Part 26 - Warning

Start from the beginning
                                        

Ia dan anggotanya sudah mengantongi beberapa bukti tentang pengedar dan pengguna drugs yang ada di sekolahnya. Tiga diantaranya pengedar termasuk Nio. Total ada sepuluh murid yang terlibat dengan berbagai macam kelas dan tingkatan, namun memang kebanyakan dari mereka adalah murid kelas C dan beberapa kelas B, dalam kasus kali ini tidak ada kelas A yang terlibat.

El tidak menyangka jika dalam kasus ini akan menyeret banyak murid, ia juga sebenarnya curiga jika ada kelas A yang terlibat. Namun karena kedudukan kelas A yang tinggi yang artinya bukan murid biasa, dengan latar belakang yang kuat, mereka bisa saja menggunakan kekuatannya itu untuk menutupi keterlibatan mereka sehingga bisa lepas begitu saja dari kasus hukum yang menjeratnya.

Ia bisa saja mengungkapnya namun butuh waktu cukup lama untuk melakukannya. Belum lagi ia harus menyelidiki mengenai Tares yang memiliki markas di gedung tua dekat pelabuhan. Kemarin malam, setelah mendapat informasi dari ketua Iron Wings, El dan tim nya langsung kembali ke base camp. Mereka tidak sebodoh itu untuk langsung menyerbu Tares ke markasnya, itu sama saja dengan bunuh diri.

Sekembalinya ia ke base camp, El langsung menyerahkan flashdisk yang diberikan ketua Iron Wings pada anggotanya untuk diperiksa. Dan ternyata benar di dalam flashdisk itu terdapat banyak informasi yang El dapat, salah satunya mengenai nama-nama murid B'Trice High School yang seringkali terlibat transaksi dengan ketua Iron Wings.

Sebenarnya El dan tim nya sudah mengetahui beberapa nama yang terlibat, hanya saja mereka butuh bukti yang lebih kuat. Dalam flashdisk itu memang hanya terdapat nama samaran, dan kapan transaksi itu dilakukan, serta nomor yang tercantum. Tidak masalah baginya jika hanya mengenakan nama samaran, anggotanya bisa melacaknya dengan mudah dengan nomor telepon yang tertera.

Dengan info yang ia dapat, ia langsung menghubungi Carel malam itu juga, dan akhirnya Carel memintanya untuk mendatanginya. Maka terjadilah meeting dadakan di ruangan Carel. Saat itu baru ada El dan Alex, Rava dan Bian menyusul setelahnya karena mereka memiliki sesuatu yang harus mereka urus terlebih dahulu.

Saat Bian dan Rava memasuki rumah dan berjalan menuju ruangan Carel, mereka tidak sengaja melihat Alexa yang tengah berdiri terdiam di depan pintu ruangan Carel seperti sedang menguping. Namun tidak lama, Alexa kembali melangkah menuju kamarnya.

"Gimana laporan anak-anak? Udah lengkap semua?" tanya Alex memasuki ruangan membuat lamunan El buyar.

"Kita tinggal tunggu laporan dari Bian dan Rava yang masih ada di club, buat memastikan kalo orang itu bener melakukan transaksi atau nggak," ucap El menjelaskan.

Alex mengangguk lalu menjatuhkan dirinya di atas kursi, tangannya langsung mengambil dokumen yang tersusun di meja. Matanya membaca cepat sambil sesekali mengerutkan kening. "Kalau sampai dia nggak melakukan transaksi, kita kehilangan waktu banyak, El," ujarnya dengan nada tegas.

El memijat pelipisnya yang terasa berat. "Gue tahu. Tapi Bian dan Rava nggak pernah meleset. Mereka bakal dapat sesuatu, sekecil apapun itu."

Alex menatapnya tajam. "Kita nggak bisa terus main defensif, El. Target yang kita janjiin sama bang Carel itu cuman seminggu buat nyelesaiin kasus di sekolah kita ini."

El mengangguk pelan. "Gue ngerti, tapi kita nggak bisa sembarangan. Apalagi dengan bukti yang masih setengah matang. Kalau sampai bocor, mereka bisa hilang jejak."

Alex mendesah, meletakkan dokumen itu kembali di meja. "Kita cuma punya satu kesempatan. Jadi kita harus pastiin semuanya sempurna. Oh ya, soal Alexa..." Alex berhenti, menatap El serius. "Dia tahu sesuatu?"

El terdiam sesaat, mengingat momen Bian yang mengatakan Alexa terlihat berdiri di depan pintu ruangan Carel mendengar pembicaraan mereka, ditambah lagi saat tadi siang ia melihat Alexa membuntuti Nio, berujung Alexa dalam bahaya. "Gue yakin dia tahu. Tapi gue rasa setelah kejadian tadi siang, dia gak akan berani ikut campur lagi. Kecuali kalau dia keras kepala, itu bisa jadi masalah."

"Masalah besar," tambah Alex. "Kalau orang yang ada di atas Nio, tahu Alexa terhubung dengan kita-"

"Pasti Alexa bakalan jadi target mereka," potong El. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal di atas meja. "Gue nggak akan biarin itu terjadi."

Sebelum Alex sempat menanggapi, ponsel El berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Bian. "Orang itu akhirnya muncul," kata El sambil membaca pesan. "Mereka berhasil dapat bukti transaksi. Kita bisa tangkap mereka semua besok."

Alex berdiri. "Oke. Tapi pastiin satu hal, El."

"Apa?"

"Jaga Alexa. Kita belum bisa nemuin orang di atas Nio, tapi kalau mereka tahu dia bagian dari ini, kita nggak cuma berurusan dengan narkoba lagi, tapi juga keselamatannya." El hanya mengangguk, dengan tatapan penuh tekad.




TBC

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now