Bab 29

5.7K 206 0
                                    


Saat sampai di rumah, Aksara hanya diam tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

"Om Aksa!" Aksara menghentikan langkahnya saat Lica memanggilnya.

"Kenapa?" tanya Aksara dengan menaikkan sebelah alisnya.

Lica sebenarnya bingung ingin mengatakan apa pada Aksara, tapi hatinya meminta untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

"Lica sayang sama oma, tapi Lica juga gak suka liat Om Aksa yang keadaannya kek sekarang ini." Lica mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hatinya saat melihat Aksara yang keadaannya jauh dari kata baik.

"Keadaan? Kamu pikir saya bisa diam saja, hah! Saat oma saya terbaring di rumah sakit dengan selang yang terpasang ditubuhnya! Dan juga hidupnya diambang kematian!" sentak Aksara dengan emosi sambil menunjuk wajah Lica sangking emosinya.

"B--bukan gitu, Om," lirih Lica dengan takut saat melihat wajah marah Aksara.

Aksara langsung pergi dari hadapan Lica dengan emosi yang masih belum stabil, ditambah Lica yang membuatnya semakin emosi.

'Bukan gitu maksud Lica, Om! Lica cuma gak mau liat Om keadaannya jauh dari kata baik, Lica mau Om gak terlalu memikirkan karna bakal membuat Om sakit nanti.' Rasanya Lica ingin menangis sekarang juga. Namun dia sadar, kalau dia tidak boleh menambah beban pikiran Aksara.

Lica berjalan ke arah kamar dan saat ingin berbicara dengan Aksara, dia terdiam saat melihat Aksara dengan lembut berbicara pada kucing kesayangannya itu. Lica hanya memperhatikan bagaimana dengan lembutnya sikap Aksara kepada Caty, tapi berbanding balik dengannya.

'Ngeselin!' gerutu Lica dalam hati sambil menatap kesal ke arah Caty.

"Kamu makan yang banyak yah? Saya tidak mau kamu sakit!" Lica mendelik dengan kesal ke arah Caty.

"Caty aja, Om lembutin! Lica gak pernah Om lembutin!" ucap Lica dengan cemburu sambil menghentakkan kakinya dengan kesal ke lantai.

Aksara tak menggubrisnya dan dia sibuk memberi makan Caty, seakan menganggap Lica hanya angin lalu.

"Om Aksa nyebelin!" Lica langsung pergi dari tempatnya, dan meninggalkan Aksara yang sibuk dengan Caty.

"Ihhh ... Om Aksa ngeselin! Sama Caty lembut banget, sama Lica kasar banget! Apa Lica harus jadi kucing dulu? Supaya disayang sama Om Aksa?" Lica tak berhenti mendumel karna Caty adalah tahta tertinggi bagi Aksara.

Tiba-tiba handphone-nya berbunyi dan diam terdiam saat melihat telpon dari Ila.

'Tumben, Ila telpon Lica?' Akhirnya, Lica mengangkat handphone dari Ila, karna dia penasaran.

"Halo, Ila, ada apa?"

"Lica! Tolong aku!"

Lica terdiam bahkan terkejut mendengar tiba-tiba Ila meminta tolong padanya.

"Kenapa, Ila?" tanya Lica dengan khawatir.

"Aku tadi di---"

Tut!

Tiba-tiba panggilan itu terputus hingga membuat Lica semakin khawatir dengan keadaan Ila.

"Om Aksa!" Lica berlari ke arah Aksara dengan wajah yang panik.

"Kenapa?"

"Ila dalam bahaya!" teriak Lica dengan khawatir dan takut.

"Apa sih? Saya sibuk, saya tidak ada wak---"

Aksara melihat telpon dari mamanya dan langsung mengangkatnya.

"Halo, Ma!"

Tiba-tiba Aksara terdiam wajahnya berubah pucat hingga membuat Lica semakin panik.

"Om, kenapa?"

"O--oma!"

"Om kenapa? Om!"

"D--dia, pergi ...."

Deg!

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang