Ia tahu, jika hanya diam, tak akan ada yang datang. Tapi jika ia membuat keributan...
"Kreeeekk... kreeekk..."
Suara kayu dan gemuruh gesekan kaki kursi akhirnya membuahkan hasil.
Ceklek.
Pintu besi di hadapannya terbuka.
Cahaya dari luar menyorot masuk, siluet seorang perempuan berdiri di ambangnya. Langkah kaki berderap di belakangnya, beberapa pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam masuk mengikuti.
Alexa mendongak perlahan. Matanya menyipit, lalu membelalak tajam.
Itu Kirana.
Perempuan yang membuat hidup Reesha hancur. Perempuan yang menjadi alasan mengapa sahabatnya mati dalam derita dan trauma. Sekaligus anak dari mafia yang selama ini diincar oleh abangnya dan timnya.
Darah Alexa berdesir.
"Akhirnya kita ketemu lagi," ucap Kirana dengan suara tenang namun dingin, senyumnya mencibir.
Mata Alexa menatapnya tajam, penuh kebencian, kemarahan, dan luka lama yang belum sembuh. Ia menahan diri untuk tidak meludahi wajah di hadapannya.
Baru kali ini Alexa melihat wajah Kirana yang benar-benar menantang dan seperti tidak kenal takut akan apapun.
Atau mungkin memang inilah wujud aslinya pikir Alexa.
"Lo gak akan pernah bisa pergi kemanapun, Alexa." Kirana melangkah pelan mendekat.
Alexa tak menjawab. Ia hanya menatap lurus, tubuhnya masih diam di kursi, sementara tangannya masih diposisi, tampak terlihat terikat padahal sudah bebas. Tapi matanya? Mata itu membara dan Kirana tahu, gadis ini bukan Alexa yang dulu.
"Jadi selama ini lo kerjasama sama Rava?" tanya Alexa tertawa sinis. "Lalu Manda juga," sambungnya.
"Kenapa? Kayaknya lo kaget banget tahu akan hal itu." Kirana semakin mendekat, menunduk dan menyentuh pipi Alexa.
Alexa tidak bergerak. Tatapannya tetap dingin. Bahkan saat Kirana menyentuh pipinya, tidak ada sedikit pun getaran takut dari sorot matanya—hanya kehampaan yang nyaris menyerupai ancaman.
"Lo masih berani ngelawan?" bisik Kirana pelan, hampir terdengar seperti desisan ular. "Padahal sekarang lo gak bisa apa-apa, Alexa. Reesha udah mati. Sahabat lo satu-satunya berkhianat sama lo. Lo mulai kehilangan orang-orang terdekat lo. Gak akan lama lagi lo akan hancur. Dan lo... lo cuma tinggal tunggu waktu sebelum keluarga lo juga ikut nyusul."
Kirana berdiri tegak lagi, menyeringai puas. "Lo pikir lo kuat? Keluarga lo itu lemah, penuh celah. Dan celah itu... udah gue manfaatin dengan sangat baik. Lo lihat sendiri hasilnya, kan?"
Ia tertawa kecil, penuh percaya diri. "Gue cuma butuh satu malam untuk ngebuat lo hilang dari peta. Gak ada yang bakal nyari lo. Bahkan abang lo pun gak bakal sempat nolong lo."
Alexa masih diam. Tapi dari tatapannya, mulai muncul sorot lain, sorot menghitung.
Ia mulai menganalisis Kirana dari ujung kepala hingga kaki. Sepatu bot kulit, bisa jadi ada pisau kecil di dalamnya. Di sabuk Kirana, ada tonjolan halus—kemungkinan besar senjata setrum atau pisau lipat. Jaket kulit tebal yang terlalu berat untuk sekadar gaya—pasti menyembunyikan sesuatu. Senjata api kecil atau alat komunikasi.
Empat pria di belakangnya, dua membawa tonfa—senjata pamungkas bodyguard. Satu dengan pinggul menggembung—pistol. Yang terakhir tampak paling lengah, tapi tinggi besar. Mungkin mengandalkan tenaga fisik.
BINABASA MO ANG
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Part 73 - The Mission
Magsimula sa umpisa
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)