Bab 64

4.9K 198 9
                                    

Bian menautkan kedua alisnya saat dirinya dan Lica berhenti di sebuah sekolah elite yang ada di Eropa. Mengapa mereka ada di sekolah itu? Penyebabnya karna tadi sebelum pergi, Bian ngotot ingin mengantarkan Lica untuk pulang ke rumah. Tapi Lica tidak mau, dan akhirnya terjadi perdebatan antara keduanya, lalu Lica mengalah dan akhirnya bukan pulang ke rumah Lica, tapi malah pergi ke sekolah Kia.

"Kita ngapain di sini? Lo tungguin siapa?"

"Gue tungguin, Ki---"

"Mommy!" Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri mereka dan langsung memeluk Lica dengan erat.

Bian kaku di tempat saat anak kecil itu memanggil Lica dengan sebutan mommy.

"Lic? Dia a--anak lo?" Lica yang awalnya tersenyum girang melihat buah hatinya itu, langsung terdiam di tempat mendengar ucapan Bian kepadanya.

"Iya."

Pupus sudah harapan Bian untuk mendapatkan Lica, lima tahun dia mencari perempuan itu, dan saat jumpah? Dia malah melihat perempuan itu sudah memiliki seorang anak.

"Kenapa lo gak jujur diawal? Jadi gue gak perlu menyimpan perasaan ini selama lima tahun lamanya," ucap Bian dengan nada yang dingin dan wajah yang datar.

"Gue gak nyuruh lo nyimpan perasaan untuk gue, gue gak sesempurna itu untuk diperjuangkan! Banyak perempuan diluaran sana! Yang bisa lo dapetin!" Bian tersenyum kecut mendengar ucapan Lica kepadanya, dia tidak ingin ribut dengan Lica saat ada seorang anak kecil di hadapannya.

Bian berjongkok di hadapan Kia, lalu tersenyum manis ke arah anak itu.

"Hai, Cantik, siapa nama kamu?" Kia memandang Bian dengan lekat, lalu menatap ke arah Lica seolah meminta izin untuk berbicara dengan orang yang ada di hadapannya itu.

"Azalea Akila Rabella," ucap Kia dengan nada yang kecil.

"Cantik banget namanya, persis kek orangnya," ucap Bian dengan senyuman yang hangat, Bian menatap lekat wajah Kia yang mengingatkannya akan seseorang.

'Aksara.'

Lica yang melihat interaksi antara Bian dan Kia pun tersenyum tipis, dia tau bahwa Bian sedang kecewa kepadanya, tapi Bian tidak memperlihatkannya kepada Kia.

Lalu Bian berdiri dan memegang tangan mungil itu dengan semangat.

"Mau makan es krim?" Dengan antusiasnya, Kia menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Mau, Om!"

Seketika Lica dejavu di tempat, melihat Bian dan Kia mengingatkannya akan sosok Aksara. Apa lagi panggilan itu.

"Mommy, Kia izin pergi sama om yah? Kia janji ndak lama kok."

"Iya, Sayang."

"Gue izin bawak Kia, nanti gue anterin. Jangan lupa kasih alamat rumah lo nanti." Lica menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum manis ke arah anaknya.

"Inget pesan mommy? Jangan nakal!"

"Oke, Mommy sayang!"

Lalu Bian dan Kia pergi dari hadapan Lica, dan Lica juga bisa melihat bagaimana antusiasnya Kia saat bersama Bian. Padahal mereka baru saja bertemu, tapi sudah begitu akrab.

'Gue gak sekhawatir itu kalau Kia sama lo, Bian. Karna gue tau, sekecewa apa pun lo?Lo gak bakal tegaan dekat anak kecil.'

Akhirnya, Lica masuk ke dalam mobilnya, lalu mengendarai mobilnya itu.

***

Dengan semangat yang ada di dalam dirinya, Aksara langsung menelpon temannya itu untuk menanyakan kabar tentang Lica.

"Terus kabarnya gimana? Dia sehat, 'kan? Gak ada masalah, 'kan? Atau ada yang sering godain dia?" Rentetan pertanyaan itu membuat temannya yang ada ditelpon itu menghela napas.

"Gue gak tau kalau tentang hal itu! Yang baru gue tau, gue baru dapet kabar tentang Lica yang ada di negara ini! Kalau hal lain gue belum dapet, karna dia sesusah itu untuk dilacak."

Aksara menghela napas kecewa, dia pikir bahwa Neo temannya itu sudah mendapatkan semua informasi tentang Lica. Tapi tidak apa-apa, kalau Lica ada di negara ini sekarang. Aksara bakal mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Lica.

"Oke, makasih!"

Aksara mematikan handphone itu, lalu tertidur di atas ranjangnya, dan mengingat semua kejadian yang terjadi di dalam hidupnya saat kepergian Lica.

Dan hal yang paling di bencinya dalam hidupnya adalah kehadiran Tia.

Flashback on

Sebulan setelah kepergian Lica, hidup Aksara seakan tidak ada kehidupan. Dia seperti hidup namun tidak hidup, seakan yang ada di sekelilingnya itu adalah benda mati.

"Aksara, makan dulu, Nak!" Ayana masuk ke dalam kamar Aksara, dan kaget melihat begitu banyak minuman keras yang tergeletak di lantai, lalu menatap Aksara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nak!" panggil Ayana sekali lagi dengan dada yang sesak, karna seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat Aksara sehancur itu.

"Dia pergi, Ma! Dia gak balik lagi, Aksa rindu dia ...." Bahkan mengatakan itu saja, rasanya Aksara mau mati, karna setelah kepergian Lica membuat kehidupannya menjadi sangat hancur.

"Dia bakal balik, Nak! Dia bakal balik buat kamu." Ayana mencoba meyakini dan menghibur Aksara yang masih hancur setelah kepergian Lica.

"Tapi, Ma---" Ucapan Aksara terpotong saat terdengar kegaduhan di luar kamarnya, apa lagi saat mendengar suara perempuan yang sangat dibencinya.

Akhirnya, Aksara keluar dari kamarnya dan melihat Sella yang ada di ruang tamu dengan ekspresi kebencian.

"Buat apa perempuan murahan itu ada di sini!" sentak Aksara dengan emosi yang meluap-luap.

Sella menatap Aksara dengan mata yang berkaca-kaca, lalu mengatakan hal yang sangat tidak pernah Aksara bayangkan dalam hidupnya.

"Aku hamil anak kamu, Sa ...."

Deg!

Seketika semuanya menatap Sella dengan emosi yang menumpuk.

"Apa maksud kamu? Kamu mau menuduh anak saya? Hah!" teriak Ayana dengan emosi.

"Aku gak bohong, Tante! Tante bisa liat surat ini!" Sella memberikan sebuah surat dari rumah sakit, dan saat membuka surat itu. Terbukti bahwa Sella sedang hamil anak Aksara.

Tentu Aksara tidak terima dengan semua kebohongan Sella. Akhirnya mereka pergi ke rumah sakit untuk membuktikan semuanya, dan ternyata Sella tidak berbohong. Bahwa dia sedang hamil anak Aksara.

Gama begitu marah besar kepada Aksara karna sudah mencoreng nama baiknya, lalu Sella meminta pertanggung jawaban kepada Aksara. Tapi Aksara tidak mau, dan terjadi keributan. Hingga pada akhirnya, mereka tidak menikah sebelum anak itu lahir.

Dan saat lahir, Sella malah menghembuskan napas terakhirnya, karna terjadi pendarahan hebat. Lalu mereka mengetes ulang hasil tes DNA itu dan hasilnya? Ternyata Tia bukan anak Aksara.

Flashback off

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now