Part 70 - Join The Mission?

Zacznij od początku
                                        

Wajah Rava mulai berubah, dari bertahan jadi menyerang. "Kalau lo udah tahu gue pengkhianat, kenapa lo nggak lapor ke El dari awal?"

Bian tertawa miris. "Karena gue butuh bukti, dan sekarang gue dapet." Ia mengeluarkan flashdisk kecil dari dalam jaketnya. "Selama ini gue nyamar. Gue ikut jadi teknisi mereka, tukang bersih-bersih, bahkan pernah pura-pura jadi tahanan baru. Gue tahu cara main mereka. Tapi lo..." Bian mendekat. "Gue nggak nyangka, orang yang duduk satu misi bareng gue, orang yang El percaya, ternyata pengkhianat paling busuk di antara semua."

"Lo nggak ngerti!" teriak Rava. "Lo pikir ini semua semudah itu? Gue punya alasan gue sendiri!"

"Alasan?" Bian menahan tawa. "Lo gabung ke A-2, Rava. Dan lo-! Lo adalah leader dari penghianatan yang ada di dalam Black Oscura! Lo adalah dalangnya! Lo tau betapa banyak nyawa yang hilang karena misi ini? Puluhan orang dieksekusi mati oleh Tares di tempat! Termasuk Hilles."

Rava terdiam. Sorot matanya semakin tajam. Tapi belum sempat ia menjawab, Bian sudah meraih kerah bajunya.

"Sekarang jawab satu hal. Sejak kapan lo kerja buat Tares?"

Hening.

Detik yang menegangkan berlalu... sebelum Rava menjawab pelan dengan rahang mengeras, "Sejak awal."

Bian membeku. Jemarinya semakin mengepal erat, dadanya naik turun menahan emosi yang kembali akan meledak.

"Sejak awal misi kita?" bisiknya.

Rava terdiam, yang artinya adalah iya.

Bian melepaskannya perlahan, wajahnya menegang, luka di hatinya jauh lebih dalam dari yang tampak di luar. Bian jadi teringat tentang kejadian beberapa waktu lalu, dimana adanya ransomware yang membuat beberapa datanya menghilang, juga bukti berkas fisiknya yang tiba-tiba hilang juga dicuri. Pantas saja batinnya, itu semua jelas ulah Rava.

"Sebaiknya... lo pergi dari sini sekarang juga," ucap Rava pelan.

"Sayangnya, gue nggak akan kemanapun," balas Bian dingin.

Tiba-tiba, suara dari earpiece Bian menyala.

"Bian, ini Riendra. Status lo?"
"Laporan segera. Gue kehilangan sinyal Rava."

Bian menatap Rava lama, lalu menjawab datar, "Target dikonfirmasi. Rava pengkhianat. Gue akan bawa dia."

Mata Rava membelalak. Tapi Bian hanya memutar badannya dan bersiap mengamankan rekan lamanya, yang kini berubah jadi musuh. Satu pengkhianat telah terbongkar. Tapi Tares belum selesai.

Bian tidak tahu... jika El sebenarnya sudah mengetahui semuanya.

Baru saja Bian melangkah satu langkah mendekati Rava, sebuah suara klik terdengar dari belakangnya.

Ia menoleh.

Terlambat.

"Jangan bergerak."
Sebuah suara perempuan terdengar pelan tapi tegas—dan di sanalah dia, berdiri di ambang pintu yang terbuka setengah, bayangan samar tubuhnya dilatari cahaya lorong yang remang.

Tangan kanannya terulur ke depan, menodongkan sebuah stun gun berlapis metal gelap ke arah leher Bian, bagian paling rentan yang bisa membuat seseorang langsung tersungkur dalam hitungan detik jika terkena tembakan arus listriknya.

Bian menyipitkan mata. "Kirana?"

Kirana mengangguk sekali, ekspresinya tak terbaca. "Maaf, Bian. Tapi lo nggak akan bawa Rava kemanapun."

Dalam sekejap, senjata di tangannya menyala dengan bunyi mendengung rendah.

Rava memalingkan wajah, ada kegelisahan samar di sorot matanya. "Kirana, jangan—"

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz