Part 73 - The Mission

Start from the beginning
                                        

Alexa membelalak. "Bang Al?! Lo juga?!"

"Yap," jawab Alex singkat. "Dan... pose lo barusan waktu narik jaket? Lima dari sepuluh lah. Kurang dramatis dikit."

Alexa menghela napas panjang, lalu menoleh ke sudut-sudut ruangan. Matanya menangkap titik kecil merah di ujung langit-langit—kamera. Ia memicingkan mata, lalu mengangkat tangannya... dan mengacungkan jari tengah tepat ke arah lensa.

"PUAS LO!"

Dengan cepat, ia menarik pistol kecil dari pinggangnya dan menembak satu per satu CCTV yang terlihat.
BLAM!—CRACK!—BLAM!
Cahaya merah di ujung kamera padam satu demi satu.

Bisa-bisanya ia bertarung disini sendirian dan mereka hanya enak-enakan menonton pikirnya.

"Eh eh, jangan semua, dong! Kita masih perlu pantau lo keluar!" seru Alex di sebrang.

Alexa hanya mendengus, menembakkan satu kamera terakhir lalu menyelipkan pistolnya lagi.

"Kalau lo masih mantau, pastikan pintu keluar gue gak ada kejutan," katanya ketus, lalu berjalan ke arah pintu dengan langkah cepat.

Di balik sorot tajam dan napas yang masih sedikit berat, terselip rasa hangat. Suara kedua abangnya—Carel dan Alex—membuatnya merasa... tidak sendirian.

Dan itu lebih dari cukup untuk melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan.

Menuju perang yang sebenarnya.

"Apa yang terjadi sama El?" tanya Alexa penasaran. Pasalnya ia masih kepikiran dengan video yang diberikan oleh Rava.

"Aman... paling cuma lebam dikit," jawab Alex tidak membuat Alexa tenang. "Anggap aja El lagi latihan, lawan belasan orang sekaligus," sambungnya membuat Alexa menggelengkan kepala tidak percaya.

"Tujuan lo sekarang nyusup ke dalam, cari Bian dan pura-pura jadi Kirana," perintah Carel dengan entengnya.

Alexa menyipitkan mata, menatap ke sekeliling ruangan yang perlahan mulai terasa semakin sempit karena tekanan waktu dan situasi.

"Dan lo kasih gue waktu berapa lama buat nemuin Bian?" tanyanya, nada suaranya setengah ketus, setengah waspada.

Suara Carel terdengar kembali, kali ini lebih tegas. "Lo cuma punya paling lama empat puluh menit sebelum sistem mereka nyadar ada yang aneh. Kalau lebih dari itu, mereka bakal mulai lacak ulang jejak Kirana, apalagi kalau mereka curiga lo bukan dia."

Alexa mengerutkan kening. "Empat puluh menit doang? Kenapa harus buru-buru banget sih?!"

Carel menarik napas, terdengar jelas melalui transmisi yang masih terbuka. "Karena lo sekarang ada di jantungnya markas Tares, Alexa. Ini bukan tempat main. Semakin lama lo di situ, semakin besar kemungkinan lo kepergok. Dan kalau lo ketahuan nyamar jadi Kirana, lo gak cuma dikeroyok—lo bisa dibunuh di tempat."

Alexa mendengus, berbalik menatap pintu yang baru saja ia lewati. "Cepat atau lambat gue pasti ketangkep juga, Bang. Apalagi kalau mereka tahu Kirana dan para pengawalnya udah gue bikin nyungsep di luar sana. Gak mungkin itu gak bikin heboh."

"Gue yang urus itu," jawab Carel cepat. Suaranya tenang, namun menyiratkan tekad bulat. "Pokoknya sekarang lo fokus sama satu hal, cari Bian. Hidup atau mati, dia kuncinya. Jangan mikirin yang lain."

"Dan ingat! Hindari orang-orang apalagi ngobrol sama orang mereka. Karena kalo itu terjadi, lo akan cepat ketahuan."

Alexa ingin membalas, mempertanyakan lebih jauh. Tapi sebelum ia sempat membuka mulut, suara Alex menyelip cepat memotong, kali ini tanpa ketawa-ketawa.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now