PROLOG

424K 9.9K 76
                                        

Seorang gadis tengah melajukan motor besar nya dengan kecepatan yang begitu kencang, namun seketika matanya terbelalak saat rem nya tiba-tiba tidak berfungsi, "Shit!"

Dirinya dilanda panik apalagi saat matanya menangkap seseorang yang hendak menyebrang tanpa mengetahui keberadaannya. Mau tidak mau ia membelokkan motornya ke kanan lalu menabrak pembatas jalan hingga tubuhnya terpental beberapa meter.

Darah mulai mengalir begitu banyak di balik helm nya, kesadarannya kian menghilang. Mungkin inilah akhir hidupnya pikirnya.

__________


Mata lentik itu perlahan terbuka, menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya. Matanya sesekali mengerjap dan melihat sekelilingnya yang bernuansa putih.

Gue masih hidup? Batinnya.

Gadis itu mencoba untuk bangun dari tidurnya namun kepalanya begitu berdenyut membuatnya pusing tak tertahan, "Sshh auh.."

"Lexa... Sayang, kamu sudah sadar Nak? Syukurlah," ucap seorang wanita paruh baya dengan raut wajah khawatir menghampirinya lalu memeluknya. Tak lupa ia menekan tombol untuk memanggil dokter.

Wanita itu membantu si gadis untuk berbaring kembali.

Lexa siapa anjir? Ibu itu tadi manggil gue kan? Tapi siapa Lexa? Gue kan Zahira. Pikirannya dilanda kebingungan.

"Maaf Ibu siapa ya? Apa Ibu yang nolongin saya?" tanya Zahira kebingungan.

Si ibu terdiam mendengar penuturan anaknya, ia menatap tak percaya dengan pertanyaan yang diajukan putri satu-satunya ini, "Ini Mommy sayang, astaga! Kamu masa lupa sama Mommy?"

"Mommy?" Gumamnya. Mana ada Zahira memiliki Mommy, orang ia adalah anak yatim piatu pikirnya.

Tak lama seorang dokter memasuki ruangan diikuti dengan suster.

"Dok, ini kenapa anak saya jadi tidak kenal saya? Apa yang sebenarnya terjadi Dok?" tanya si Ibu panik dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Dokter mengangguk tenang, mencoba meredakan kecemasan. "Tenang, Bu Lana. Kami akan lakukan pemeriksaan neurologis dasar terlebih dahulu."

Ia mendekat ke ranjang, tersenyum singkat pada pasien. "Selamat pagi, Nona. Saya Dokter Yudha. Boleh saya melakukan pemeriksaan sebentar?"

Gadis itu hanya mengangguk lemah.

Dokter Yudha mengeluarkan penlight dan mulai memeriksa refleks pupil. Ia menyorotkan cahaya ke mata kanan, lalu kiri, mengamati respons konstriksi dan simetri.

"Reaksi pupil normal," gumamnya pelan ke suster, yang mencatat di tablet.

Kemudian, dokter meminta pasien mengikuti arah gerakan jarinya tanpa menggerakkan kepala. "Ikuti jari saya, ya. Lihat ke kanan... kiri... atas... bawah..."

Setelah itu, ia mengetuk pelipis dan oksipital pasien dengan ujung jarinya. "Ada rasa nyeri saat saya tekan di sini?"

"Ya... terutama di sini," jawab si gadis sambil memegangi pelipis kirinya.

Dokter mencatat. "Sakit kepala terlokalisir... bisa terkait benturan. Sekarang saya periksa orientasi, ya."

Ia mendekat sedikit. "Bisa sebutkan nama anda?"

"Zahira."

"Zahira?" Dokter mengernyit tipis. Ia menatap suster, lalu kembali pada pasien. "Tanggal dan tahun berapa sekarang, kamu tahu?"

Gadis itu diam lama. "Saya... saya nggak yakin."

"Di mana kamu sekarang?"

"Entah... rumah sakit?"

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon