Bab 48

4.5K 160 1
                                    


"Saya tidak salah dengar apa yang kamu bilang?" Aksara sungguh masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lica.

"Emang ada yang salah, Om? Perasaan gak ada deh," balas Lica dengan santai, seakan tak ada masalah baginya.

Aksara hanya bisa menghela napas jengah, dan juga kesal mendengar namanya dipakai untuk anak ayam warna-warni Lica.

"Terserah kamu."

Selama perjalanan, hanya ada keheningan antara Lica dan Aksara. Seakan keduanya hanya diam tanpa ingin membuka suara dan tiba-tiba Lica melihat seorang penjual cilor yang membuatnya menjadi ingin membeli cilor.

"Stop, Om!" Aksara yang kaget itu langsung rem mendadak, hingga membuat kepala Lica hampir terbentur ke kaca mobil jika tidak ditahan oleh tangan Aksara.

"Kamu kenapa sih!" Aksara benar-benar emosi saat Lica mengkagetkannya secara tiba-tiba.

"Li--lica mau beli cilor, Om." Lica tak berani menatap ke arah Aksara, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan takut karna tatapan tajam Aksara padanya.

"Kenapa harus mengagetkan saya? Kamu mau kita celaka?" Lica menggelengkan kepalanya dengan air mata yang sudah menetes membasahi pipinya.

Aksara mencoba mengontrol emosinya, saat melihat Lica yang ketakutan padanya.

"Saya bukan marah sama kamu. Tapi saya tidak suka dengan cara kamu yang tiba-tiba mengkagetkan saya," ucap Aksara dengan nada yang mulai lembut.

"Kamu mau cilor, 'kan? Ya sudah biar saya yang belikan, dan kamu tunggu saja di dalam mobil." Lica hanya menganggukan kepalanya dan mulai membersihkan air matanya yang membasahi pipi mulusnya.

Melihat Aksara yang membelikannya cilor, membuat Lica terharu tiba-tiba karna sikap Aksara yang sudah mulai care terhadapnya.

'Lica mau sikap om gini terus sama Lica, Lica gak mau nanti om ninggalin Lica.'

Tiba-tiba Aksara masuk ke dalam mobil. Dan memberikan cilor yang diinginkan oleh Lica, hingga membuat Lica tersenyum tipis dan juga senang tentunya.

"Apa kita sudah bisa pulang?" tanya Aksara pada Lica yang asik menatap makanan kesukaannya itu.

"Lica! Apa kita sudah bisa pulang?" tanya Aksara lagi dengan nada yang sedikit tegas.

"Bisa!" balas Lica dengan semangat dan tanpa aba-aba dia mencium pipi Aksara dan tersenyum manis ke arah Aksara.

"Makasih, Om Aksa!"

"Sama-sama."

***

"Ayana!" Ayana berbalik badan saat mendengar Gama memanggilnya.

"Iya. Kenapa Mas?" tanya Ayana saat melihat wajah suaminya yang kelihatan sedang tidak mood.

"Aksara mana? Kenapa belum pulang juga? Ada yang perlu aku bahas dengan dia." Mendengar itu Ayana hanya bisa diam, karna dia juga tidak tau ke mana Aksara pergi dengan Lica.

"Aku gak tau Mas, tapi tunggu aja. Bentar lagi pulang kok," ucap Ayana dengan lembut.

"Kabari aku kalau dia sudah pulang!" tegas Gama yang membuat Ayana menjadi curiga dengan sikap suaminya itu.

"Kamu kenapa sih, Mas? Gak biasanya kamu begini, apa ada masalah di perusahaan?" tanya Ayana dengan deretan pertanyaan yang membuat Gama tak mau menjawabnya.

"Bukan hal penting! Ingat saja apa yang aku bilang! Panggil aku kalau dia sudah pulang!" Gama langsung pergi dari hadapan Ayana, hingga membuat Ayana semakin curiga dengan apa yang terjadi antara Gama dan Aksara.

"Apa yang disembunyikan oleh mereka? Kenapa sepertinya sangat rahasia sekali," gumam Ayana dengan bimbang.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now