Part 20 - Layers of Secrets

Start from the beginning
                                        

"Mau makan apa? Atau mau makan di luar lagi?" tawar Carel.

"Nggak!" seru Alexa cepat, ia takut akan dibawa ke restoran bintang lima lagi jika meng-iya kan ajakan Carel. "Makan yang ada aja deh, terserah Abang."

"Ya udah, lo ganti baju dulu sana."

__________

Pagi ini, sinar matahari lembut menyusup melalui tirai jendela ruang makan. Alexa melangkah keluar dari kamarnya, mengusap rambut panjangnya yang sedikit kusut. Langkah nya menuruni tangga dengan anggun, mengenakan seragam sekolahnya yang terlihat sangat rapi dan memancarkan kesan elegan. Blazer cokelat muda yang ia kenakan terlihat pas di tubuhnya, memberikan kesan berkelas. Kancing blazer tertutup sempurna, menampilkan sebuah bros elegan berbentuk bunga dengan detail rantai kecil yang tersemat di sisi dada kiri.

Di balik blazer itu, terlihat jelas kemeja putih bersih yang dipadukan dengan dasi bergaris merah tua dan putih, menambahkan nuansa formal pada penampilannya. Alexa juga mengenakan rok lipit cokelat tua yang jatuh tepat di atas lutut, membuatnya terlihat rapi namun tetap nyaman untuk bergerak.

Ia sempat berdecak kagum saat bercermin tadi, ini adalah seragam ketiga yang ia kenakan selama minggu ini. Total ada empat seragam yang ia punya termasuk baju olahraga. Semua desain seragamnya begitu memukau. Ia merasa seperti sedang melakukan fashion show setiap harinya, itulah yang ada dipikiran Alexa.

 Ia merasa seperti sedang melakukan fashion show setiap harinya, itulah yang ada dipikiran Alexa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Ilustrasi seragam siswi)

Dari arah dapur, terdengar bunyi pelan piring yang diletakkan di atas meja. Aroma telur dan roti panggang menyeruak, menarik perhatian Alexa yang mempercepat langkah menuju meja makan.

"El? Ngapain lo ada disini?" ucap Alexa melihat El yang tengah menikmati coklat panasnya heran.

"Sarapan," jawabnya pendek.

Alexa memutar matanya malas, enggan bertanya kembali. Carel yang tengah duduk di sebrang sembari fokus memainkan ponselnya seperti tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran Alexa. Sedangkan dihadapannya sudah tersaji avocado toast sebagai menu sarapannya.

"Permisi tuan Elard, ini sarapannya," ucap laki-laki muda kisaran umur dua puluh lima tahunan meletakkan poached egg di hadapan El.

"Thank you Lian," ucap El yang dibalas anggukan oleh Lian.

Alexa menopang dagunya, untuk sarapan aja pake chef pribadi batinnya. Ia masih belum terbiasa dengan semua kemewahan ini. Biasanya Mommy nya yang akan menyiapkan sarapan, namun karena ia sedang tidak ada maka Lian lah yang dipanggil.

"Nona Alexa, anda ingin sarapan apa?" tanya Lian membuyarkan lamunan Alexa.

"Hmm.. scrambled eggs aja."

"Gue satu ya Lian," seru Alex bergabung di meja makan lalu duduk di samping Carel.

"Baik,"  ucap Lian lalu kembali ke dapur.

"Kalian kemarin kemana sih?" tanya Alexa membuka topik pembicaraan. "Kata bang Carel dispen, emang dispen apaan?"

El melirik sekilas ke arah Alex, matanya mengisyaratkan agar mereka tetap berhati-hati dengan jawaban yang akan diberikan. Alex, seperti biasa, hanya tersenyum santai, menyembunyikan ketegangan yang sebenarnya.

"Latihan," jawab Alex singkat sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Ekstrakurikuler yang agak ribet."

Alexa mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Ekstrakurikuler apa sampai harus dispen? Dan kenapa kalian nggak bilang-bilang ke gue?"

Carel, yang sejak tadi diam sambil sibuk dengan ponselnya, akhirnya angkat bicara. "Udah, Dek. Kalau mereka bilang ekstrakurikuler, ya udah. Mungkin nggak penting buat lo tau semuanya."

Alexa memutar bola matanya, merasa Carel selalu memihak Alex dan El. "Fine, tapi jangan kira gue nggak curiga."

Sementara itu, El dan Alex saling melirik. Mereka tahu Alexa terlalu cerdas untuk dibiarkan terus bertanya-tanya. Tapi, menjelaskan alasan sebenarnya—bahwa mereka harus menghadiri pertemuan penting terkait organisasi rahasia mereka, dan menjalankan misi seperti semalam—adalah hal terakhir yang bisa mereka lakukan.

Lian datang membawa dua piring scrambled eggs untuk Alexa dan Alex, memecah ketegangan sesaat.

"Thanks, Bro," ucap Alex, berusaha mengalihkan perhatian Alexa.

Tapi Alexa tetap menatap tajam, terutama ke arah El. "Dan lo, El, apa alasan tunangan gue ikut-ikutan? Lo emang gabung ekskul itu juga."

El menatap Alexa dengan senyum kecil, penuh kepastian. "Anggap aja gue ikut buat jagain Alex. Lo tahu dia bisa ceroboh."

Alexa mendengus kecil, masih belum yakin. Tapi sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Carel menepuk meja perlahan, menarik perhatian semuanya.

"Alexa, kalau lo penasaran, kenapa nggak fokus aja sama tugas sekolah lo?" Carel menatap adiknya dengan serius. "Mereka tahu apa yang mereka lakukan, jadi lo nggak perlu ikut campur."

Alexa mendengus kesal tapi memilih untuk tidak memperpanjang pembicaraan. Dia tahu percuma mencari jawaban lebih jauh saat ini. Namun, dia diam-diam berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

El, Alex, dan Carel saling melirik lagi, mereka berharap Alexa tidak akan bertanya-tanya lagi. Akan bahaya jadinya jika Alexa mengetahui segalanya.



TBC

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now