Part 73 - The Mission

Start from the beginning
                                        

"Gue cuma mau temuin temen gue!" teriaknya—bukan karena menyerah, tapi untuk mengalihkan perhatian.

Saat satu dari mereka menoleh, Alexa berlari ke sisi kiri, menembakkan peluru terakhirnya ke arah lampu ruangan—gelap.

Lampu meledak—kegelapan langsung melingkupi ruangan seperti tirai tebal yang menelan segalanya. Alexa memanfaatkan kekacauan itu untuk menyelinap cepat menuju pintu keluar.

Namun—

Dor! Dor!

Peluru kembali melesat—dari arah yang tepat.

Alexa tersentak, tubuhnya reflek mundur. "Sial," desisnya. Ternyata dua pria itu masih bisa menembak dalam gelap. Tembakan mereka tak asal-asalan. Mereka tahu letaknya. Mereka—terlalu terlatih.

Jalan keluarnya benar-benar dihalang.

"Hebat juga..." gumam Alexa dengan nada frustrasi sambil berdecak sebal. "Sialan. Jadi bukan cuma jaga pintu, tapi mereka juga ninja malam, ya?"

Ia meraba pinggangnya—magazine kosong. Tidak ada waktu untuk isi ulang.

Suara langkah kaki mendekat pelan-pelan, mantap dan mengintai. Mereka mempersempit ruang gerak Alexa.

Namun tiba-tiba—

"ARGH!"

Sebuah erangan keras lolos dari mulut salah satu pria. Diikuti suara tubuh terjatuh menghantam lantai.

"Ugh...!" teriak pria kedua, sebelum senyap seketika.

Alexa terpaku.

Itu bukan ulahnya. Ia tahu jelas, ia tak menarik pelatuk.

Kilatan kecil cahaya muncul di tengah ruangan gelap. Sebuah senter mungil menyapu ruang.

Dari balik bayangan, muncullah sosok wanita—anggun, tajam, dan tak terduga. Rambutnya terurai sempurna. Gaun mini hitamnya melekat anggun di tubuh rampingnya, dipadukan dengan sepatu bot tinggi yang memantulkan suara setiap langkah. Sebelah tangannya masih menenteng pistol yang sudah tak berasap.

Wanita itu menatap Alexa datar. Mata beningnya menilai cepat, tanpa emosi.

"Sepertinya Carel lupa ngajarin lo buat nembak dalam kegelapan ya," ucapnya dengan suara tenang dan dingin, seakan ia baru saja membunuh dua orang sambil ngopi santai.

Alexa menelan ludah. "...Siapa lo?"

Wanita itu tidak langsung menjawab. Ia hanya melemparkan satu tatapan ke dua mayat yang tergeletak di lantai, lalu ke arah Alexa yang masih berjongkok di balik rak. Kemudian, dengan langkah ringan namun mantap, ia mendekat dan menjulurkan tangannya.

"Berdiri. Lo punya misi yang belum selesai."

__________

Dilain sisi, seseorang tersenyum samar mendengar suara wanita itu yang begitu dingin namun terselip rasa khawatir. Berbeda dengan satu orang lainnya yang tampak syok dan terkejut menatap abangnya horor.

"Bang! Itu suara siapa? Kok rasanya gue familiar ya?" tanya Alex, mengotak-atik monitornya, mecari CCTV terdekat yang menampilkan keberadaan Alexa.

Alex memperbesar salah satu tampilan CCTV yang menyorot sebuah ruangan gelap, namun kini mulai terlihat lebih terang karena bantuan senter kecil. Kamera itu menampilkan Alexa—masih berjaga dengan napas memburu—dan seorang wanita bergaun hitam yang baru saja menembak dua penjaga markas Tares.

Saat wajah wanita itu tertangkap jelas di layar...

Mata Alex membelalak. "Gila... tunggu. Tunggu sebentar."

Ia mengetik cepat, memperjelas resolusi tampilan kamera. Gambar yang awalnya buram kini menajam—dan menampilkan wajah cantik, dingin, serta tajam milik wanita itu. Rambutnya tergerai, sikapnya tenang namun waspada.

Alex menelan ludah. "Itu... Evelyn?"

Namun bukan dia atau Carel yang lebih dulu menyebut nama itu.

Suara itu terdengar di earpiece yang terpasang di telinga mereka berdua.

Alex menoleh cepat pada Carel—menyadari bahwa suara itu milik El, yang saat ini berjaga di luar markas, memantau semuanya dari jarak aman.

Di sudut mobil van hitam, El duduk sambil memperhatikan layar laptop yang menampilkan jaringan CCTV markas Tares. Tatapannya terpaku pada gambar Evelyn yang baru muncul.

"Jadi ini alasan lo gak biarin kita ikut campur dalam misi solo Alexa?" tanya Alex, sambil menahan nada heran dalam suaranya.

Carel tidak langsung menjawab, hanya mengangguk pelan. Matanya juga tak lepas dari layar.

"Gue gak terlalu khawatir soal Alexa... karena Evelyn ada di sana," ucapnya akhirnya, setengah menghela napas.

Alex masih menatap layar monitor. "Tunggu, yang Evelyn ini... Evelyn yang itu? Maksud gue Evelyn mantan lo, kan?" tanyanya pelan, masih belum percaya.

Carel tak menjawab, tapi sorot matanya membenarkan semuanya.

Pikiran Carel pun melayang kembali ke beberapa hari lalu—saat ia akhirnya menemui Evelyn. Wanita yang sejak dulu selalu menolak keterlibatan dalam misi-misi yang bersinggungan dengan Carel, apalagi sejak hubungan mereka berakhir dengan cara yang... tidak bisa dibilang baik.





TBC

JANGAN LUPA UNTUK TARGETNYA KALO MASIH MAU DILANJUT CERITANYA YAA

1K VOTE + 1.5K KOMEN

CALL ME NANA!

JANGAN LUPA SEMANGATIN AUTHORNYA!

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now