Bab 45

5.2K 179 0
                                    


Lica masih terkejut saat mendengar bisikan dari Aksara, pipinya tersipu malu sampai memerah karna salting.

"Ish ... apaan sih! gak lucu." Aksara menahan senyumnya saat melihat wajah Lica yang sudah memerah karna malu.

"Yang bener? Tapi kok saya seperti mendengar ada suara detak jantung yang terdengar cepat." Lica membulatkan matanya, lalu memegang dadanya dan mencoba menetralisir detak jantungnya yang terdengar ditelinga Aksara.

"B--bener lah! Udah lah, Om pergi aja dari sini! Lica mau tidur," ucap Lica dengan jengkel dan juga malu tentunya.

"Kamu usir saya? Ya sudah saya keluar saja," ucap Aksara dengan nada yang ngambek.

Mendengar ucapan Aksara yang seperti terdengar kecewa, Lica langsung bangun dan menarik tangan Aksara.

"Gak usah pergi! Di sini aja sama Lica," ucap Lica malu-malu kucing. Karna tak bisa menahan gemasnya, Aksara langsung menggigit pipi gembul Lica hingga membuat Lica berteriak.

"Akhhh ...! Om Aksa ngeselin!" teriak Lica dengan emosi dan membuat Aksara semakin gencar mengganggunya.

Tanpa mereka sadari, Ayana melihat semua apa yang dilakukan oleh Lica dan Aksara dengan tatapan sendu dan senyum yang terharu.

'Akhirnya, mama bisa liat senyum kamu lagi, Sa.'

Ayana langsung pergi dari depan kamar Aksara dengan hati yang gembira.

Sedangkan Aksara semakin semangat dalam membuat istri kecilnya itu menangis dan juga marah.

"Om ngeselin banget! Lica mau cari suami baru aja!" Tiba-tiba atsmofir di sekitar mereka terasa mencengkam saat Aksara memberi tatapan tajam kepada Lica.

"O--om Aksa." Lica hanya bisa nyengir dan juga merapalkan doa dalam hati semoga Aksara tidak marah.

"Ya sudah. Cari saja suami baru kamu! Saya mau cari janda pirang." Mendengar ucapan Aksara membuat Lica menatap Aksara sinis.

"Punya istri cantik, malah cari janda pirang! Ihh malu dong!" Rasanya Aksara ingin tertawa melihat wajah cemburu dari Lica. Tapi dia tetep menjaga imagenya yang sedang marah kepada Lica.

"Emang kamu cantik? Saya liat datar semua."

Deg!

Lica kaget mendengar perkataan Aksara yang rasanya menusuk di dalam hatinya.

"Iya! Lica datar semua! Puas, Om!" Akhirnya tangisan itu pecah juga hingga membuat Aksara kaget, padahal niat awalnya dia hanya bercanda.

"Cari aja yang sesuai keinginan, Om! Yang cantik, yang perfect! Dan gak datar kek Lica." Mendengar perkataan Lica membuat Aksara merasa bersalah sudah menyakiti perasaan istrinya.

"Saya cuma bercanda, Lica. Tidak mungkin saya mencari perempuan lain saat sudah ada kamu," ucap Aksara dengan perasaan yang bersalah.

"Perkataan Om, nyakitin Lica." Aksara semakin merasa bersalah atas perkataannya tadi.

"Maafin, saya yah? Saya tidak sengaja mengatakan hal itu." Melihat wajah bersalah Aksara membuat Lica tiba-tiba merasa bersalah.

"Iya. Lica maafin Om, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Beliin Lica ayam warna-warni!"

"Astaghfirullah!"

***

"Kita periksa tekanan darahnya yah, Mbak?" ucap seorang suster pada perempuan yang ada di hadapannya, dengan tatapan yang kosong.

"Sus!"

"Iya, Mbak, ada yang bisa saya bantu?" Baru saja selesai mencek tekanan darah pasiennya membuat dia perihatin, karna tekanan darah pasiennya itu sangat tinggi.

"Mbak jangan banyak pikiran yah? Kasian bayinya." Tangis perempuan itu pecah saat itu juga dengan badan yang bergetar. Hingga membuat suster itu semakin kasian.

"S--saya juga tidak mau seperti ini. Sus! Kenapa ini terjadi pada saya?!" Suster itu langsung memeluk Ila dengan erat, dan juga tidak tega melihat gadis belia di hadapannya ini menanggung akibat dari kejahatan orang lain.

"Saya capek, Sus. Saya capek!" Ila memukul perutnya dengan kuat dan emosi hingga membuat suster itu terkejut.

"Stop, Mbak! Stop!"

"Lepasin saya! Anak ini harus mati!" Ila mengamuk hingga membuat suster itu semakin takut kalau terjadi sesuatu pada Ila.

"Ila!" Tiba-tiba Bian datang dan langsung menahan tangan Ila yang mengamuk itu. Karna ada yang menahan tangan Ila suster itu langsung mengambil suntik penenang dan menyuntikkannya ditubuh Ila. Hingga membuat perempuan itu langsung hilang kesadaran.

"Untung anda datang, Mas. Jika tidak? Saya tidak tau apa yang bakal terjadi. Saya hanya ingin  memberi tahu, bahwa keadaan pasien jauh dari kata baik. Jadi harus dijaga oleh keluarganya." Setelah menjelaskan semuanya pada Bian. Suster itu izin pamit untuk keluar dan meninggalkan Bian dan Ila di dalam ruangan itu.

Bian menatap Ila dengan tatapan sendu dan juga iba. "Maafin papa gue Il. Maaf!"

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now