Chapter 8 - Holy Shit

11.5K 695 41
                                    

Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan.

"Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja.

Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi.

"Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini.

"Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. 

Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam.

"Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya.

Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus dollar, memberikannya kepada Anya.

"Ini sangat banyak Daniel" Anya terperangah melihat uang di tangannya. 

"Beli apapun yang kau perlukan dan satu lagi" Daniel mengambil sebuah buku catatan kecil dan menulis beberapa huruf dan angka, merobeknya lalu menyerahkannya kepada Anya. 

"Itu kode apartemenku. Kau harus mengingatnya" 

Anya mengangguk sembari melihat beberapa angka yang tertulis di kertas. 

"Ngomong-ngomong, kopi buatanmu enak" komentar Daniel lalu melanjutkan kembali sarapannya.

Anya tersenyum senang. Ini pertama kali Daniel memujinya.

"Aku pernah bekerja di cafe dan belajar bagaimana membuat kopi yang enak" Nada bangga terselip dalam ucapan Anya, gadis itu sedikit mengangkat wajahnya tampak angkuh. 

Bibir Daniel berdenyut, apa yang bisa dibanggakan kopi yang nikmat?. "Nilai plusmu hanya secangkir kopi" 

Senyuman Anya menghilang. Ingin rasanya ia berdecak kesal namun melihat Daniel dengan wajah tidak bersalahnya membuat Anya menghela napas panjang, ia tahu laki-laki itu hanya memancing kekesalannya. Jadi hari ini Anya akan menelan bulat-bulat sindiran sang majikan menyebalkan nya. 

Daniel menyelesaikan sarapan dan menyeruput kembali kopinya lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Anya mengikuti Daniel untuk mengantarkan laki-laki itu berangkat kerja "Hati-hati di jalan. Semoga harimu menyenangkan"

Daniel tertegun dan berbalik, menatap terkejut akan perkataan Anya. Ini pertama kali ada yang mengantarnya berangkat kerja karena Daniel sudah sangat lama tinggal sendirian, ia bahkan hampir lupa tata krama hidup dengan orang lain. Tanpa sadar Daniel tersenyum lembut. "Aku pergi" 

Anya tersenyum mengiyakan.

&&&

Anya merapikan baju yang ia pakai sebelum keluar dari apartemen Daniel yang berada di lantai 14, lantai paling atas.

Anya memasukkan kertas dan uang yang diberikan oleh Daniel kedalam tas kecilnya kemudian masuk ke dalam lift dan menekan angka satu.

Anya baru sadar, ia lupa bertanya dimana letak terdekat supermarket atau tempat belanja kepada Daniel, ia sangat asing dengan kawasan elit tempat laki-laki itu tinggal karena ia belum pernah ke sini sebelumnya.

Anya menghela napas panjang dan merutuki kebodohannya dalam hati.

&&&

Anya memandangi gedung supermarket dihadapannya dengan senang, setelah bertanya kesana kemari akhirnya ia menemukan tempat ini, sebuah pusat perbelanjaan yang dikhususkan untuk daerah elit Downtown Los Angeles.

Anya pun melangkah masuk dengan riang. Ia membeli sayur, buah dan beberapa bumbu masakan serta makanan ringan yang ia rasa perlu untuk di beli. Anya menghabiskan dua jam untuk berbelanja. Puas berbelanja gadis itu keluar dari gedung supermarket dan menyetop sebuah taxi untuk mengantarkannya kembali ke apartemen Daniel.

Beberapa saat kemudian taxi pun tiba di depan apartemen Daniel, Anya mengeluarkan semua barang belanjanya lalu membayar biaya taxi lalu melangkah masuk ke dalam pintu pertama gedung apartemen menuju ke sebuah mesin digital untuk menekan kode sekuriti apartemen yang Daniel berikan padanya.

Anya meletakkan barang belanja disamping kakinya dan merongoh tangan kedalam tas kecil yang ia bawa, Tiba-tiba raut wajah Anya berubah ketika tidak mendapati kertas berisi kode sekuriti tersebut. Ia kembali melihat dan mengaduk-aduk tas kecil namun tetap saja tidak menemukan kertas kecil itu. Frustasi dengan usahanya, Anya menumpahkan semua barang dalam tas kecil tersebut.

Sebuah pelembab bibir, bedak, dompet, sebuah handphone berjatuhan dilantai dan beberapa lembar dan koin dollar namun gadis itu masih tidak mendapati kertas yang ia cari.

Panik pun menyerang Anya, ia mengambil handphone yang tergeletak di lantai, namun beberapa detik kemudian gadis itu terduduk di lantai dingin sambil menatap nanar ke depan. Ia belum meminta nomor telepon Daniel.

"Holy shit" gerutu Anya.

"Excume me miss. Can I help you?" Seorang laki-laki berseragam sekuriti melihat gerak-gerik mencurigakan Anya dan menghampiri gadis itu. 

Anya menoleh dan memejamkan kesal matanya.

Sial, habis sudah dirinya hari ini.

&&&

Daniel masuk ke dalam apartemen dan heran melihat apartemennya yang gelap gulita. Ia pun menghidupkan semua lampu yang ada di ruangan.

"Anya"

Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu berada di apartemen. Daniel melangkah menuju kamar Anya, menghidupkan lampu dan melihat ruangan kosong.

"Kemana gadis itu?". Daniel melangkah ke dapur namun tidak juga menemukan sosok pembantu baru nya, lalu sebuah pemikiran tiba-tiba menyusup ke dalam pikirannya.

"I knew it" Daniel segera menuju ke kamar pribadinya dan memeriksa barang-barang pribadinya, tidak ada yang hilang.

Penasaran, Daniel melangkah ke kamar Anya kembali lalu membuka pintu lemari dan melihat baju dan barang milik sang gadis masih ada di sana.

"Lalu dimana dia? Sial aku belum meminta nomor teleponnya". Daniel melepaskan jas dan dasi dengan kesal melangkah menuju kamar miliknya. 

Beberapa saat kemudian, Daniel keluar dari kamar mandi Laki memakai piyama handuk sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Ia meraih telepon genggam dan menekan beberapa nomor.

"James, apa kau tahu dimana Anya sekarang?" tanya Daniel ketika telepon terhubung. 

"Anya? Tidak. Bukankah dia bersamamu?" James berbalik tanya. 

Daniel menghela napas, laki-laki khawatir akan apa yang terjadi dengan Anya "Aku pulang kerja dia sudah tidak ada di apartemenku" 

"Hei, jangan bilang kalau dia melarikan diri" tebak James.

"Entahlah. Tapi barang-barang ku tidak ada yang hilang dan barang-barang ku Anya juga masih ada di apartemen ku" bantah Daniel.

"Anya tidak memiliki keluarga di Los Angeles jadi tidak mungkin ia meninggalkan apartemen mu begitu saja" jelas James.

Daniel semakin cemas akan keadaan Anya. "Jika kau tahu dimana keberadaan Anya. Tolong beritahu aku" 

"Pasti Daniel" jawab James.

Daniel mematikan teleponnya lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya.

"Sebenarnya ada dimana kau sekarang Anya" Gumam Daniel pelan. 

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang