Namun dua lainnya datang lebih cepat dari yang dia perkirakan.
Pukulan dari kanan menghantam lengannya, membuat Alexa mundur setengah langkah. Tapi ia langsung memutar tubuh, dan melempar pisau lipat ke arah satu bodyguard yang mendekat dari sisi kiri—bukan untuk melukai, tapi mengalihkan fokus. Saat pria itu menepis pisau tersebut, Alexa sudah berada di depannya, menendang lututnya hingga patah arah. Jeritan keras terdengar, tapi tidak menghentikan yang lain.
Bodyguard paling besar maju cepat, lebih cepat dari posturnya yang besar. Ia menghantam Alexa dengan tangan kosong, mendorongnya ke dinding. Bahunya terhantam beton, membuatnya sesak napas sejenak. Tapi tatapan Alexa tetap tajam.
Pria itu menarik tangan kanannya tinggi-tinggi, bersiap memukul.
Alexa menunduk cepat, lalu menyikut perut si pria, memutar ke belakangnya, dan melompat ke atas, mendaratkan tendangan di belakang leher. Pria itu terhuyung, dan Alexa menyikut sisi lehernya lagi, mencari titik tekanan. Pria itu tumbang, lambat tapi pasti.
Sisa satu lagi—dan Kirana, yang kini sudah bangkit dengan wajah marah dan darah mengalir di sudut bibir.
Tangan Kirana kini menggenggam pistol kecil, yang ia ambil dari balik jaketnya.
"Lo kira lo menang?" desis Kirana, wajahnya merah padam.
Alexa hanya menyeringai. "Gue udah menang bahkan sebelum lo buka pintu ruangan ini."
Dengan gerakan kilat, Alexa menyambar salah satu tonfa dari tangan bodyguard yang terkapar. Saat Kirana menarik pelatuk, Alexa melemparkan tonfa itu lurus ke arah tangan Kirana—BLETAR!—bunyi logam menghantam keras. Pistol itu terlempar ke lantai.
Kirana terkejut. Tapi belum sempat dia memungut senjatanya kembali, Alexa sudah di depannya.
Pukulan telak menghantam wajah Kirana—keras dan penuh dendam. Kirana terjatuh, tapi Alexa tak berhenti. Ia menarik kerah Kirana, membalik tubuhnya, dan menekan punggungnya ke lantai.
Tangannya mencabut pisau kecil dari cincin yang masih ia pakai, lalu menempelkannya tepat di bawah rahang Kirana.
"Lo pikir gue gak bisa apa-apa?" bisik Alexa, napasnya berat. "Lo salah besar."
Kirana mengerang, matanya dipenuhi kemarahan dan ketakutan untuk pertama kalinya.
"Gue udah dilatih buat ini, Kirana. Sama kedua abang gue dan tunangan gue. Sama hidup yang ngajarin gue kalau takut gak bisa nyelametin siapa pun."
Alexa menatap lurus ke mata musuhnya. Tatapan yang tak bisa digertak.
"Sekarang denger baik-baik," katanya pelan, dingin. "Gue gak datang ke sini buat bertahan hidup. Gue datang buat ngehancurin lo."
Dan dalam diamnya, Alexa bergerak.
Tangan kirinya menyusup cepat ke balik jaket Kirana yang kini setengah robek akibat perkelahian. Ia meraba sepanjang lapisan dalam, tepat di area tulang rusuk—dan jemarinya menemukan benda logam kecil berbentuk oval, tersembunyi di dalam saku tersembunyi.
Sebuah stun gun. Mini, hitam pekat, dengan pelat besi tipis di ujungnya.
"Senjata terakhir lo," bisik Alexa pelan, nyaris seperti gumaman untuk dirinya sendiri.
Tanpa menunggu aba-aba dari siapa pun, ia menggenggam alat itu dengan mantap dan langsung mengaktifkannya—dengungan listrik menyambar di udara. Alexa menekan pelat ke sisi leher Kirana—ZAAAP!
Tubuh Kirana bergetar keras, lengannya menegang, dan matanya membelalak. Jeritan tertahan keluar dari mulutnya sebelum tubuhnya menggeliat dalam kejang singkat dan berakhir lumpuh total. Nafasnya masih ada, tapi lemah. Sadar, tapi tak mampu bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Fiksi Remaja⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Part 73 - The Mission
Mulai dari awal
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)