Part 18 - Croissant

107K 4.2K 15
                                        

Halo guys!

Kali ini pendek aja yaa only 1000-an kata

Mohon diingat!

Jangan lupa

VOTE

KOMEN

FOLLOW

See you and happy reading

__________

Suasana di kafe itu hangat dan santai. Aroma kopi bercampur wangi roti panggang memenuhi udara. Alexa duduk di meja dekat jendela bersama Manda, sementara El baru saja kembali dari memesan di kasir. Di tangannya ada nampan berisi tiga cangkir kopi dan dua croissant.

"Ini pesanan kalian," kata El sambil meletakkan cangkir di depan Alexa dan Manda. Lalu dia duduk di kursi seberang mereka.

"Akhirnya, croissant gue terselamatkan," ujar Manda dengan nada setengah bercanda. Dia segera memotong roti itu dan menyantapnya dengan antusias.

Alexa mengaduk kopi di depannya sambil melirik El, perasaan kesal masih meliputinya. "Lo kenapa sih ngejar gue?"

El mengangkat alis nya. "Buat mastiin lo aman," ucapnya pendek.

Alexa mendengus sebal, "Emang lo pikir gue mau kemana? Harus dipastiin aman segala."

"Lo lupa? Kemarin lusa lo balapan?" Tanya El tepat sasaran.

Alexa tersentak mendengar pernyataan El. Matanya langsung menatap pria itu tajam, seolah ingin membela diri, tapi El tetap tenang. Tatapan dinginnya seolah mengatakan, "Gue tahu lo nggak bisa ngelak."

"Itu beda," Alexa akhirnya menjawab, suaranya penuh pembelaan. "Gue tahu apa yang gue lakuin, dan gue nggak minta lo repot-repot ngikutin gue ke mana-mana."

El menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyesap kopinya dengan santai sebelum menjawab, "Lo tahu apa yang lo lakuin? Balapan diam-diam, di tengah keramaian orang yang gak dikenal, terus kalo ada yang sabotase?" Nada suaranya tetap datar, tapi Alexa tahu itu adalah bentuk perhatian tersembunyi.

Manda, yang sedang menikmati croissant-nya, melirik mereka bergantian dengan mata berbinar. Drama kecil seperti ini selalu menghibur baginya. "El ada benarnya, Lex. Lo itu keras kepala banget."

Alexa mendengus pelan, tapi dia tahu Manda benar. Tetap saja, dia nggak suka merasa seperti anak kecil yang harus diawasi. "Gue cuma nggak suka diatur, El. Gue bisa jaga diri gue sendiri."

"Dan itu kenapa gue ada di sini," jawab El, singkat tapi penuh makna.

Alexa terdiam sejenak, tangannya masih mengaduk-aduk kopi yang sudah dingin. "Tapi lo nggak harus selalu ngejar gue ke mana-mana. Gue nggak mau lo repot."

El memiringkan kepalanya sedikit, menatapnya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Repot atau nggak, itu urusan gue. Gue tunangan lo, Alexa. Itu alasan yang cukup, kan?"

Alexa ingin membantah, tapi kata-kata itu membuat hatinya sedikit mencair. Sebelum dia bisa menemukan argumen lain, El melirik jam di pergelangan tangannya dan berdiri.

"Gue harus pergi," katanya sambil mengambil jaket yang dia gantung di kursi. "Ada urusan lain."

Alexa hanya bisa menatapnya dengan alis bertaut, perasaan campur aduk di dadanya. "Lo nggak mau duduk lebih lama?"

"Lo udah aman," jawab El datar, tapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya yang menunjukkan rasa puas.

Saat El pergi meninggalkan kafe, Alexa menghela napas panjang. "Aneh banget sih jadi cowok," gumamnya setengah frustrasi.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now