Chapter 7 - Wonderful Place

Start from the beginning
                                    

Daniel menatap Anya datar lalu menghela napas. Ia tau apa yang sedang perempuan ini pikirkan. "Aku tidak melakukan hal ilegal kalau itu yang ada di pikiranmu" 

Anya tersentak lalu mengedipkan matanya berusaha untuk bersikap normal namun lirik rasa bersalah membuat bibir Daniel berdenyut, ia melirik jam tangannya. "Bereskan barang-barang mu dan setelah itu siapkan makan malam untukku" perintah Daniel lalu berlalu dari hadapan Anya.

"Baik Dan.. Mr Millard" Anya segera bersikap profesional. 

Daniel menoleh "Cukup panggil Daniel saja. Seperti biasanya" 

"Baiklah Daniel" 

&&&

Anya menatap takjub ke sekeliling ruangan yang akan menjadi kamarnya, kamar yang berwarna serba putih tersebut sangat luas untuk di tempati sendiri, ia menyentuh selimut putih tempat tidurnya dengan senyuman senang, pertama tangannya sekarang Anya naik ke atas tempat tidur yang sangat empuk dan mulai meloncat-loncat di atas spring bed king size. 

"Oh my. Apa aku sedang bermimpi?" tanya Anya mencubit pipinya dan merasakan sakit.

"It's not a dream. Oh my gosh. What a wonderful place" Suara sang gadis sangat riang menunjukkan bahwa ia sangat puas akan kamar barunya. 

Anya melirik ke arah pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan beranda. Anya turun dari tempat tidur dan berjalan menuju beranda, membuka pintu perlahan, angin sejuk langsung menerpa wajah sang gadis, membuat rambutnya melambai lambai. Anya memejamkan matanya sambil merentang kedua tangannya menyambut angin yang sejuk tersebut ke dalam pelukannya.

Anya tersadar dari ketakjuban terhadap dekorasi kamar barunya, ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan, ia harus membereskan barang-barangnya dan mulai menyiapkan makan malam untuk Daniel. Ia menggulung rambutnya dan mulai mengeluarkan baju-bajunya untuk di susun rapi di dalam lemari besar yang terdapat di dalam kamarnya.

&&&

Alis Daniel terangkat ketika menatap pasta sederhana yang ada di hadapannya, lalu menoleh ke arah Anya yang berdiri tidak jauh darinya. "Mengapa bentuknya sederhana sekali?" 

"Aku bukan Chef Professional jadi aku hanya bisa membuat pasta sederhana" Anya mengedipkan matanya seperti itu bukan masalah baginya. 

"Tapi ini terlalu sederhana" Daniel mengangkat mie dengan saus krim dengan garpu tanpa minat.

"Kalau kau tidak mau untukku saja, kau lebih baik makan di restoran mahal kelas dunia yang sesuai dengan selera mu" Anya mencoba meraih piring pasta dari tangan Daniel. 

Daniel menjauhkan piring pasta dengan sigap "Hey, ini makan malam ku" 

"Kau selalu komplain setiap kali aku melakukan sesuatu, apa mau mu sebenarnya?" tanya Anya kesal.

"Wajar kalau aku komplain semua hal yang kau lakukan, karena aku membayar tinggi jasamu" Daniel memutar bola matanya, jika orang lain sudah ia pecat dari tadi. 

Anya berdecak kesal lalu pergi menuju dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Daniel hanya menyeringai melihat kepergian Anya, mengganggu gadis itu sangat menyenangkan baginya, apalagi jika ia melihat wajah kesal Anya. 

Mulai hari ini mungkin hidupku akan di penuhi oleh hal yang menyenangkan.

Daniel mulai memasukkan pasta ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah pasta tersebut, saus krim terasa melebur di lidahnya. "Rasanya lumayan" Laki-laki itu menghabiskan pastanya lalu meminum air putih beberapa tegukan.

"Anya" panggil Daniel.

Anya melongok kepalanya dari balik pintu dapur."Ya" 

"Bawakan secangkir kopi ke ruang kerjaku satu jam lagi" Daniel mengelap bibirnya dengan sapu tangan dan beranjak dari tempat duduknya. 

"Berapa sendok teh gulanya?" 

"Dua"

"Baiklah" 

Satu jam kemudian, setelah membersihkan dapur, Anya membawakan sebuah nampan berisi secangkir kopi seraya melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Daniel, ia mengetuk pintu ruang kerja Daniel dua kali.

"Masuk" ucap Daniel dari dalam ruangan.

Anya membuka handel pintu dan masuk ke dalam ruangan yang penuh buku dan berkas yang tidak ia pahami. Anya menatap takjub ke arah lemari besar di ujung ruangan yang diisi puluhan buku. Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk fokus kembali, ia meletakkan cangkir kopi yang masih mengepul di atas meja kerja Danie. Ia baru menyadari bahwa laki-laki itu sedang memakai kacamata frame panjang, ketampanan Daniel semakin bertambah, Anya sadar akan hal itu. Karena ia juga wanita normal yang menyukai laki-laki, apalagi seorang laki-laki tampan seperti Daniel. Namun tampan bukan satu satunya tolak ukur Anya dalam menilai seorang pria. 

Daniel punya kepribadian playboy yang membuat Anya merasa lebih baik menghindar daripada mendekati lelaki itu, lagi pula Anya juga sadar diri kalau ia bukan wanita cantik seperti kebanyakan wanita yang ia temui, jadi Daniel pasti tidak akan tertarik dengannya. Persepsinya membuat hatinya tidak tertarik dengan seorang pria sesempurna Daniel.

"Apa yang kau tunggu? Valentine Day?" tanya Daniel ketika mendapati bahwa Anya masih berdiri ditempatnya sembari memandanginya dengan tatapan melamun 

Anya tersadar dari lamunannya lalu buru buru melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruang kerja Daniel.

"Sial, dia pasti berpikir bahwa aku sedang tergila-gila padanya" gerutu Anya kepada dirinya sendiri. 

"Aku tidak berpikir seperti itu" 

Suara rendah dan berat milik Daniel membuat Anya memekik dan menoleh cepat, melihat Daniel yang berdiri di belakangnya. Ia tidak akan menyangka bahwa laki-laki itu akan keluar dari ruang kerjanya. Buru-buru Anya membungkukkan kepalanya entah untuk alasan apa dan melangkah menjauhi ruang kerja Daniel dengan wajah memerah karena malu.

Daniel tersenyum samar dan masuk kembali ke dalam ruangannya, sebenarnya ia keluar karena ia ingin mengatakan kode sekuriti apartemennya kepada Anya, namun perkataan kesal Anya membuatnya tidak bisa berdiam diri untuk tidak menganggu gadis itu.

Cinta Sang Lady Killer (UDAH TERBIT)Where stories live. Discover now