PART 4 - War

167K 7.1K 106
                                        

Entah apa yang ada di pikiran Alexa tiba-tiba mengucapkan kata-kata itu. Elard yang diberikan pertanyaan hanya menatapnya sekilas, namun tak kunjung iya jawab, membuat Alexa mencebik.

Nih si kulkas kenapa sih malah diem aja, gue kan jadi malu anjir batin Alexa.

Sesampainya di basecamp Elard menurunkan Alexa di sofa. Alexa menatap sekeliling, "Ini sih udah mirip kaya apartemen, bukan basecamp," gumamnya melihat sekeliling ruangan yang begitu komplit.

Terdapat one set sofa, TV, kulkas, mini bar kitchen, ada juga billiard di pojok ruangan, PS dan satu ruangan yang tertutup yang Alexa yakini itu adalah kamar.

Elard membawa kotak P3K dan air baskom lengkap dengan sapu tangan. Tanpa aba-aba ia menarik kaki Alexa ke pangkuannya.

"Shh auw, pelan-pelan sakit anjir," rintih Alexa meringis.

"Kaki lo kekilir?"

Alexa enggan menjawab, ia masih sedikit kesal dengan pertanyaannya yang belum ia jawab tadi.

Dengan perlahan Elard memijat pergelangan kaki Alexa lalu ia menarik kakinya hingga terdengar bunyi krek.

"Ah! Mommy! Sakiit..." jerit Alexa tertahan. Ia tidak berbohong, ini sungguh benar-benar sakit ditambah ngilu.

"Udah engga kan sekarang?" Tanya Elard sambil melepaskan kaos kakinya.

Alexa perlahan menggerakkan kakinya lalu mengangguk.

Dengan cekatan Elard membersihkan noda darah yang ada di kakinya, lalu ia mengoleskan salep dan menempelkan plaster. Setelah selesai ia beralih pada tangan Alexa yang tadi terkena tumpahan air bakso.

Ia meraih tangan itu dan mengoleskan salep pada tangannya yang terlihat kemerahan. Lalu Elard pergi membereskan alat-alat P3K dan baskom yang sebelumnya ia gunakan.

Selang lima belas menit Elard membawa frozen bento yang sudah ia hangatkan sebelumnya dan jus strawberry.

"Makan," ucap Elard.

"Thanks." Tanpa pikir panjang, Alexa memakan makanan itu dengan tenang. Tidak ada percakapan diantara mereka, Elard yang sibuk memainkan ponselnya dan Alexa yang sibuk dengan makanannya.

__________

Elard membuka pintu basecamp dan menutupnya perlahan, ia tadi izin pada Alexa untuk keluar sebentar. Belum ditinggal sampai sepuluh menit, Alexa sudah tertidur di sofa dengan dengkuran halusnya.

Perlahan Elard mendekati Alexa dan membuka jaketnya lalu menyelimutinya. Lama ia menatap Alexa, tangannya menyentuh pipi Alexa dengan lembut.

"Gue suka sama lo. Gue akan pastikan kalo lo gak akan bisa sama laki-laki lain lagi. Karena lo milik gue," ucap nya pelan lalu mengecup kening Alexa membuat si empunya melenguh pelan.

Lalu ia menjauhkan diri dari Alexa dan mengambil ponselnya menelepon seseorang.

__________

Alexa membuka matanya dan menatap sekitar, "Ko gue udah di kamar lagi?" Gumamnya bingung.

Namun ia kembali terpejam, sesekali menggulingkan tubuhnya mencari kenyamanan. Lagi-lagi tidurnya terganggu saat perutnya bunyi minta diisi.

"Ck, gak bisa diajak kompromi banget sih ni perut." Alexa bangkit dari tidurnya, berjalan menuju walk in closet lalu mengganti bajunya.

Sampai saat ini ia masih kagum dengan walk in closet yang berada di kamarnya. Semua kebutuhan nya benar-benar komplit, dimulai dari atasan dengan berbagai jenis. Dari kaos, hoodie, crop top, kemeja, dll. Belum lagi bawahannya seperti hot pants, jeans, highwest, kulot, rok, dll. Baju terusan seperti gaun, mini dress, dan masih banyak lagi.

Ditambah aksesoris lainnya seperti topi, bando, perhiasan, kacamata, jam, tas, sepatu. Mulai dari berbagai warna dan berbagai model semua lengkap. Ia selalu berdecak kagum, walk in closet ini sudah seperti toko baju dan perhiasan pikirnya.

Ia tidak bisa membayangkan betapa kayanya keluarga Bellamy, ia yakin masih banyak hal lagi yang belum ia ketahui.

Alexa mengganti pakaiannya dengan hot pants dan hoodie oversize, lalu ia mengambil masker dan topi. Ia berencana akan pergi ke minimarket yang ada di dekat rumahnya.

Dirinya melangkah menuruni tangga, "Bi, ini pada kemana ya? Kok sepi banget?" Tanya Alexa yang melihat Bi Inah.

"Tuan sama nyonya lagi keluar non, kalo Den Carel sama Den Alex katanya mau ke basecamp dulu sebentar," ucap Bi Inah menjelaskan.

Alexa yang mendengar hanya mengangguk mengerti, "Oke deh.. Saya mau ke minimarket depan dulu ya Bi, beli camilan."

"Iya non hati-hati."

Alexa mengepalkan tangannya, "Yes! Kan kalo gini gue bebas, gak ada yang larang-larang buat naik motor."

Alexa loncat-loncat ke girangan menuju garasi, "Aduh!" ringisnya saat teringat jika ia sedang terluka. "Jalan-jalan dulu kali yaa bentar," sambungnya.

Dirinya tertegun saat melihat mobil dan motor yang berjejer rapih, mulutnya terbuka saking shock nya melihat begitu banyak mobil dan motor mewah yang terparkir.

"Gila! Ini beneran?" Alexa berjalan perlahan mengelilingi garasi. Memang baru kali ini ia menginjakkan kakinya disini, ia tidak pernah menyangka jika garasi rumahnya akan seperti showroom mobil dan motor mewah.

Alexa menyentuh hati-hati beberapa mobil mewah seperti Lamborghini, Ferrari, Aston, Audi, BMW dll. Lalu matanya terpaku pada motor sport Ducati yang ia impi-impikan sejak dulu. Tak hanya ada Ducati. Ada juga Kawasaki, Ariel, MV Agusta, dan masih banyak lagi.

Ia jadi bingung ingin menggunakan yang mana, "Pamer sesekali boleh kali yaa," gumamnya terkikik geli.

Ia memang tidak asing dengan motor dan mobil sport. Karena dulu saat menjadi Zahira, hal yang berbau otomotif adalah makanan sehari-harinya.

Zahira dulu juga sering mengikuti balapan liar. Tak hanya sekedar mengikuti, seringkali ia juga memenangkan balapan itu. Bukan hanya itu saja, balapan mobil pun juga ia lakoni. Bahkan ia jago nge-drift.

Dirinya memang terlahir sebagai yatim piatu, tinggal di panti asuhan. Namun saat beranjak dewasa, ibu panti memberinya kebebasan dan pilihan untuk tinggal sendiri. Disitulah ia mulai memiliki teman dan iseng-iseng mengikuti balapan liar. Dari keisengannya itulah menjadi hobi.

Alexa mengambil kunci salah satu mobil, "Ini aja kali ya," gumamnya pelan.

Sebenarnya ia agak sedikit ngeri kalo harus mengendarai mobil yang harganya milyaran. Mungkin lebih tepatnya ia nervous, belum siap. Ia akan mencoba Toyota GR86 merah untuk pemanasan. Alexa tafsir harganya kisaran tujuh ratus sampai delapan ratus juta. Itupun jika mobil nya belum di modif.

Alexa mencepol rambutnya asal, "Udah lama juga gue gak ngendarain mobil," ucapnya lalu memasuki mobil.

Setelah terdengar suara mesin, tak lama mobil itu pun meninggalkan garasi.

Mobil Alexa melesat melewati jalanan yang lengang. Sesekali ia menambah laju kecepatan nya dan menyalip mobil lain. Tujuan awalnya untuk ke minimarket sirna, kini ia hanya ingin mencari angin.

Alexa memelankan laju mobil nya saat jalannya terhalang oleh orang-orang yang sedang berkelahi di tengah jalan.

"Kurang kerjaan banget sih mereka, berantem di tengah jalan kaya gak ada tempat lain aja," ucap Alexa kesal.

Ia hanya terdiam di dalam mobil, enggan untuk keluar sedikit pun. Namun matanya menyipit saat ia melihat wajah yang menurutnya tak asing.

"Siapa ya?" Gumamnya. Alexa mencoba untuk terus mengingat, seketika ia teringat ucapan Manda "Nah kalo dia Delio, atau biasa disebut Lio. Dia itu temen si Brandon juga, kapten tim basket. Kalo udah maen basket, beuh aura nya tuh aur-auran deh pokonya."


TBC


I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now