Bab 13 - Anya got sick

Mulai dari awal
                                    

"Kau bahkan tidur tanpa selimut. Apa kepalamu hanya untuk dekorasi saja?" tanya Daniel kembali kesal. Ia sendiri tidak habis pikir mengapa ia begitu kesal dan cemas melihat Anya yang terbaring lemah.

"Tentu saja tidak" Bantah Anya gusar namun suaranya terdengar lemah. Ia mengerutkan keningnya karena pusing yang semakin mendera di kepalanya. Daniel berdecak pelan lalu melangkah keluar beberapa saat dan kembali masuk ke kamar sembari membawa kotak P3K.

Daniel menempelkan termometer digital di telinga Anya dan melihat hasilnya.

"39 derajat celcius. Kau sangat menyusahkan" Daniel menatap Anya yang mengejapkan mata, mencoba untuk fokus.

Daniel membuka bungkus cold gel patch lalu menempelkan ke dahi Anya dengan kesal, rasa cemas membuat Daniel menjadi kesal tanpa alasan. Ia sangat tidak suka melihat Anya yang berbaring lemah seperti ini.

"Pelan-pelan Daniel. Aku seorang pasien bukan kriminal" Protes Anya.

"You pissed me off, istirahat lah. Aku akan memasak bubur untukmu" jawab Daniel.

Anya terkejut. "Kau bisa memasak?"

"Apa kau sedang meremehkan ku?" Daniel berbalik tanya.

Anya memutar bola matanya. "Aku hanya bertanya"

"Aku hanya bisa memasak menu sederhana" Daniel berdiri dan melangkah keluar kamar namun langkahnya terhenti melihat tangan Anya yang memegang ujung bajunya.

"Terima kasih Daniel" Anya tersenyum lemah.

Daniel berdecak pelan lalu menodongkan jari telunjuknya dahi Anya yang panas. "Take a rest. You trouble maker"

Anya tersenyum lemah, sedikit demi sedikit ia mulai paham akan sifat Daniel, laki-laki itu tidak pandai dalam mengekspresikan perasaannya, semakin cemas Daniel maka laki-laki itu akan semakin berkata kasar ke arah lawan bicaranya.

Beberapa menit kemudian Daniel kembali masuk ke dalam kamar sembari membawa sebuah nampan berisi mangkuk bubur dan segelas air putih lalu menatap Anya yang memandangnya. "Apa yang kau lihat?"

Anya memanyunkan bibirnya lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Makanlah, setelah itu kau harus beristirahat" Daniel meletakkan nampan di atas meja kecil.

Anya menatap bubur yang mengepul dan menelan ludahnya yang terasa pahit.

"Kau menolak kerja kerasku?" tanya Daniel dengan nada sindiran.

"Aku tidak mengatakan apapun".

"Kalau begitu makanlah, sepahit apapun mulutmu kau harus memakannya" Ucap Daniel memaksa.

Anya mulai memakan bubur tersebut perlahan-lahan, tidak lama kemudian air mata Anya mengalir pelan namun gadis itu tetap memakan bubur di hadapannya.

"Apa rasanya sangat tidak enak?" tanya Daniel melihat ekspresi sedih Anya. Ia sudah mencoba rasanya terlebih dahulu walaupun rasanya tidak seperti makanan restoran namun ia yakin rasa bubur buatannya tidak membuat seseorang menangis.

Anya menggelengkan kepalanya. "Setelah ibuku meninggal, ini pertama kalinya ada yang merawat ku ketika sakit. Terima kasih Daniel" Anya tersenyum tulus, air matanya kembali mengalir.

Daniel menatap sejenak gadis di depannya lalu mulai memeluk Anya dengan sebelah tangan, ia membelai rambut panjang gadis itu dengan gerakan pelan.

"Aku tidak ingin melihatmu sakit lagi. Jadi kau harus cepat sembuh" ujar Daniel.

Anya mengangguk pelan

&&&

Daniel memandangi Anya yang tertidur lelap, demam gadis itu sudah turun setelah meminum obat dan beristirahat.

Setelah ibuku meninggal, ini pertama kalinya ada yang merawat ku ketika sakit.

Daniel membelai rambut Anya dengan lembut, nasib gadis itu tidak berbeda jauh darinya, sama-sama ditinggalkan oleh ibu mereka. Daniel teringat ketika ia sakit ibunya selalu menyuapinya bubur ayam dan memeluknya ketika tidur, memberikan kasih sayang yang besar kepadanya.

Daniel menghela napas berat, ingatan tentang ibunya membuat dada Daniel menjadi sakit, teringat tentang kenangan ibunya membuat Daniel mau tidak mau juga mengingat peristiwa mengerikan yang terjadi sewaktu ia kecil.

Daniel kembali menghela napas panjang, ia memutuskan untuk tidak memikirkan masa lalu kelamnya lagi, laki-laki itu membuka selimut dan bergabung dengan Anya di tempat tidur berukuran king size dan menarik Anya ke dalam pelukannya.

Anya mengerang pelan, mengerutkan kening karena mimpi yang tidak menyenangkan, Daniel segera memegang kening gadis itu untuk membuat kerutan tidak nyaman itu menghilang.

"Ibuk, aku merindukanmu" gumam Anya.

Air mata Anya mengalir ke samping wajah dan turun ke telinga. Daniel merapatkan dirinya ke arah Anya dan memeluk kembali gadis itu.

"It's okay. Aku disini An. Jangan menangis lagi" Ucap Daniel menenangkan.

Perlahan-lahan Anya kembali tidur lelap dan air matanya berhenti mengalir, hanya deru napas pelan yang terdengar.

&&&

Anya membuka mata perlahan-lahan, ia memandang dada Daniel yang memeluknya dengan sebelah tangan. Mata Anya langsung membulat ketika kesadarannya terkumpul, ia memekik dan mendorong Daniel untuk menjauh darinya.

"Tsk. Mengapa kau sangat berisik di pagi hari" Gerutu Daniel dengan kening berkerut kesal.

"Ap.. apa yang sebenarnya terjadi?" Anya melihat pakaiannya yang masih utuh dan Daniel yang hanya bertelanjang dada. Ia pun menghela napas lega.

"Pikiran kotor apa yang terlintas di kepalamu?" tuduh Daniel ketika melihat Anya yang menghela napas lega setelah melihat pakaiannya masih utuh.

"Aku hanya memastikan saja" ujar Anya membela diri.

Daniel tersenyum menyeringai, matanya menatap remeh ke arah Anya. "Aku bukan psikopat yang mengambil kesempatan dari wanita sakit dan kau tenang saja, aku tidak akan tergoda oleh wanita biasa sepertimu sekalipun kau menggodaku".

Anya berdecak kesal, ia memang sadar bahwa dirinya hanya perempuan biasa saja namun ketika mendengar langsung dari mulut Daniel membuatnya menjadi gusar. "Aku akan menyiapkan sarapan" ujar Anya.

"Anya" panggil Daniel.

"Ada apa?"

Daniel melambaikan tangannya meminta Anya untuk mendekat, gadis itu menurut dan duduk di tepi tempat tidur, Daniel langsung memegang kening Anya memeriksa keadaan sang gadis

Anya tersentak pelan.

"Syukurlah. Kau sudah sembuh" Daniel tersenyum lembut.

Anya terpana sesaat lalu tersadar. "Terima kasih karena telah merawat ku dengan baik, aku berutang budi padamu Daniel" Anya membungkukkan badannya, menunjukkan betapa tulus perkataannya.

Daniel menopang dagu lalu tersenyum miring. "Aku akan memecat mu kalau kau kembali sakit karena kecerobohan mu sendiri. Jadi jaga baik-baik tubuhmu agar tidak menyusahkan majikan mu, kau mengerti. My dearest maid?"

Perkataan tersebut sangat mengena di hati Anya, seperti sebuah panah yang menusuk dan menembus tubuhnya. Gadis itu menggigit bibirnya menahan kesal yang terkumpul di ujung bibir yang masih sedikit pucat. Bagaimana pun ia berutang budi kepada Daniel karena telah merawatnya.

"Saya akan menjaga tubuh saya sebaik mungkin tuan" Ucap Anya bersuara datar lalu keluar dari kamar Daniel dengan langkah kaki yang ia hentak-hentakkan.

Daniel hanya tersenyum melihat tingkah kesal Anya yang sangat manis menurutnya.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang