Bab 45 - Hopeless (1)

6.2K 497 40
                                    

Daniel duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan gelisah sambil terus menatap ke ruang operasi tempat Anya berada, ia mengabaikan deringan telpon yang terus berdering di handphonenya. Saat ini fokusnya hanya terletak pada Anya. Ia tidak peduli lagi apapun selain tentang gadis itu. 

Daniel berdiri lalu berjalan mondar-mandir dan duduk kembali. Itulah yang ia lakukan selama 5 jam terakhir.

Dokter pun keluar dari ruang operasi sambil melepaskan masker dan melepaskan sarung tangannya. Daniel segera menghampiri sang dokter. 
“Bagaimana keadaan Anya dok?”.

“Kondisi nona Anya masih kritis. Ia mengalami patah tulang di bagian pergelangan tangan dan cidera di lehernya. Organ dalamnya juga mengalami masalah karena tertabrak benda keras” jelas dokter yang bernama Michael yang tertulis di saku jas putihnya.

Tangan Daniel terkepal kuat. “Aku mohon selamatkan dia dok. Aku akan membayar berapa pun biaya pengobatannya”.

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Sekarang kita hanya harus menunggu sampai nona Anya berhasil melewati masa kritisnya. Kami akan memindahkan nona Anya ke ruangan ICU” Jelas Michael. 

Daniel mengangguk mengerti. Michael pun pamit meninggalkan lelaki itu yang duduk lemas di kursi koridor rumah sakit. Kepalan tangan laki-laki itu semakin kuat, mencoba menghilangkan getaran karena takut hal yang paling buruk terjadi pada kekasihnya. 

Daniel meraup wajah dengan kedua tangannya, tidak tahan dengan ketakutan yang semakin yang ia rasakan dari detik ke detik membuat laki-laki itu mengambil telepon dan menekan beberapa nomor.

“Mom”

“Halo Daniel. Ada apa kau menelpon?” Suara Elianor terdengar lembut di seberang telepon. 

“Anya kecelakaan mom” Lirih Daniel lemah.

Elianor terkejut. “Apa maksudmu Anya kecelakaan?”

“Anya tertabrak mobil. Dia sekarang berada di rumah sakit” jawab Daniel dengan suara bergetar.

“Bagaimana bisa Anya kecelakaan Daniel?” tanya Elianor masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.

“Aku.. aku juga tidak tahu. Ketika aku menemukannya. Dia… dia sudah terbaring berlumuran darah di jalan. Aku takut mom. Aku takut Anya akan meninggal seperti bunda” Suara Daniel semakin bergetar. Bahkan tangan yang memegang handphone ikut bergetar. 

“Tidak Daniel. Kau harus yakin Anya akan selamat. Mom aku segera ke Los Angeles. Beritahu mom kau ada di rumah sakit apa” Elianor menghibur anak angkatnya, walaupun ia sendiri menjadi kalut mendengar kabar tidak menyenangkan tersebut.

Daniel memberitahu alamat rumah sakit tempat Anya di operasi kemudian menutup teleponnya.

&&&

“Daniel” panggil Elianor yang baru saja tiba di rumah sakit. 

“Mom” ujar Daniel pelan.

Elianor segera memeluk Daniel, sedangkan ayahnya, Robert hanya menepuk pelan bahu anak laki-laki nya memberikan kekuatan kepada Daniel.

“Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja Daniel. Percayalah sama mom” Elianor membelai punggung anaknya, mencoba menghibur. 

Daniel semakin mengeratkan pelukan ibu angkatnya. Setelah mengalami kembali kejadian yang membuatnya trauma. Bagaimana mungkin Daniel yakin semua akan baik-baik saja. Sedari tadi pikirannya hanya di penuhi oleh ingatan tentang bundanya meninggal dan pikiran buruk lainnya.

“Anya akan sadar. Percayalah” ujar Elianor kembali.

Daniel melepaskan pelukan ibunya dan duduk dengan cemas di kursi rumah sakit. Robert dan Elianor juga ikut duduk di samping anak mereka seraya memegang tangan anak mereka supaya tetap sabar dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Beberapa saat kemudian, seorang dokter dan beberapa perawat masuk ke dalam ruangan ICU tempat Anya berbaring.

Daniel terkejut dan menjadi semakin cemas dengan langkah cepat dokter tersebut. Ia tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi didalam ruangan karena kain yang menutupi pintu kaca ruangan tersebut.

Tangan Daniel semakin bergetar. Berbagai pikiran buruk menusuk kepalanya membuat laki-laki itu mengejap kuat menahan sakit.

Setelah beberapa lama menunggu, dokter akhirnya keluar dan tersenyum lembut kearah Daniel.

“Bagaimana keadaan Anya dok?” tanya Daniel segera.

“Nona Anya sudah melewati masa kritis. Keadaannya sekarang baik-baik saja. Kami akan segera memindahkannya ke ruangan biasa” jelas dokter Michael.

Daniel melepaskan napas yang sempat ia tahan ketika bertanya keadaan Anya. Ia bernapas lega dan menatap ibunya yang menatap senang dan lega kearahnya.

“Terima kasih dokter” ujar Daniel tersenyum lega.

“Sama-sama. Permisi” Balas dokter Michael tersenyum dan berjalan meninggalkan Daniel dan keluarganya.

“Kalau mom berkata baik-baik saja maka semua akan baik-baik saja Daniel” Ucap Robert senang.

Daniel tersenyum. “Thanks dad” ujar Daniel. Ia sangat bersyukur kepada tuhan karena masih memberikan kesempatan kepadanya untuk terus mencintai dan melindungi Anya. Laki-laki itu berjanji akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak akan percaya begitu jasa bahwa Anya hanya mengalami kecelakaan biasa. Kali ini akan menggunakan segala cara untuk melindungi Anya.

Entah kenapa Daniel yakin bahwa kecelakaan yang menimpa Anya bukan sekedar suatu kebetulan, pasti ada seseorang yang ingin membunuh Anya karena kejadiannya sama persis dengan kecelakaan yang menyebabkan bundanya meninggal.

Daniel tersenyum ketika melihat Anya yang berbaring di atas tempat tidur di dorong oleh dua orang perawat menuju ruangan VIP. Ia menatap Anya yang sedang dipasangi beberapa peralatan rumah sakit dari balik pintu kaca.

“Daniel" Elianor memegang bahu anaknya.

Daniel menoleh. 

“Kau harus pulang. Aku yakin kau belum makan apapun dari tadi siang. Pulang dan beristirahatlah”.

“Tidak mom. Aku akan menunggu Anya sampai sadar” bantah Daniel.

“Daniel” Elianor memegang wajah Daniel menatap serius anaknya. “Dengarkan mom. Mom dan dad yang akan menjaga Anya. Kau tidak bisa menjaga Anya kalau nanti kau jatuh sakit. Mom akan menghubungimu jika Anya sadar nanti” jelas Elianor memberi pengertian.

“Tapi mom..”

“Tidak ada tapi-tapian. Kau harus pulang dan beristirahat” Sela Robert.

Daniel terdiam sesaat. “Baiklah. Kalian akan segera memberitahuku kalau Anya sadar kan?”.

“Ya. Tentu saja” jawab Elianor mengangguk . 

Daniel mengangguk mengerti, ia menoleh kepada Anya yang berbaring di atas tempat tidur lalu tersenyum pelan. Laki-laki itu pun pamit kepada kedua orangtuanya.

&&&

Daniel melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher. Hari ini adalah hari yang mengerikan dan melelahkan untuknya. Ia menghela napas panjang, ia teringat kembali kepada Anya yang belum sadarkan diri, ia meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Daniel mengambil handphone dan menghidupkan pesan suara.

“Good evening sir. Where are you now? I canceled your meeting for today. please call me if something happened” suara Arlene terdengar.

“Hey fella. Mengapa kau tidak mengangkat teleponmu. Tidak biasanya kau mengabaikan teleponku. Kau masih marah soal Anya? Tolong hubungi aku segera” Kali suara Erick yang terdengar.

Daniel menghela napas panjang, ia mengurut ujung hidungnya. Penat dengan segala hal yang terjadi hari ini. Daniel kemudian beranjak ke kamar mandi. Air hangat dapat membantu kepalanya menjadi tenang.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang