Part 73 - The Mission

Start from the beginning
                                        

"Kalo banyak gini gimana cara gue cek CCTV nya coba... Ya kali gue cek satu-satu? Kapan kelarnya," ucap Alexa mengeluh.

Alexa menghela napas kesal, tapi waktu terus berjalan. Ia memaksakan diri untuk tetap fokus dan cepat duduk di depan konsol.

Tangannya langsung menyentuh panel kontrol yang berada tepat di bawah layar monitor utama. Jarinya menari cepat, mencoba satu per satu menu—sortir, filter, perbesar. Ia mencoba mengakses histori pergerakan kamera di zona-zona terisolasi. Kalau Bian ditahan, dia pasti nggak mungkin ditempatin di sel biasa.

"Please... tunjukkin sesuatu," gumamnya.

Setelah beberapa menit mengotak-atik sistem, Alexa akhirnya berhasil menampilkan titik lokasi tahanan berisiko tinggi. Satu panel monitor menampilkan sebuah ruangan kecil dengan satu sosok pria terikat di kursi baja, wajahnya tertunduk. Kamera menampilkan kode ruangan K4-B20.

Alexa langsung membesarkan tampilan video dan menahan napas. "Bian...?" gumamnya ragu, namun yakin. Meski wajahnya tidak sepenuhnya terlihat, Alexa bisa mengenali pria itu dengan jelas.

"YES!" serunya pelan. Ia bersorak kecil, menepuk lututnya sendiri dengan ekspresi puas. "Ketemu!"

Namun baru saja ia akan bangkit dari kursinya—

"Jangan bergerak."

Sesuatu yang dingin—keras dan bulat—menempel tepat di pelipis kirinya. Moncong pistol.

Alexa langsung membeku.

"Lo ngapain di sini?" tanya suara berat itu, tajam dan mencurigai.

Alexa perlahan melirik ke arah suara itu. Sosok pria yang tadi ia dengar mengeluh soal waktu istirahat. Di belakangnya, pria kedua muncul—juga dengan pistol siap tembak, membidik punggung Alexa dari jarak dua meter.

Mereka berdua.

Yang tadi ia curi dengar.

Sial.

Alexa mengangkat tangannya perlahan. Wajahnya dibuat tenang, pasrah—seolah menyerah.

"Kalian salah paham," ucapnya lembut, seperti gadis manja tak tahu apa-apa. "Aku cuma—"

BRAK!

Dengan gerakan secepat kilat, Alexa menjatuhkan tubuhnya ke samping, lalu menggenggam pistol di pinggang dan menodong balik ke arah pria pertama.

Dor!

Tembakan pertama meletus—Alexa meluncur ke belakang meja, berlindung. Balasan dari dua pria itu membabi buta, menghujani tempat sembunyi Alexa dengan peluru.

BRAK BRAK!
CRASH!

Monitor pecah, serpihan beterbangan. Alexa berguling ke sisi kiri meja, menembakkan dua peluru ke arah salah satu pria, namun keduanya berhasil menghindar dengan cepat. Mereka sangat terlatih—gerakan mereka nyaris otomatis, efisien, minim celah.

"Gila," gumam Alexa, napasnya memburu. "Mereka bukan penjaga biasa."

Peluru lainnya melesat, menghantam besi meja di depannya. Alexa memiringkan kepala, nyaris terlambat menghindari peluru yang hampir menembus sisi kepalanya.

Gue harus keluar dari sini—atau habisi mereka.

Alexa menendang meja ke depan sebagai pengalih, lalu melompat keluar dari sisi kanan, melepaskan tembakan beruntun. Salah satunya sempat terjatuh mundur, namun pria kedua bergerak cepat dan kembali membalas. Alexa menyelinap ke balik rak peralatan.

Dor! Dor!

Peluru kembali meluncur cepat. Salah satunya menghantam dinding hanya beberapa inci dari kepala Alexa. Jantungnya nyaris copot. Ia menggertakkan gigi.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now