Bab 58

5K 186 2
                                    

"Assalamu'alaikum, Ila." Bian jongkok di depan sebuah batu nisan yang bertuliskan nama Mila Arini. Dengan memegang sebuah botol akua dan satu bucket bunga mawar putih, yang tak lain adalah bunga kesukaan Ila sendiri.

"Gue dateng, Il, gak kerasa udah lima tahun berlalu! Gue udah balesin kejahatan yang dilakuin papa gue, Il. Dan akhirnya, papa gue juga pergi." Bian terkekeh miris mengingat bagaimana kejinya papanya terhadap Ila dan orang tua Ila.

"Lica pergi, Il! Gue udah cari Lica, tapi gue gak ketemu sama dia, Il. Gue kangen sama Lica! Entah kek mana keadaannya sekarang," ucap Bian dengan suara yang lirih.

"Gue sendiri, Il ... gue kesepian! Gue gak ada tempat untuk curhat, maafin gue atas sikap kasar gue ke lo dulu, Il. Gue kangen lo dan Lica." Bahkan saat menjenguk Ila, pikiran Bian tetep mengingat Lica.

"Besok gue pergi ke Eropa, Il. Karna ada sebuah bisnis yang harus gue jalanin! Jadi maaf kalau gue gak jenguk lo untuk beberapa hari ke depan! Tapi lo tenang aja, gue bakal nyuruh Jordan untuk jenguk lo." Akhirnya, setelah begitu lama berceloteh di depan makam Ila. Bian pun pergi dari situ, tapi tidak lupa memberikan doa untuk Ila.

'Semoga lo masuk surganya Allah, Il. Gue pamit yah?'

***

"Papi! Kata opah besok Papi pergi ke luar negri yah?" tanya Tia dengan semangat, ke arah Aksara yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Papi! Denger gak, yang Tia bilang? Tia dari tadi ngomong loh," ucap Tia dengan nada yang kesal ke arah Aksara.

"Diam! Kamu bisa diam tidak? Jangan ganggu urusan saya!" Tia kaget mendengar Aksara membentak dirinya. Hingga membuat anak kecil berumur lima tahun itu menundukkan kepalanya.

"Maaf, Pi ...."

"Aksara!" Tiba-tiba Ayana masuk ke dalam kamar Aksara dengan membawa secangkir teh hangat dan juga beberapa potong pai.

"Makan dulu, Nak! Kerja mulu kamu dari tadi." Ayana mengomeli Aksara yang terlalu fokus dengan kerjaannya, tanpa memikirkan bagaimana kesehatannya.

"Tanggung, Ma! Bentar lagi siap." Bahkan mengatakan itu saja, Aksara tidak melihat ke arah Ayana, hingga membuat Ayana menggelengkan kepalanya jengah. Lalu Ayana melihat ke arah Tia yang menundukkan kepalanya hingga Ayana menatapnya sinis.

"Buat apa kamu di situ? Mau ganggu anak saya?" ucap Ayana dengan nada yang judes ke arah Tia.

"E--enggak, Oma! Tia cuma nanya besok papi ke luar negeri? Udah itu doang," ucap Tia dengan nada yang terdengar menahan tangis.

"Bukan urusan kamu! Pergi ke kamar kamu. Jangan mengurus, urusan orang dewasa!" sentak Ayana dengan suara tegas, hingga membuat Tia langsung keluar dari kamar Aksara.

"Anak dari wanita murahan! Tidak pantas ada di rumah ini!" ucap Ayana dengan emosi.

"Sudah lah, Ma. Aku males ngurus urusan kek gitu! Mending Mama keluar, biarin aku selesain urusan aku." Mendengar ucapan dingin Aksara, membuat Ayana mau tidak mau, akhirnya keluar dari kamar Aksara.

Mata Aksara melihat ke arah sebuah foto pernikahan yang menampilkan dirinya dan Lica, lima tahun yang lalu.

"Saya besok pergi ke luar negri, tapi saya tidak bakal lupa untuk tetap mencari kamu, Lica!"

Di lain tempat, Lica sibuk membereskan perlatannya untuk melakukan sesi foto besok pagi. Dan tiba-tiba Netha masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang bisa dikatakan begitu menyedihkan.

"Kenapa lo, Tha?" tanya Lica dengan menaikkan sebelah alisnya ke arah Netha.

"Huwaaaa ...! Lica, gue ditolak." Tangis Netha pecah saat itu juga, hingga membuat Lica menjadi panik melihat kakak sepupunya itu menangis.

"Maksudnya apa? Ditolak apa?" tanya Lica dengan tidak mengerti, tapi mencoba menenangkan Netha yang histeris.

"Gue ditolak cogan!" teriak Netha dengan tragis, hingga membuat Lica membulatkan matanya. Lalu menarik HP yang ada ditangan Netha dan melihat siapa orang itu.

Setelah melihatnya, Lica menatap Netha dengan sinis.

"Om Burhan?"

Tbc
Jangan lupa vote dan follow wp author ✌

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now