Empat lawan satu. Kirana target utama. Fokus lumpuhkan Kirana dulu, baru sisanya.
"Ngomong-ngomong soal kedua abang lo..." lanjut Kirana dengan senyum licik. "Sekarang dia lagi sibuk ngejar jejak palsu yang gue kasih. Mungkin nanti pas dia sadar lo gak ada, udah telat."
Alexa perlahan menyenderkan tubuhnya ke belakang, berpura-pura pasrah. Tapi di balik gerakan itu, kakinya bergerak halus—mengencangkan otot, menyusun momentum. Senjatanya hanya pisau cincin kecil, tapi satu tusukan ke titik vital bisa lebih mematikan dari peluru.
Akhirnya Alexa membuka mulut. Suaranya pelan tapi tajam.
"Lucu ya," ucapnya datar. "Lo udah ngerasa menang... padahal lo baru aja nyentuh perangkap terakhir yang gue pasang."
Kirana mengerutkan alis. "Apa maksud lo?"
Alexa menatapnya lurus. "Reesha mati karena lo. Tapi bukan berarti gue gak ngelakuin apapun buat nyiapin balas dendam. Gue udah lama nunggu saat kayak gini. Saat di mana lo ngerasa paling berkuasa."
Ia condong sedikit ke depan. "Karena orang kayak lo, cuma bisa menang kalau lawannya ketakutan. Sayangnya, gue gak takut."
Mata Kirana menyipit. Ada sedikit keraguan di sana, seperti gelombang kecil yang nyaris tak kentara. Tapi Alexa menangkapnya.
"Liat lo sekarang—bawa empat bodyguard buat ngadepin satu cewek. Berani banget, ya?" sindir Alexa, senyum mengejeknya mulai naik perlahan. "Atau jangan-jangan... lo cuma takut lo gak bisa ngalahin gue sendirian?"
Kirana menahan napas. Aura di ruangan berubah. Sekarang bukan Kirana yang mengintimidasi, tapi Alexa. Kalimatnya tajam, matanya tenang, dan ekspresinya nyaris seperti sedang menonton lawan yang perlahan kalah.
"Lo tau nggak bedanya lo sama gue?" lanjut Alexa, suaranya makin dingin. "Lo butuh kamera, senjata, dan anak buah buat bikin satu orang diem. Sedangkan gue... cuma butuh satu celah."
Ia mendongak menatap Kirana dengan sorot penuh bahaya.
"Dan sekarang, lo baru aja ngasih gue celah itu."
Tangan Alexa perlahan mulai menegndur, bersiap melepas semua sandiwara—dan dalam satu gerakan cepat, mengubah meja permainan.
Dalam sekejap—secepat kilat—Alexa bergerak.
Tubuhnya melompat dari kursi, tali palsu terlepas, dan tangan kanannya langsung menarik kerah jaket Kirana yang berdiri terlalu dekat. Kirana terkejut, tak sempat bereaksi saat tubuhnya ditarik kasar ke depan. Alexa menyikut perut Kirana keras-keras, membuatnya meringis dan kehilangan keseimbangan. Dalam gerakan yang sama, tangan kiri Alexa menyambar tonjolan di sabuk Kirana—sebuah pisau lipat kecil—dan langsung merampasnya dari tempatnya.
Tanpa memberi waktu untuk menarik napas, Alexa membalik tubuh Kirana ke depan dan menyodokkan lututnya ke belakang lutut sang musuh, membuat Kirana jatuh berlutut dengan tubuh setengah terpelintir.
"AARGH!" Kirana berteriak kesal.
Empat bodyguard yang tadi hanya berdiri diam sontak bereaksi. Dua di antaranya berlari ke arah Alexa, tonfa terangkat siap menghajar kepala. Yang lain langsung mengelilingi dari sisi kanan dan kiri, berusaha mengepung cepat.
Alexa tahu ia tak bisa bertarung sambil memegangi Kirana, maka ia dorong musuhnya itu ke arah dinding, membuat Kirana tersungkur sejenak. Seketika, Alexa berbalik dan menyambut serangan pertama.
Tonfa diarahkan ke pelipisnya—Alexa menunduk, lalu menyapu kaki si pria dari sisi dengan gerakan putar. Laki-laki itu terjatuh, dan Alexa memanfaatkan momen itu untuk menghantam tenggorokannya dengan siku—tepat di titik lemah. Lawan pertama tumbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Part 73 - The Mission
Mulai dari awal
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)