I'm Alexa [End-Tahap Revisi]

Part 41 - Chaos at School

"Sayang," suara Lana menjadi lebih serius, "Mommy tahu kamu nggak makan apa pun dari semalam. Kamu nggak bisa terus kayak gini. Tubuh kamu butuh energi. Kalau kamu terus-terusan seperti ini, gimana kamu mau fokus di sekolah?"

Alexa tetap bergeming. Ia tahu Mommy-nya benar, tapi ia merasa terlalu lelah, terlalu kehilangan selera untuk menelan apa pun. "Aku cuma mau langsung ke sekolah. Aku janji nanti makan di kantin."

Lana menghela napas panjang, tampak frustrasi. "Sayang, kamu keras kepala banget. Kalau kamu terus-terusan seperti ini, kamu bakal sakit nanti." Ia melipat tangan di depan dada, berusaha menahan kekesalan.

Saat Lana masih mencoba membujuk Alexa, terdengar suara langkah dari arah ruang kerja Carel. Muncul Alex, diikuti oleh El. Keduanya tampak baru saja selesai berbicara dengan Carel, dan wajah Alex langsung berubah saat melihat ketegangan antara Lana dan Alexa di ruang depan.

"Ada apa lagi ini Mom?" tanya Alex seperti sudah tahu jika Alexa sedang membuat masalah lagi.

Lana menghela napas sambil menunjuk ke arah Alexa. "Adik kamu ini keras kepala. Dia nggak mau sarapan, padahal dari semalam dia belum makan apa pun."

Alexa memutar bola matanya, merasa semakin tidak nyaman dengan perhatian yang tiba-tiba mengarah padanya. "Aku nggak lapar, kok," katanya pelan, mencoba menghindari kontak mata dengan siapa pun.

El yang berdiri di samping Alex hanya menggeleng kecil, lalu berjalan mendekati Alexa. Wajahnya yang tenang membuat Lana sedikit lega. El memang selalu tahu bagaimana menghadapi Alexa yang keras kepala.

"El," panggil Lana dengan nada sedikit putus asa. "Tolong bujuk Alexa ya. Dia nggak bisa terus kayak gini. Wajahnya aja udah pucat banget."

El mengangguk pelan. "Tante tenang aja. Nanti saya pastiin Alexa makan."

Lana masih terlihat ragu, tapi akhirnya ia menyerah dan melangkah mundur. "Oke, tapi Alexa, sayang kamu harus janji makan. Mommy nggak mau lihat kamu sakit." Setelah itu, Lana kembali ke ruang makan, meski wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran.

Kini, hanya El dan Alexa yang berdiri di dekat pintu. Alex yang masih di tempatnya hanya mengangkat bahu, memilih untuk tidak ikut campur, lalu berjalan ke arah pintu.

"El, gue nggak apa-apa," ujar Alexa sebelum El sempat mengatakan apa pun.

El menyilangkan tangan di depan dada, sebelah alisnya terangkat menatap Alexa. "Lo kelihatan capek, lemas, dan jelas-jelas nggak sehat. Masih bilang nggak apa-apa?"

Alexa menggigit bibirnya, tak tahu harus menjawab apa. Ia tahu El benar, tapi rasa cemas dan lelah di dalam dirinya terlalu mendominasi untuk bisa memikirkan makanan.

"Ayo." El menarik tangan Alexa lembut, menuntunnya menuju mobil.

Alexa mendengus pelan tapi tidak melawan saat El menarik tangannya. Ia tahu El tidak akan berhenti. Saat mereka mencapai mobil yang diparkir di depan rumah, El membuka pintu penumpang untuk Alexa.

"Masuk," katanya singkat, dengan nada lembut tapi tegas. Alexa menurut, meski wajahnya masih menunjukkan rasa enggan.

El berjalan ke sisi pengemudi dan masuk ke dalam mobil. Ia menyalakan mesin dan menatap Alexa sejenak sebelum berbicara. "Apa yang lo pikirin?"

"Siapa Reesha?" tanya Alexa tiba-tiba, membuat tubuh El terdiam kaku.

Dengan cepat, El menormalkan kembali raut wajahnya. "Reesha? Reesha siapa?" tanyanya balik dengan nada bingung, namun ia masih belum menjalankan mobilnya.

Alexa menghembuskan napasnya pelan, lalu menyerahkan sebuah foto pada El. Di dalam foto itu terdapat Alexa dan Reesha yang diapit oleh El dan Brandon dengan latar belakang danau. Foto itu ia temukan semalam, saat dirinya terbangun karena mimpi buruk, ia tidak bisa lagi tertidur. Alhasil Alexa memilih untuk mengacak-acak kamarnya, mencari sesuatu atau sebuah petunjuk yang bisa membantunya untuk mengetahui lebih dalam siapa Reesha.