Pandangan Alexa kabur saat ia menekan pecahan kaca itu. Rasa perih menjalar, hangat darah merembes membasahi kulit pucatnya. Namun yang ia rasakan justru sekelebat wajah El—senyumnya yang hangat, suara tawanya yang selalu membuatnya merasa aman.
"Kenapa kamu nggak dateng, El..." bisiknya lemah, tubuhnya mulai terkulai.
TOK TOK TOK!
Suara pintu diketuk keras dari luar. "Dek! Dek, buka pintunya!" suara Alex menggema, panik.
Alexa hanya terbaring di lantai, nafasnya pelan, matanya separuh terpejam.
BRAK!
Pintu didobrak.
Bau kamar pengap serta lembap menguar indera penciuman Alex. Ia terperangah melihat adiknya dalam genangan darah. "Alexa!!!"
Alexa hanya terbaring lemah di lantai, matanya mulai terpejam. Suara Alex semakin keras, panik. "Lex! Jawab gue! Alexa!!"
Dengan cepat, ia mengangkat tubuh Alexa ke pelukannya, air mata mulai menetes dari matanya sendiri. "Bang!! Mom!! Dad!!" teriaknya histeris, mengguncang rumah dengan kepanikan.
__________
Satu tahun kemudian
Suara debur ombak mengahantam pantai dihiasi dengan langit jingga, hembusan angin menerpa rambut seorang gadis yang tengah menatap lurus hamparan laut yang membentang. Bagai air tak tersentuh, dirinya begitu tenang terduduk di atas pasir putih tak terusik sedikit pun.
Sementara itu disisi lain, dua orang lelaki tengah menperhatikan adiknya dari jarak sedikit jauh, mengawasi. Mereka terdiam, merasakan kesedihan dan kesepian yang dirasakan oleh adik perempuan satu-satunya.
"Dia kelihatan sedikit tenang sekarang," ucap Alex masih memperhatikan adiknya.
"Ya. Karena proses hukum Tares udah selesai, dan hukumannya udah ditetapkan," saut Carel dengan tangan terlipat didepan dadanya.
Alex mengangguk, "Tapi gue gak nyangka, kalo ternyata proses hukumnya bisa berjalan cepat. Walaupun butuh waktu satu tahun."
"Karena biasanya butuh waktu tiga sampai lima tahun buat kasus mafia dengan kejahatan besar kayak dia," sambung Alex.
"Tekanan publik itu luar biasa, media juga mengawasi, bahkan beberapa nama pejabat besar juga ikut terseret. Pemerintah sama pengadilan gak bisa main-main," ujar Carel menjelaskan.
Proses penyidikan yang biasanya memakan waktu sampai enam bulan, kali ini selesai hanya dalam dua bulan saja. Setelah pelimpahan berkas ke kejaksaan, satu bulan kemudian sidang pengadilan negeri dimulai.
Lagi-lagi proses sidang pun dipercepat. Yang biasanya dilakukan seminggu sekali dan berlangsung selama enam bulan bahkan sampai satu setengah tahun. Kali ini selesai hanya dalam waktu satu bulan, dengan sidang yang digelar seminggu dua kali.
Setelah itu sidang lanjutan dilakukan, dengan beberapa saksi ahli—medis, forensik, psikologi. Jaksa juga hadirkan bukti aliran dana terkait keterlibatan pejabat dan elite politik. Hal itu tentu membuat publik makin marah dan berujung dengan terjadinya demo besa-besaran. Pengacara Tares sempat mencoba untuk menunda sidang, namun hakim menolak dengan keras.
Pada bulan ke tujuh, jaksa menuntut hukuman mati atau seumur hidup. Tentu saja pengacara tersangka—Tares mencoba untuk melakukan pembelaan, dengan menyalahkan sistem, dan menyeret nama pejabat lain untuk meringankan hukuman. Bahkan media menyebut sidang ini sebagai "Sidang Abad Ini" karena banyak tokoh besar yang terseret.
"Usaha El buat ngejar dia gak sia-sia," ucap Alex, kali ini ia menatap ke bawah jembatan layang, dimana El terjatuh. "Hukuman mati udah ditetapkan sama hakim."
ESTÁS LEYENDO
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Novela Juvenil⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Epilog
Comenzar desde el principio
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)