Part 73 - The Mission

Comenzar desde el principio
                                        

Seketika, tubuhnya menegang. Jantungnya berdegup begitu kencang hingga dadanya terasa begitu sesak.

"Astaga..." bisiknya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Alexa langsung mematikan sambungan telepon. Ia berlari keluar kamar, menuruni anak tangga. Terlihat suasana rumah yang tampak begitu sepi, menunjukkan jika para penghuninya sudah berada di kamar masing-masing. Dengan cepat, ia menuju garasi.

Tangannya sempat gemetar saat membuka pintu mobil. Detik berikutnya, mesin mobil telah menyala dan Alexa melaju keluar dari garasi dengan kecepatan penuh, pikirannya hanya terfokus pada satu hal—menyelamatkan El.

__________

"Siap diposisi," ucap seseorang setelah mematikan sambungan teleponnya. Sudut bibirnya terangkat, menatap ke depan.

Rencana terakhirnya, kini dimulai.

Seseorang yang lain terllihat tengah memantau suatu titik dari pelacak di gadget nya. "Lima menit lagi dia akan sampai."

Orang itu mengangguk, masih terdiam di mobil.

Terlihat tiga mobil hitam sekaligus berjejer di tengah jalan, menghadang siapapun yang nantinya akan melewati mereka. Ditambah dengan beberapa orang yang sudah berdiri di samping mobil.

Suara deru mesin yang meraung memecah kesunyian malam. Dari kejauhan, sebuah mobil berwarna merah melaju dengan kecepatan tinggi, lampunya menyorot tajam ke arah barisan mobil hitam yang menghadang di tengah jalan sempit itu.

Mobil itu berhenti mendadak hanya beberapa meter di hadapan mereka, menyisakan aroma ban terbakar yang menyesakkan udara.

Pintu mobil merah terbuka keras, dan seorang perempuan keluar dengan langkah cepat dan penuh emosi.

Alexa.

"Kalian bisa minggir gak?! Ngapain hadang jalan gue kayak gitu!" teriaknya lantang, matanya menyapu tajam wajah-wajah yang kini menoleh ke arahnya.

Namun tidak ada yang menanggapi. Justru beberapa dari mereka mulai bergerak mendekatinya, perlahan namun pasti, seperti serigala yang mengelilingi mangsanya.

Alexa langsung waspada. Ia mengambil posisi bertahan, kaki kirinya sedikit mundur, tangan terkepal di depan dada. Matanya fokus, tidak ada rasa takut yang tergambar, hanya kemarahan yang kini mulai mendidih.

"Oke kalau kalian maksa, gue gak akan nahan diri!" serunya tajam.

Salah satu pria berbaju hitam menyerang lebih dulu dengan tinjunya. Alexa memiringkan badan, menghindari pukulan itu, lalu membalas dengan tendangan putar yang menghantam sisi wajah pria itu hingga ia terjungkal ke tanah.

Dua pria lain menyerbu dari sisi kiri dan kanan. Alexa melompat mundur, menangkis pukulan pertama lalu membalas dengan siku ke arah dada penyerangnya. Satu lagi mencoba menendangnya dari belakang, tapi Alexa berbalik cepat dan menghantam tulang kering pria itu dengan tendangan rendah.

Gerakannya cepat dan presisi, hasil dari latihan dan insting bertahan yang ia asah bersama El selama ini.

Namun semakin lama, jumlah lawan semakin banyak. Alexa mulai kehabisan napas. Keringat membasahi wajahnya, napasnya memburu, tapi amarahnya belum padam. Dengan tenaga tersisa, ia menghajar mereka tanpa ampun—membabi buta, penuh ledakan emosi.

Tinju, tendangan, bahkan sergapan acak ia layangkan ke segala arah, membuat beberapa dari mereka kembali tumbang. Tapi tetap saja—ia hanya sendiri, sedangkan mereka terlalu banyak.

Tiba-tiba seseorang ke luar dari mobil, suaranya terdengar tegas namun tenang. "Cukup, Lex. Berhenti. Lo nggak akan bisa menang sendiri."

Alexa yang sudah bersiap menyerang kembali, langsung menghentikan gerakannya. Matanya menatap ke arah suara itu—dan membeku.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora