Bab 20 - Sign of Fall

9.4K 530 47
                                    

"Welcome back" Sapa Anya ketika melihat Daniel yang duduk di ruang tamu.

"I am home" Jawab Daniel lelah.

Anya menaikkan alisnya, heran dengan mood Daniel yang sedang tidak baik, ia bertanya khawatir. "Kau kenapa Daniel? Apa terjadi sesuatu di kantor?".

Daniel menghela napas panjang dan menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa, si penumpang gratis itu dimana? Apa dia belum pulang?" 

"Namanya Erick Daniel, dia sedang mandi baru saja juga pulang" Anya memutar bola matanya. 

"Sampai kapan dia akan menjadi parasit di rumahku?" Gumam Daniel kepada dirinya.

"Sampai aku mendapatkan apa yang aku mau" Jawab Erick sembari menggosokkan rambutnya dengan handuk kecil.

Anya membulatkan matanya ketika melihat Erick yang bertelanjang dada. "Hei, pakai bajumu" Ia segera membuang mukanya. Ia adalah wanita normal, tentu saja akan malu melihat badan laki-laki yang terbentuk sempurna dengan sixpack dan betapa tegapnya tubuh itu.

"Apa salahnya aku bertelanjang dada? Tidak ada larangan bertelanjang di sini kan?" tanya Erick dengan suara pelan di belakang Anya lalu menghembuskan napasnya di telinga gadis itu

Anya memekik dengan wajah memerah, Erick tertawa pelan lalu melirik Daniel, melihat bagaimana reaksi temannya melihatnya menggoda gadisnya. Namun reaksi temannya tidak seperti yang ia perkirakan.

Daniel hanya menatap tajam Erick sejenak lalu menghela napas dan beranjak menuju kamar. 

"Kau akan langsung makan malam Daniel?" Perhatian Anya teralihkan kepada Daniel. 

"Tidak, kalian makan saja terlebih dahulu" Jawab Daniel sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.

Anya menoleh ke arah Erick, menanyakan ada apa dengan Daniel hari ini dengan isyarat matanya, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya lalu kembali melihat pintu kamar Daniel.

&&&

Anya mengucek-ngucek pelan matanya, ia terbangun karena kehausan, ia melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua pagi. Anya melangkah melewati ruang makan namun kembali memundurkan langkahnya ketika melihat Daniel duduk sendiri di ruang tamu, menonton televisi.

"Kau belum tidur Daniel?" Tanya Anya. Ia melupakan rasa hausnya.

"Aku belum ngantuk" Jawab Daniel dengan mata yang masih fokus ke televisi.

Anya duduk di samping laki laki itu. "Sepertinya terjadi sesuatu hari ini di kantor. Kau sedang ada masalah?".

Daniel terdiam sesaat. "Tidak ada apa apa, aku hanya tidak bisa tidur"

Anya menonton televisi yang sedang menayangkan film holywood. "Kalau kau butuh tempat untuk curhat, panggil saja aku. Aku selalu siap mendengar semua keluh kesah mu kapan pun".

Daniel tertegun dan menatap Anya sesaat lalu kembali menonton televisi. Anya beranjak dari sofa karena mengerti Daniel butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.

"Duduklah, temani aku" Daniel menahan tangan Anya.

Anya kembali duduk dan diam menonton televisi yang sama sekali tidak menarik minatnya. Sesaat suasana tampak hening, tidak ada yang ingin memecahkan keheningan yang tercipta di antara dua insan tersebut.

Tiba tiba Daniel merebahkan kepalanya di paha Anya lalu memeluk pinggang gadis itu. Anya tersentak. "Daniel" panggil Anya panik, ia tidak nyaman dengan posisi mereka.

"Aku lelah, biarkan seperti ini sesaat" Gumam Daniel, suara lelaki itu tampak kesepian. 

Suara yang sarat akan kelelahan membuat Anya tidak tega memaksa Daniel untuk memindahkan posisinya. Gadis itu tampak ragu sesaat untuk memegang kepala Daniel yang tenang di pahanya. Namun ia mencoba memberanikan dirinya, ia membelai lembut rambut Daniel. 

Suara deru napas tenang terdengar dari hidung Daniel, laki-laki itu sudah terlebih dahulu mengunjungi alam mimpi. Anya hanya duduk diam, ia tidak akan bisa memejam matanya dengan posisi Daniel yang tertidur di pahanya.

"Satu rusa"

"Dua rusa"

"Tiga rusa"

Anya mulai menggunakan metode sederhana untuk membuai pikirannya namun sepertinya metode tersebut tidak berhasil. Bukannya tertidur, jantung Anya malah semakin berdetak cepat dari detik ke detik. Ia menutup wajahnya yang memanas.

"Bunda"

Suara lirih Daniel membuat Anya tersadar dari lamunan gilanya, ia mendekatkan kepalanya mencoba mendengar dengan jelas gumaman Daniel.

"Bunda" Gumam Daniel kembali.

Anya menatap lantai ruang tamu sesaat, laki-laki itu rupanya merindukan ibunya. Anya tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sangat kita cintai.

Anya kembali membelai rambut Daniel, menenangkannya. Laki-laki itu mengeratkan pelukannya di pinggang Anya. Gadis itu hanya membiarkannya walaupun jantungnya semakin berdetak cepat.

Anya memejamkan matanya sambil terus menghitung rusa, beberapa saat lamanya ia pun tertidur.

&&&

Jason terbangun dan duduk di tepi ranjang, mengambil botol minuman dan meneguknya dengan perlahan, ia menoleh ke arah wanita yang masih terlelap di sampingnya. Laki-laki itu bangun dan memakai celana panjangnya lalu duduk di kursi yang menghadap balkon apartemennya.

Ia teringat pertemuannya dengan Daniel, Jason tersenyum menyeringai. Saatnya bagi Jason untuk membalaskan dendam yang empat tahun ini ia pendam, Jason bahkan tidak menyangka bahwa keberuntungan memihak kepadanya ketika mendapati bahwa Anya adalah pembantu sekaligus wanita yang spesial di hati Daniel. Kenyataan itu akan memudahkan Jason untuk dapat membalas dendamnya.

"Morning darling" Suara serak bangun tidur seorang wanita membuat Jason menoleh dan tersenyum. Ia menarik wanita itu untuk mendekat kemudian mengecup pelan bibir ranum sang perempuan. 

"Morning Vero"

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Vero duduk di pangkuan Jason.

Jason hanya diam menatap gemerlap lampu kota. 

"Kakakmu lagi? Kau begitu menyukainya ya?" tanya Vero memeluk leher Jason.

Jason mendengus geli. "Aku sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya merasakan hal yang sama denganku".

Vero menghela napas pelan. "Bukankah itu akan menyakitimu juga?" tanya Vero kembali.

Jason terdiam sesaat. "Dia membunuh papa Ve, aku tidak akan memaafkannya" Ia mengeratkan giginya.

Vero memeluk Jason. "Aku akan selalu di sampingmu. Jika kau butuh bantuan, katakan saja. Aku akan membantu sebisaku Jason" Vero membelai lembut rambut Jason, menatap lembut kekasihnya. 

Jason mendongak dan mengecup kembali bibir Vero. Vero adalah wanita yang menyelamatkan Jason dari keterpurukan karena kehilangan ayahnya, kalau tidak ada gadis itu. Mungkin Jason masih berjalan di kegelapan tanpa tahu arah dan tujuan.

Jason seperti kehilangan arah ketika ayahnya meninggal dunia, mama yang tidak begitu peduli padanya membuatnya merasa ia hidup sendiri. Sejenak, ia merindukan kakaknya yang berada di luar negeri namun ketika mengetahui bahwa kakaknya lah penyebab kematian ayahnya. Semenjak itu ia membenci seorang Daniel. 

----

Semoga kalian suka dengan bab ini. Jangan lupa vote dan komen ya. Terimakasih😘😘

FB : riantiamna
IG : riantiamna

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang