Part 71 - Culinary Festival

Comenzar desde el principio
                                        

Alexa mengembukan pipinya, "Ya nggak salah! Tapi bukan itu maksud gue!"

"Lagian lo ngomongnya nggak jelas. Biasain pake SPOK," timpal Alex mencubit pipi Alexa gemas.

"Auwh! Bisa diem nggak! Emang lo pikir pelajaran bahasa Indonesia? Harus pake SPOK segala?" Alexa menghempas tangan Alex, tak lupa menjaga jarak dengannya.

"Marah-marah mulu lo. Lagi PMS ya? Bukannya biasa lo pertengahan bulan yaa?"

"ALEEEEX CARVER BELLAMY! ANJING LO YA!" Kali ini kesabaran Alexa benar-benar sudah habis. Ia menyimpan toples yang ia pegang lalu beralih memukul Alex, sesekali ia mencubitnya karena kesal.

"Mommy! Tolongin Al! Anak kesayangan Mommy lagi dianiaya sama singa betina!" teriak Alex mencoba untuk kabur melarikan diri.

Alhasil mereka jadi kejar-kejaran di ruang tengah. Alex yang terus berlari menghindari adiknya. Sementara Alexa yang terus mengejar abangnya, berkali-kali Alexa melemparkan barang-barang yang ada dalam jangkaunnya untuk menimpuk Alex, namun berkali-kali juga benda itu tidak mengenai si empu.

Hingga akhirnya kaki Alexa tersandung oleh kaki meja, membuat ia meringis dan hampir terjatuh jika saja tidak ada yang menahannya.

"Kalian tuh nggak bisa ya tenang sehari aja?" tanya Carel sarkas di telinga Alexa, namun matanya menatap Alex tajam, dengan posisi Alexa yang masih ada dalam rengkuhan abangnya itu.

Carel menghembuskan napasnya pelan, mencoba untuk sabar menghadapi kedua adiknya, lalu menatap Alexa. "Sakit nggak?"

Alexa hanya mengangguk pelan. Sementara Alex perlahan terduduk di sofa dengan kaku.

Carel berjongkok untuk melihat kondisi kaki Alexa yang ternyata terdapat sedikit darah akibat benturan barusan.

Lagi-lagi Carel menghembuskan napasnya lalu berkata, "Duduk."

Alexa menelan ludahnya lalu berjalan pelan menuju sofa. Tak lama Carel kembali membawa first aid kit. Ia bersimpuh dibawah sofa, lebih tepatnya di depan kaki Alexa.

Dengan telaten ia membersihkan dan mengobati luka Alexa. Setelah selesai, ia ikut terduduk di sofa tunggal, dengan tangan terlipat, menatap si kembar bergantian.

"Bang ini bukan salah gue loh, Alexa tuh yang aneh-aneh," ucap Alex mulai membela diri.

"Apaan sih! Nggak ya gak ada! Gue cuman tanya di sekolah ada apa, lo malah jawab yang aneh-aneh,"

"Lah bener dong jawaban gue, salah dimananya coba? Disekolah kan emang ada kursi, meja, papan tulis, penggaris Bu Atik—"

"Stop," potong Carel datar melerai keduanya. "Go ahead, ask away." Carel beralih menatap Alexa.

Alexa terdiam sebelum akhirnya mengatakan, "The fire thing seems really fishy."

"So, what do you think?" Kini mata Carel menyipit menatap adiknya.

"Sabotage, maybe?"

Carel mengangguk mendengar jawaban Alexa, membuat Alex memelototi abangnya, seolah-olah berkata Apa yang lo lakuin?

Carel tidak menanggapi tatapan adiknya. Ia justru mencondongkan tubuh ke depan, menatap Alexa lekat-lekat, seolah ingin memastikan bahwa adiknya benar-benar siap untuk tahu lebih jauh.

Alexa makin mengernyit. "Tapi... kenapa ada yang sampai ngelakuin sabotase? Apa hubungannya sama ruang rahasia yang dibicarain Manda?" tanyanya pelan namun mantap.

Alex sontak berdiri dari duduknya. "Bang," panggilnya, nada suaranya agak tegang, memperingatkan.

Carel tak menjawab. Ia hanya diam sejenak, lalu bersandar di sandaran kursinya, mata tetap tertuju pada Alexa. "Dia berhak buat tahu Lex."

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora