Bab 72

5.5K 203 6
                                    

Aksara masih mencoba memahami apa maksud ucapan dari Lica, yang mengatakan tentang anak.

"Maksud kamu, apa? Saya masih tidak paham." Lica menghela napas panjang, lalu dia mencoba menjelaskan semuanya dari awal. Jujur saat Aksara ketahuan tidur berdua dengan Sella.

Sebenarnya, Lica sudah mengetahui bahwa dirinya sudah hamil, tapi dia masih mencoba merahasiakannya dari Aksara. Untuk diberi kejutan saat ulang tahun Aksara. Tapi yang dia dapati bahwa Aksara berkhianat dibelakangnya.

Aksara hanya bisa bungkam mendengarnya, bahkan hatinya seperti teriris sembilu kaca. Saat mengetahui kalau Lica mengurus buah hati mereka sendiri. Sedangkan dirinya dan keluarganya malah mengurus anak dari orang lain.

"Maafkan, saya ... ini semua adalah kesalahan saya! Saya yang menyebabkan kamu menderita dan anak kita selama lima tahun lamanya."

"Gak, Om! Cukup, lupain semuanya, aku udah mencoba mengikhlaskan semuanya! Aku pengen keluarga kita utuh lagi, Om bersedia, 'kan? tanya Lica dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sangat bersedia!"

"Mana anak kita?"

"Dia sedang, di rum---"

"Daddy!" Tiba-tiba lari seorang anak kecil yang baru berusia lima tahun ke arah Aksara, dan langsung memeluk tubuh Aksara dengan erat.

"Daddy! Ini Daddy, Kia? Akhirnya, Kia ketemu sama Daddy," ucap Kia dengan air mata yang mengalir membasahi cubbynya.

Aksara yang masih agak shock dengan keadaan ini, mencoba menyadarkan pikirannya, bahwa yang di hadapannya ini adalah buah hatinya bersama Lica.

"Nak ...." Aksara membalas pelukan itu tidak kalah erat, dia bahkan sampai menciumi seluruh wajah mungil dari Kia, hingga tanpa sadar air matanya ikut mengalir juga.

Semua orang yang ada di ruangan ikut- ikutan terharu, saat melihat interaksi antara ayah dan anak itu. Lalu Lica melihat ke belakangnya dimana Netha dan Bian tersenyum tipis ke arahnya.

"Neth ...." Lica langsung berlari memeluk Netha dengan erat, hingga membuat Netha juga membalas pelukan Lica tidak kalah erat.

"Ini yang lo mau, 'kan? Kia udah punya ayah sekarang, suami lo balik, kebahagiaan lo juga udah balik. Selamat Lica."

"Netha! Makasih banget, gue gak tau gimana mau makasihnya," ucap Lica dengan suara yang parau.

"Makasih itu bukan sama gue! Tapi sama dia!" Netha menunjuk Bian yang ada disampingnya dengan semangat, Lica menatap Bian dengan lekat. Bahkan tanpa sadar Lica memeluk Bian untuk pertama kalinya. Bukan Bian lagi yang memeluknya.

"Makasih! Makasih banyak, Bian! Gue gak tau kalau gak ada lo, belum tentu gue dapetin lagi kebahagiaan ini."

"Lo berhak bahagia! Udah cukup penderitaan lo, si Cantik juga udah punya ayah sekarang. Selamat atas kebahagiaan lo, gue ikut seneng." Bian mengacak rambut Lica dengan gemas, dan itu tidak luput dari pandangan Netha.

'Cinta bertepuk sebelah tangan, ternyata memang benar! Tidak ada namanya pertemanan antara perempuan dan laki-laki. Pasti salah satunya ada yang menyimpan rasa.'

"Mommy! Sini, dekat ama Kia dan Daddy!" Bian menyuruh Lica untuk mendekat ke arah Aksara dan Kia, karna mereka adalah alasan Lica tetap bertahan.

Gama yang melihat semuanya sudah mulai kembali seperti semula, tiba-tiba teringat dengan nasib Tia. Pasti Tia tidak akan diacuhkan oleh mereka, hingga membuat anak itu harus hidup sendiri.

Lica yang tiba-tiba teringat akan sesuatu, langsung menatap ke arah Aksara.

"Anak Om, yang satu lagi mana?" Mendengar perkataan Lica, satu ruangan menjadi kaget. Termasuk Gama dan Aksara.

"A--anak apa, maksud kamu?" tanya Aksara dengan wajah pias.

"Aku udah tau semuanya, kamu gak perlu ngelak! Dia anak Sella, 'kan? Tapi yang ngurus dari kecil kamu, 'kan? Otomatis dia anak kamu juga dong! Dan anak aku juga." Aksara semakin merasa bersalah kepada Lica. Gadis yang dulu dia nikahi itu masih polos, tapi sekarang memiliki pikiran yang sangat dewasa.

Gama sampai tidak bisa berkata-kata dengan apa yang dikatakan oleh Lica. Dia masih terharu dengan sikap perempuan itu.

'Pilihan ku sudah tepat! Untung aku mengikuti apa kata papi.'

"Daddy ada anak? Berarti Kia ada adik dong!" ucap Kia dengan girang.

"Iya, Sayang, Kia ada adik. Mau gak ketemu sama adiknya?" tanya Lica dengan semangat.

"Mau, Mommy!" teriak Kia dengan semangat, hingga membuat mereka semua terharu.

"Gak salah gue nempati hati sama lo, Lic! Lo emang sebaik itu." Netha dapat mendengar gumaman dari Bian. Dan dia hanya diam, dan juga mengiyakan dalam hati.

"Jadi, papa boleh bawak dia ke sini dong?" tanya Gama kepada Lica.

"Boleh dong, Pa! Kan Kia bakal ketemu sama adiknya, iya gak, Sayang?"

"Iya, Mommy!"

Akhirnya, Gama pergi dari hadapan mereka. Dengan disusuli oleh Netha dan Bian dari belakang.

"Lo mau pulang terus?" tanya Bian kepada Netha.

"Iya, karna gue juga lagi capek banget." Saat akan berjalan melewati Bian tiba-tiba Netha hampir terjatuh akibat lantai rumah sakit yang licin itu. Dengan sigap Bian menahan tubuh Netha, hingga tak sengaja mata mereka bertemu satu sama lain.

"Eh, maaf! Gue gak sengaja, tadi lo hampir jatuh, 'kan?" Bian langsung mengalihkan pandangannya, dan membuat Netha langsung berdiri dengan cepat.

"Iya, makasih!" Netha langsung melewati Bian dengan langkah yang cepat, karna dia malu kalau dilihat oleh pria itu.

'Anjir! Kok deg-deg kan?'

Selama perjalanan hanya ada kebisuan diantara keduanya, karna dari mereka berdua tidak ada yang membuka suara. Hingga tak sengaja mata Netha melihat ke arah sebuah cafe, yang dimana Zein sedang mengelap bibir ceweknya dengan lembut. Bahkan Netha juga dapat melihat bagaimana kemesraan mereka.

Tiba-tiba tanpa sadar air matanya jatuh, hingga membuat Bian menatap ke arah Netha.

"Jangan diliat! Itu bakal nyakitin, tutup mata dan telinga lo, jangan pernah mengingat tentang seseorang yang pernah nyakitin lo."

"Dia bukan siapa-siapa gue! Peduli apa gue, dia gak penting."

"Itu dimulut lo! Lain dihati lo, lo gak bisa boongin gue! Gue udah paham semuanya, Netha," ucap Bian dengan santai.

"Hahaha ... lo udah tau yah? Lo udah paham banget yah? Entah lah, gue itu cuma pengen hidup tenang, tanpa ada seseorang lagi yang nyakitin gue. Gue juga capek, gue itu keliatan kuat diluar! Tapi jauh dari lubuk hati gue, gue itu lemah anaknya. Apa lagi soal perasaan, gue gampang luluh." Bian hanya mendengar semua keluhan dari mulut Netha, tanpa ada niatan untuk menyelahnya.

"Buka lembaran baru, Neth! Gue juga lagi usaha, orang yang gue cinta udah kembali sama orang yang dia sayang. Sakit? Ada, tapi bahagia yang lebih dominan. Saat liat orang yang lo cintai bahagia? Maka lo bakal bahagia, bukan kah begitu? Tuhan itu adil, dia ambil kebahagiaan lo! Dan dia bakal kasih kebahagiaan yang lebih dari apa pun. Percaya sama gue," ucap Bian dengan senyuman yang begitu manis.

"Gue percaya! Makasih udah ngingetin gue, pasti kita bakal dapet yang lebih!"

"Pasti dong!" Akhirnya, mereka berdua tertawa dengan lepas saat melihat kekonyolan mereka.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now