Bab 44 - Accident

6.5K 492 64
                                    

Anya menatap Daniel lalu menghela napas panjang. Ini salahnya jadi ia harus menuruti perkataan Daniel. Belum apa-apa, jantung gadis itu kembali berpacu kencang, wajahnya mulai memanas. Anya menarik napasnya beberapa kali untuk menenangkan hatinya. “Tu.. tutup matamu”.

Bibir Daniel mengembang lebar. Ia mengangguk lalu mulai memejam matanya.

Anya berdiri dan mendekati wajah Daniel, ia menggigit bibirnya karena perasaan gugupnya yang ia alami. Perlahan-lahan wajah Anya mendekat dan beberapa detik kemudian ia mencium Daniel.

Daniel membuka matanya dan menatap tidak puas ke arah Anya. “Mengapa kau cuma mencium pipiku Anya?”

Anya mengedipkan kedua matanya beberapa kali. “Kau tidak bilang aku harus mencium bibirmu. Tidak ada penjelasan spesifik tentang dimana aku harus mencium mu" Dalih Anya sembari tersenyum. Keadaan berubah, sekarang Anya lah yang memegang kendali. 

Daniel berdecak kesal karena kecerobohannya. Sedangkan Anya tersenyum menang. 

&&&

Suara ketukan pintu membuat Daniel sedikit mendongak melihat siapa yang masuk, matanya menjadi dingin karena melihat Jason lah yang masuk ke dalam ruang kerja. “Ada urusan apa kau kemari?”. Masalah di acara pertunangan Jason masih membekas di ingatan laki-laki itu. 

“Aku hanya ingin meminta maaf karena perilaku mama seminggu yang lalu” Jason membungkukkan badannya. 

“Itu saja yang ingin kau katakan?” tanya Daniel datar.

Jason menatap Daniel sejenak dan mengangguk “Kalau begitu permisi”.

“Kau tidak perlu meminta maaf”

Kalimat Daniel membuat langkah Jason terhenti. Ia berbalik badan menghadap  kembali kearah kakaknya.
“Aku memang membunuh ayah. Karena aku lah ayah bunuh diri jadi.. kau tidak perlu minta maaf”.

Jason tersenyum sedih. “Bukan karena kau kak. Aku tahu itu”. 

Daniel terdiam mendengar perkataan Jason, ia berdiri dan melangkah ke sofa. “Duduklah. Kau baru saja sampai kan? Untuk apa buru-buru pergi” 

Jason menurut dan duduk berhadapan dengan Daniel.

“Arlene. Bawakan dua cangkir kopi ke ruangan ku” perintah Daniel melalui telepon kantor lalu menatap Jason kembali. Suasana canggung melingkupi mereka untuk beberapa saat.

“Jadi bagaimana keadaan ibumu?” tanya Daniel membuka pembicaraan.

“Mama? Mama baik-baik saja. Dia sudah pulang ke Indonesia” jawab Jason sekenanya. 

Suasana kembali canggung. Daniel tidak tahu harus berkata apa, Jason pun sepertinya tidak ada yang ingin ia katakan. 

Arlene masuk dan bingung dengan sikap diam Daniel dan Jason. ia meletakkan dua cangkir di meja dan pamit kepada atasannya. 

“Kau tahu…”
Ujaran Daniel membuat Jason menatap kakaknya dengan serius.

“Ayah sudah tidak ada lagi bersamamu. Bukankah sebaiknya kau tinggal bersama ibumu? Hanya dia yang kau punya sekarang” ujar Daniel. Kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulutnya karena ia tidak tahan dengan suasana canggung yang terjadi di antaranya dan adik tirinya.

Jason mendengus geli. “Bagi mama aku hanya mesin pencetak uang, dia tidak pernah menyuruhku untuk pulang. Setiap kali ia menelpon hanya untuk meminta uang dariku. Lagi pula…”.

Daniel menaikkan alisnya, penasaran dengan apa yang akan adiknya katakan. 

“Lagi pula aku punya Vero yang mencintaiku. Jadi aku lebih suka tinggal disini dari pada di Indonesia” 

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang