Part 67 - Caesar Cipher

Comenzar desde el principio
                                        

"Alexa, ini—"

"Iya..." potong Alexa cepat. "Ini hampir sama persis kayak denah yang aku gambar di buku."

El segera menoleh pada salah satu anak buahnya yang ikut masuk bersamanya. "Mana buku itu?"

Tak butuh waktu lama, ia langsung memberikan buku yang sedari tadi berada di genggamannya pada El. Lelaki itu membuka halaman tengahnya dengan tergesa, matanya langsung menatap denah yang digambar tangan Alexa beberapa jam lalu—denah yang ia pikir hanya hasil dari ingatan samar atau intuisi tajam gadis itu.

Ia membandingkannya dengan kertas gulungan di tangan Alexa. Mereka berdua menunduk, mengamati, dan saling bertukar pandang.

"Lihat ini." El menunjuk bagian tengah denah yang ada di buku Alexa, lalu ke bagian yang sama di gulungan kertas. "Strukturnya hampir identik. Garis tebal ini... sama. Titik yang kamu tandai ini... di gulungan juga ada, cuma di sini lebih jelas, ada simbol dan catatan kecil yang kita nggak punya sebelumnya."

Alexa mengangguk perlahan, mulutnya sedikit terbuka karena kaget. "Bahkan pola jalan keluar masuknya... sama persis. Hanya aja, di gulungan ini... ada semacam sistem pengamanan yang digambarkan. Kamera, sensor... bahkan jalur kabelnya..."

Carel yang sejak tadi hanya mengamati dari jauh akhirnya melangkah mendekat, berdiri di belakang mereka berdua dan ikut melihat isi dua gambar itu. Ia menyipitkan mata, ekspresinya berubah serius, namun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Lo gambar ini dari mana, Alexa?" tanyanya akhirnya, suaranya datar namun ada ketegangan tipis yang tak bisa disembunyikan.

Alexa menatap abangnya, kali ini tanpa ragu. "Dari mimpi. Dari potongan-potongan aneh yang muncul di kepala gue sejak pingsan."

Semua yang ada di ruangan itu terdiam.

Carel mengerutkan kening, tidak langsung bicara. El juga tampak berpikir keras, matanya tak lepas dari dua denah yang terbentang di hadapannya. Akhirnya, El mengangguk kecil, lebih pada dirinya sendiri.

"Kalau denah ini valid... dan kita punya dua versi—satu dari sumber internal mereka, dan satu lagi dari intuisi Alexa—itu berarti lokasi yang kalian duga ini memang penting. Kita nggak boleh anggap remeh."

Carel masih diam, namun sorot matanya kini berbeda. Tidak lagi penuh penolakan, tapi... penuh waspada.

"Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya El sambil melipat kembali gulungan kertas.

Carel belum sempat menjawab ketika Alexa kembali membuka suara, kali ini lebih tenang namun tajam.

"Tapi sebelum kita mutusin langkah, gue masih mau tahu satu hal..." ucap Alexa pelan, matanya kembali menyapu tubuh-tubuh yang tergeletak dan terikat di sekeliling ruangan. "Sebenarnya... siapa mereka?"

El sempat melirik ke arah Carel, lalu kembali menatap tunangannya. Tapi Alexa tidak mengalihkan pandangannya dari Carel.

"Mereka bukan orang biasa. Gue bisa lihat dari cara lo nanganin mereka. Lo nggak asal borgol orang random. Jadi... mereka siapa?"

Carel menatap Alexa lama, rahangnya mengeras, tapi ia tetap bungkam. Baru saja ia akan membuka mulut, seseorang mendahuluinya.

"Alexa," suara itu datang dari arah kanan—datar, namun terdengar jelas dan tegas. Alex.

Selama ini hanya berdiri memperhatikan, hingga Alex akhirnya angkat suara. Tubuhnya setengah gelap dalam bayangan, tapi sorot matanya tajam.

"Mereka anak buah Tares," ucap Alex sembari melangkah maju.

Alexa menoleh cepat, ekspresinya terkejut. "Tares?"

"Mereka ke sini buat hal yang sama kayak kita: nyari sesuatu di rumah ini," lanjut Alex. "Kalo mereka tahu denah itu, artinya mereka punya informasi yang cukup untuk tahu apa yang terkubur di sini."

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora