Bab 31 - Travelling

7.2K 478 19
                                    

Erick terkejut dengan keberadaan Daniel di apartemennya, sedetik kemudian lelaki itu mengembangkan senyumannya, mencoba bersikap normal seperti biasanya.

“Hi my bestfriend” sapa Erick.

Daniel menghampiri Erick dan segera melayangkan tinjunya ke wajah temannya dengan kesal. “You son of bitch, you make fool of me” 

Erick menjilati ujung bibirnya yang berdarah lalu tersenyum lebar seakan layangan tinju yang diterimanya tidak sakit sama sekali. “Kau merusak wajah tampanku Daniel” 

“You!” Daniel semakin kesal.

“Daniel!, Oh my god. What have you done?” tanya Anya histeris. Ia menghampiri Erick sembari menatap cemas.

“Are you okay?” tanya Anya cemas. 

Erick meringis kesakitan dengan raut wajah yang di buat-buat namun ekor matanya melirik ke arah Daniel. Ia tersenyum menang beberapa saat. 

Daniel menarik lengan Anya untuk menjauh dari Erick, semakin emosi melihat senyum menang tersebut. “Don’t touch things that’s not belong to you” 

“I am not yours either. Let me go” ujar Anya melepaskan cekalan Daniel. 

“Tidak. Kau harus pulang bersamaku” ujar Daniel keras kepala.

“Aku sudah mengundurkan diri menjadi pembantu mu Daniel” dalih Anya. 

Daniel menarik tangan Anya untuk ikut bersamanya. “What a bullshit, aku tidak pernah mengizinkanmu untuk mengundurkan diri”

“Hei, bagaimana dengan barang-barangku?” Anya melihat Erick yang terkekeh. 

“Aku akan menyuruh orang untuk mengambilnya untukmu” ujar Daniel tenang.

Anya menurut kepada Daniel, rasa cintanya membuat Anya menjadi lemah akan perkataan Daniel. Mereka masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.

“Aku tidak percaya Erick tidak mengatakan apa-apa tentangmu walaupun dia tahu keberadaanmu. That bastard” gerutu Daniel masih kesal.

“Aku yang meminta Erick agar memperbolehkanku tinggal untuk sementara. Jadi wajar saja dia tidak memberitahumu” bela Anya.

“Huh. Kau sudah bosan denganku jadi sekarang kau merayu Erick?” tanya Daniel. Sedetik kemudian ia sadar akan perkataan kasarnya. Ia melirik Anya yang menatap terluka kearahnya.

“Jangan mulai Daniel. Sudah aku bilang aku bukan wanita seperti itu” ujar Anya terisak.

Daniel menjadi serba salah, ia tidak bermaksud mengatakan hal tersebut namun kekesalannya membuat Daniel tidak bisa berpikir jernih.

“Aku.. aku hanya…”

“Shut up. I hate you the most. You are the worst” ujar Anya semakin terisak. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya.

Daniel segera memarkirkan mobilnya ke samping jalan lalu memeluk Anya.

“I am sorry. I am so sorry. I am not means like that” ujar Daniel membelai rambut panjang Anya.

“I hate you” gumam Anya pelan.

Ia benci karena seburuk apapun Daniel memperlakukannya, ia tidak bisa membenci lelaki itu. Perasaan cinta ini sangat menyakitkan untuk Anya. Daniel hanya diam sambil terus membelai rambut Anya dengan lembut.

Setelah beberapa lama, Anya menjadi tenang, hanya isakan kecil yang keluar dari bibir kecilnya, Daniel melepaskan pelukannya.

“Are you alright?” tanya Daniel memastikan. 

Anya mengangguk pelan kepalanya sambil terisak kecil. Daniel menatap Anya sejenak, memastikan bahwa gadis itu sudah tenang lalu melajukan kembali mobilnya.

“Beristihatlah, kau pasti lelah setelah menangis ya…” 

Ujaran Daniel terputus ketika melihat Anya yang melangkah ke kamarnya tanpa menghiraukan perkataannya. Pria itu menghela napas panjang. Walaupun Anya sekarang kesal kepadanya namun Daniel bersyukur bisa kembali melihat gadis itu di apartemennya. Tanpa sadar Daniel tersenyum lembut.

&&&

Anya keluar kamarnya dan menatap heran kepada Daniel yang sudah bangun lebih dahulu, ia menatap kembali jam yang terpajang di dinding. Masih jam 6 pagi.

“Kau bangun lebih pagi hari ini Daniel” ujar Anya menggulung rambutnya ke atas.

“Kenapa? Kau keberatan aku bangun pagi?” tanya Daniel tenang.

Anya berdecak kesal. Sepertinya hari-hari menyebalkannya akan dimulai dari pagi ini.

“Kau ingin aku segera menyiapkan sarapanmu?” tanya Anya mengalihkan pembicaraan.

“Tidak. Buatkan kopi saja, sudah sangat lama aku tidak merasakan kopi buatanmu” ujar Daniel.

“Baiklah” Anya melangkah ke dapur dan mulai membuatkan secangkir kopi.

“Apa pendapatmu tentang Kansas Street?” tanya Daniel.

Anya meletakkan cangkir kopi di hadapan Daniel. “Hm? Missouri?”

“Bukan. San Francisco” ujar Daniel.

Anya berpikir sesaat dan mengangkat bahunya. “Aku belum pernah kesana sebelumnya” 

Daniel tersenyum misterius.

“Kalau begitu kita akan pergi hari ini” Ucap Daniel memutuskan sepihak.

“Kemana?” tanya Anya menyerngit keningnya.

“San Francisco silly” jawab Daniel tenang.

“Wa.. Wait a minute.  Kau serius kita akan San Francisco? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Anya terkejut.

“Aku mengambil cuti empat hari. Sudah lama aku tidak berlibur” Daniel tersenyum senang.

“Tapi mengapa aku harus ikut? I am good at home” Anya menatap tidak mengerti. 

“Aku mau kau ikut Ms home-based. Jangan berpikir alasan itu bisa menggelabuiku agar kau bisa kabur lagi” Daniel tersenyum segenap hatinya, tampak seperti menyindir.

“Aku bukan tahananmu. Aku bebas mau mengundurkan diri atau tidak” bantah Anya. 

“Ya. Kau memang bukan tahananku tapi lain ceritanya kalau kau membawa kabur milikku” ujar Daniel tersenyum misterius.

Raut wajah Anya berubah. “Apa maksudmu?” Ia memang tidak membawa apapun selain miliknya.

“Kau ingat kartu ATM yang aku berikan bukan?” tanya Daniel.

Anya menganggukkan kepalanya.

“Aku mentransfer dua ratus ribu Dollar ke dalam ATM mu, jadi itu artinya kau bekerja selama lima setengah tahun padaku” jelas Daniel tersenyum seperti anak kecil. 

Sebenarnya ia baru mengirim uang tersebut tadi pagi, mencoba mengantipasi kalau Anya berniat kabur lagi. Daniel paham bahwa Anya tidak akan pernah berniat untuk membawa uangnya.

Anya membulatkan matanya. “Untuk apa kau mengirimkan uang sebanyak itu? Aku bahkan belum genap dua bulan bekerja disini”

“Aku akan membuat kontrak kerja secara tertulis, nanti kau akan menandatanginya. Jadi kau tidak akan membawa kabur uangku kan Anya? Karena aku tahu kau bukan orang seperti itu” ujar Daniel dengan alis terangkat sebelah.

Anya mencibir tanpa suara lalu menghela napas panjang. “Tenang saja aku bukan wanita seperti itu. Tapi kau tetap harus pergi sendiri ke Kansas Street” 

Menerima ajakan Daniel sama saja membuat harapannya kembali muncul karena Anya berpikir Daniel hanya akan mengajak wanita yang spesial untuk liburan bersamanya.

“Tidak bisa. Kau harus ikut, lagi pula aku ingin memperkenalkanmu kepada seseorang” perkataan Daniel tidak bisa dibantah. 

Anya hanya diam. Percuma saja menjawab atau membantah keputusan Daniel karena apapun jawaban yang ia berikan lelaki itu tidak akan mendengarnya.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant