Part 70 - Join The Mission?

Start from the beginning
                                        

__________

Alexa terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ribut-ribut yang begitu jelas mengusik mimpi indahnya. Matanya mengerjap sebelum akhirnya ia memilih bangkit keluar kamar, tunggu-, "Kamar?" gumam Alexa terlihat kebingungan.

Ia seperti membatu, mengingat apa yang terjadi saat semalam. Ia jelas tengah berada di rumah Reesha, lalu El mendapat panggilan telepon, setelah itu kembali menunggu kedua abangnya, lalu pindah ke ruang tamu depan karena ia sudah tidak kuat kelelahan dan mengantuk, setelah itu ia tidak mengingat apa-apa lagi.

Alexa menepuk jidatnya, bisa-bisanya ia tertidur disaat keadaan sedang tidak kondusif. Seketika Alexa terperanjat saat mendengar teriakan mommy nya. Cepat-cepat ia membuka pintu dan berlari menuruni tangga.

"Mom! Come on... Aku juga sebenernya nggak mau, tapi cuma Alexa yang bisa, dan Daddy pun setuju akan hal itu," ucap Carel memohon, menggenggam tangan Lana, berharap ibunya akan lunak.

Lana menepis tangan Carel dengan cepat. "Jangan bawa-bawa Daddy kamu buat ngebela keputusan gila kamu ini, Carel!" suaranya meninggi, nyaris bergetar karena emosi. "Kamu tahu, misi apa pun yang kamu pegang... selalu berakhir dengan bahaya!"

Alexa yang baru saja tiba di ruang tengah, terdiam di anak tangga terakhir. Ia menatap pemandangan di hadapannya dengan dahi berkerut. Suasana ruang itu terasa panas, tegang, dan sangat asing untuk pagi yang seharusnya tenang.

"Ada apa... ini kenapa sih?" tanya Alexa, bingung. Tatapannya beralih dari Carel ke Lana dan kembali lagi.

Semua orang di sana—termasuk Alex, dan El, berdiri tak jauh di belakang Lana—baru menyadari kehadiran Alexa.

Alex yang awalnya hendak membuka suara, mengangkat sedikit tangannya, "Dek, jadi begini—"

Namun Carel lebih dulu memotongnya. "Nggak di sini," katanya cepat, lalu menoleh ke arah Alex dan El. "Kita bicara di ruangan gue."

Tanpa menunggu persetujuan siapa pun, Carel segera berjalan ke lorong, diikuti oleh Alex. Lana masih berdiri mematung, rahangnya mengeras. El hanya menghela napas dalam, lalu memberi isyarat pada Alexa untuk mengikuti.

Begitu semua berkumpul di ruang kerja Carel, ruangan dengan meja besar penuh dokumen, layar monitor, dan peta digital yang tak pernah berhenti menyala, Carel langsung memulai penjelasan tanpa basa-basi.

"Dek," katanya dengan nada tegas namun penuh pertimbangan, "kami butuh lo untuk bergabung ke dalam misi ini. Kami sedang berada dalam fase paling genting, dan lo adalah satu-satunya yang bisa masuk tanpa menimbulkan kecurigaan."

Alexa mengerutkan dahi, tetapi matanya berbinar penasaran. "Kenapa gue?"

Sebelum Carel bisa menjelaskan lebih lanjut, Lana yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan langsung bersuara, kali ini dengan nada lebih tajam. "No! Mommy nggak akan biarin kamu ikut campur urusan mereka!"

"Mom—" potong Carel.

"Tutup mulut kamu, Carel!" bentak Lana, lalu beralih menatap Alexa. "Sayang... ini bukan permainan. Ini bukan cuma soal menyusup atau jadi umpan. Misi yang Carel maksud itu... penuh risiko. Nggak ada yang aman! Bahkan Alex aja pernah... hampir mati di misi terakhirnya."

Carel mengepalkan tangannya. "Tapi Alexa bukan anak kecil lagi, Mom. Dan aku janji, Alexa akan baik-baik aja."

"Dan justru itu alasan Mommy menolaknya!" Lana berseru, emosinya campur aduk antara marah dan takut.

Namun reaksi Alexa justru berbeda dari yang mereka semua duga.

"Wait..." Alexa menatap Carel, lalu ke El dan Alex, matanya membulat. "Jadi maksud kalian... gue beneran bakal dilibatin dalam misi ini? Maksudnya... kayak jadi agen beneran?"

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now