pada laki laki itu dengan kasar, James yang sedari tadi mengawasi segera mendatangi Daniel ketika laki laki itu memanggilnya dengan isyarat tangan.

"Kau tau Anya tinggal dimana?" tanya Daniel

"Anya tinggal di atap gedung ini" jawab James.

"Apa?" tanya Daniel tidak percaya.

"Ya. Sudah hampir sebulan Anya tinggal di atap gedung ini" jelas James.

Daniel menatap Anya yang mengoceh tidak jelas dipelukan nya.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang