Part 42 - Memories in Dreams

Start from the beginning
                                        

Carel juga membantunya dengan mengirim orang untuk mencari para preman itu. Tidak butuh waktu lama untuk mereka mendengar kabar dan hasilnya. Anak buah Carel berhasil menangkap beberapa preman dan menginterogasi mereka. Dan hasilnya sangat mengejutkan, para preman mengakui jika mereka telah melecehkan Reesha. Membuatnya menjadi pemuas nafsu mereka bergantian.

Alexa terduduk di lantai, tubuhnya lemas seakan kehilangan seluruh energinya. Tangannya mencengkeram rambutnya sendiri, berusaha memahami kenyataan yang baru saja ia dengar. Dadanya terasa sesak, matanya panas, dan bulir-bulir air mata mulai mengalir tanpa bisa ia cegah.

"Gak mungkin... Ini gak mungkin..." gumamnya berulang kali, suaranya serak dan bergetar. Ia menatap Alex dengan pandangan kosong, seakan berharap ini semua hanyalah mimpi buruk yang bisa segera ia tinggalkan. Namun, wajah serius Alex dan El hanya semakin menegaskan bahwa ini adalah kenyataan yang harus ia hadapi.

El menatap Alexa dengan penuh iba. Ia tahu betapa Alexa menyayangi Reesha seperti keluarganya sendiri. Melihatnya hancur seperti ini adalah pemandangan yang menyakitkan. "Alexa, gue tahu ini berat. Tapi kita harus tetap kuat, buat Reesha," ucapnya pelan.

Alexa menggelengkan kepala, air matanya terus mengalir. "Gimana bisa mereka tega ngelakuin ini ke Reesha? Sahabat gue... Gue yang nyuruh dia nyatain perasaannya hari ini... Harusnya gue bisa jagain dia, harusnya gue lebih peka kalau ada sesuatu yang aneh!" isaknya penuh penyesalan.

Alex berlutut di sampingnya, meletakkan tangannya di bahu Alexa dengan erat. "Ini bukan salah lo, Dek. Lo gak mungkin tahu ini bakal terjadi. Yang penting sekarang kita fokus buat bantu Reesha, buat kasih dia keadilan. Preman-preman itu harus dihukum!"

Alexa mengangkat wajahnya, matanya yang merah kini penuh dengan amarah. "Mereka gak bisa lolos begitu aja! Gue gak bakal diem aja liat mereka bebas setelah ngerusak hidup Reesha! Gue akan pastiin mereka bayar semua yang udah mereka lakuin!"

El dan Alex saling bertukar pandang sebelum mengangguk. Mereka tahu Alexa tidak akan tinggal diam. Dan mereka pun tidak akan membiarkannya berjuang sendirian.

"Kita akan urus ini bareng-bareng, Lex. Kita bakal pastiin mereka kena hukuman setimpal!" tegas Alex.

__________

Sebulan sudah setelah kejadian itu, dan Reesha masih belum menceritakan padanya tentang bagaimana bisa ia pergi ke gedung tua itu, dan apa tujuannya. Saat di interogasi pun Reesha tidak menjawab, dan akhirnya polisi menyimpulkan jika Reesha tersesat. Namun untungnya semakin hari kondisi Reesha semakin membaik, ia sudah tidak terlihat terlalu murung seperti sebelum-sebelumnya. Dan preman-preman itu pun sudah ditangkap polisi.

Seperti biasa, kali ini Alexa pergi ke rumah Reesha bersama dengan El. Brandon tidak ikut karena Reesha selalu merasa tidak nyaman jika bertemu dengannya. Reesha merasa jika dirinya sudah tidak pantas untuk menyukai Brandon. Ia cukup sadar diri, apalagi tubuhnya sudah dinodai banyak orang.

"Shasha! Gue bawa sesuatu buat lo!" teriak Alexa memasuki kamar Reesha dengan ukuran yang minimalis ini. Sedangkan El, dia terduduk di sofa, menunggu di ruang tamu.

Reesha menolehkan Kepalanya melirik Alexa lalu tersenyum kecil. Alexa mendaratkan dirinya di kasur, membuka satu per satu papper bag yang ia bawa. "Ini kotak musik, biar tidur lo rileks.. Lampu tidur, buat tidur lo lebih nyaman. Terus jam pasir berwarna ini, buat hiasan. Dan.." Alexa menyerahkan boneka beruang kecil berwarna putih dengan bulu halus. "Buat nemenin lo tidur. Gue beli dua, biar couple sama gue." Ia menunjukkan boneka miliknya pada Reesha.

Reesha menatap haru Alexa, "Aaah..Thank you so much. You're my best friend, forever..." Reesha memeluk Alexa erat, air matanya tumpah seketika. Ia benar-benar merasa sangat beruntung memiliki Alexa disampingnya. Disaat orangtua satu-satunya yang ia miliki sibuk bekerja, dan tidak sempat untuk memperhatikannya. Masih ada Alexa yang jauh begitu peduli padanya.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now