Bab 59

4.9K 208 6
                                    

"Bukan woy!" teriak Netha tidak terima, saat Lica mengatakannya bersama Om Burhan.

"Terus ini apa?" Lica menyodorkan HP itu di hadapan Netha langsung.

"Bukan woy! Lo salah liat, geser ke samping lagi!" Saat melihat foto selanjutnya, Lica seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Zein?" Netha menganggukkan kepalanya dengan lesu, hingga membuat Lica tertawa ngakak secara tiba-tiba.

"Zein? Hahaha ... buaya kakap itu? Bocil kematian?" Lica tertawa terpingkal-pingkal melihat seorang Netha menggalaui seorang buaya kelas kakap plus bocil kematian.

"Apa sih lo! Gak lucu tau gak." Netha menatap Lica dengan sinis dan emosi tentunya. Karna Lica mengejeknya.

"Lo suka, Zein? Neth, suka Zein? Gue gak salah liat, 'kan? Ini prank, 'kan?" Lica masih tidak percaya bahwa Netha menyukai seorang Zein.

"Gue gak suka dia! Gue cuma gak terima dia gosting gue!" sentak Netha dengan kesal.

"Gosting? Dia udah ada cewek? Ya Allah Netha! Lo sadar gak sih? Umur lo berapa? Umur dia berapa?" Lica seakan gak menyangkah dengan jalan pikiran kakak sepupunya itu.

"Gue tau, dan gue tekankan ke lo! Gue gak suka dia, Lica!"

"Terus kalau gak suka? Ngapain lo marah dia udah ada cewek?" Netha kicep mendengar ucapan Lica kepadanya.

"Karna dia ngeselin! Dia itu bocil kematian! Dia itu suka godain gue, terus dia pacaran sama yang lain!" Netha membuang wajahnya ke samping, seakan emosinya sedang meletup-letup, hingga membuat Lica menghela napas jengah.

"Kalau suka itu bilang aja, gak usah gengsi juga kali!" Lica menyindir Netha dengan wajah yang menurut Netha begitu menyebalkan.

"Gue gak suka dia! Budek lo hah!" Mendengar Netha semakin emosi, membuat Lica semakin gencar mengejeknya.

"Katanya gak suka? Kok panas liat dia pos cewek lain? Minimal sadar diri lah."

"Bangsat lo! Minta sini HP gue!" Netha menyentak handphone-nya yang ada ditangan Lica, lalu pergi keluar dari kamar Lica dengan emosi.

"Katanya gak suka? Kok emosi?" Lica terkekeh kecil melihat bagaimana emosinya sang kakak.

"Kalau suka bilang aja kali, gak usah sok gengsi."

***

"Kapan kamu akan pergi, Aksara?" tanya Gama pada Aksara yang sibuk dengan laptopnya.

"Besok," balas Aksara dengan singkat ke arah Gama.

"Kamu pergi sendiri?"

"Iya."

"Kamu gak ada niatan untuk mengajak, Tia?" Aksara menghentikan pekerjaannya dan mulai menatap serius ke arah Gama.

"Maksud Papa apa? Bawak anak itu? Aku gak bakal sudi! Liat muka dia aja, aku jijik!" Mendengar apa yang dikatakan Aksara, membuat Gama menatap tajam ke arah Aksara.

"Dia itu gak salah! Dia hanya anak kecil, yang salah itu adalah ibunya sendiri, Aksara!" tegas Gama dengan emosi.

"Papa bela dia? Apa Papa tau yang aku rasain setiap melihat anak itu? Aku seakan semakin benci sama diri aku sendiri! Seakan aku mau dia pergi dari dunia ini!"

"Aksara!"

Ayana yang sedang duduk di kamar mendengar pertikaian Aksara dan Gama, langsung keluar untuk melihat apa masalah yang terjadi.

"Kenapa sih, Mas? Aksara? Kenapa kalian ini selalu ribut! Apa kalian gak bisa sekali aja gak ribut!" Ayana menatap jengah ke arah Aksara dan juga Gama, karna pertikaian yang selalu terjadi diantara mereka.

"Ajarin anak kamu itu, soal sopan santun! Sudah dewasa, pemikiran masih ke kanak-kanakan!" ucap Gama dengan tegas ke arah Ayana.

"Papa yang cari masalah duluan! Masa dia nyuruh aku untuk bawak anak itu! Sampai mati pun aku gak bakal bawak dia sama aku!" Aksara langsung melongos pergi dari hadapan Ayana dan Gama.

"Kamu apa-apaan sih, Mas? Kamu tau gimana susahnya Aksara untuk bangkit? Gimana depresinya dia saat Lica pergi? Malah kamu tambah masalah dengan anak dari perempuan murahan itu!" Ayana mengeluarkan unek-unek yang ada dalam dirinya, di hadapan suaminya.

"Aku cuma gak suka sikapnya! Dia tidak bisa menjaga ucapannya!"

"Jika bukan karna masalah itu? Dia tidak akan seperti itu! Dia tidak akan menjadi orang yang pembangkang! Sudah lah Mas, jangan pedulikan anak orang lain! Aku muak liatnya!" Ayana langsung pergi dari hadapan Gama, karna dia malas jika sudah berdebat dengan suaminya itu.

'Kalian egois! Kalian boleh benci ibunya! Tapi jangan anak kecil yang tidak tau apa-apa.'

Tanpa mereka sadari, Tia melihat semua pertikaian itu dengan mata yang berkaca-kaca.

'Sebenci itu yah? Oma dan papi ke aku?'

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang