Bab 49

4.6K 164 2
                                    


"Aksara!" Saat baru memasuki rumah bersama Lica, tiba-tiba Ayana memanggil Aksara dan mulai berjalan ke arah Lica dan Aksara.

"Kenapa, Ma?" tanya Aksara dengan menaikkan sebelah alisnya.

Saat ingin menjawab, Ayana menatap ke arah Lica yang menatapnya dengan polos. Hingga membuat Ayana jadi ragu untuk bertanya disaat ada Lica diantara mereka.

"Lica, itu yang ditangan kamu apa?" Ayana mengalihkan pembicaraannya bersama Aksara, karna dia tidak tenang kalau Lica mendengar perbincangan mereka nanti.

"Ini ayam warna-warni, Ma! Lica suruh Om Aksa untuk beliin!" Mendengar itu Ayana tersenyum tipis dan mengkode ke arah Aksara untuk menyuruh Lica pergi.

Aksara sebenarnya bingung apa yang terjadi? Tapi dia hanya diam dan mengikuti apa yang dikatakan oleh mamanya.

"Lica, kasian ayamnya belum makan. Kasih makan dulu gih!" pintah Aksara yang langsung disetujui oleh Lica.

"Oke, Om!"

Setelah Lica pergi dari hadapan mereka, Ayana menatap Aksara dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Ada masalah apa kamu dengan papa kamu?" tanya Ayana dengan suara yang pelan.

"Gak ada masalah apa-apa! Emangnya kenapa?" Aksara jadi bingung mendengar pertanyaan dari mamanya.

"Huft ... mama bingung, Sa. Papa kamu kek marah banget tadi! Sampek bilang kalau Aksara datang kasih tau dia." Mendengar itu Aksara terkejut, kenapa tiba-tiba papanya marah terhadapnya?

"Kamu beneran gak ada masalah apa pun, 'kan?" tanya Ayana dengan gelisah kepada Aksara.

"Gak ada, Ma! Aksara aja bingung kenapa papa tiba-tiba marah sama Aksara! Aksara jug---"

"Udah datang kamu!" Suara bariton itu mengalihkan pandangan Aksara dan Ayana ke arah tangga, yang dimana Gama menatap ke arah Aksara dengan tatapan yang tajam.

"Kenapa sih, Pa? Ada masalah?" Bukannya menjawab, Gama malah menampar Aksara dengan kuat hingga membuat Ayana histeris.

"Mas!" teriak Ayana dengan kuat saat melihat suaminya begitu emosi terhadap Aksara.

"Jujur sama papa! Kamu masih menemui perempuan itu, 'kan?!" Ayana terkejut mendengarnya dan menatap tak percaya ke arah Aksara.

"Sa, apa itu benar?" tanya Ayana dengan kecewa terhadap anaknya.

Aksara hanya diam dan tak menjawab apa pun yang ditanya oleh mamanya.

"JAWAB AKSARA!" teriak Gama dengan lantang.

"Iya! Aku masih sering ketemu dia! Karna gimana pun juga dia cinta pertama aku, Pa!"

"Tapi sekarang kamu sudah nikah Aksara! Sudah ada Lica sekarang!"

"Tapi pernikahan ini terpaksa, Pa! Kalian paksa aku untuk nikah! Bukan karna cinta! Dan aku ... gak cinta sama Lica! Aku cuma ikuti keinginan kalian."

"O--om Aksa ...." Mereka bertiga kaget melihat Lica yang menatap mereka dengan tersenyum gentir dan mata yang berkaca-kaca.

"Lica ...." Bibir Aksara menjadi keluh saat Lica menatapnya dengan kecewa yang mendalam.

"Aku kecewa sama Om." Lica langsung berlari keluar ke kamar, hingga membuat Aksara mengejarnya.

"A--aku gak nyangka Aksara gitu, Mas."

'Papa kecewa sama kamu Aksara.'

***

"Ck! Nanti gue ke sana!" Ila mendengar Bian yang berbicara ditelpon, tapi dia tidak mau menggangu Bian yang sepertinya sedang sibuk.

"Gue mau ke markas dulu! Lo gak papa kan sendirian di sini?"

"Gak papa kok! Kan ada suster nanti. Dan kamu juga kan ada urusan penting! Ya udah pergi aja." Mendengar itu tanpa basa-basi Bian langsung pergi keluar dari ruangan Ila.

"Kamu tau gak, Bian? Sebenarnya aku udah suka sama kamu dari kita kelas satu. Aku sudah lama nyimpan perasaan ini ke kamu! Tapi aku takut untuk ngungkapinnya, karna aku tau dari awal kamu itu udah cinta sama Lica! Aku gak pernah mau untuk hancurin pertemanan aku dengan Lica. Maka dari itu aku nyimpan perasaan ini dari sejak lama. Demi menjaga pertemanan aku dengan Lica."

Bukan mudah bagi Ila untuk menutupi semua itu, tapi dia harus melakukannya karna dia tau cinta itu tak bisa dipaksa.

'Melihat kamu bahagia, menjadi kebahagiaan terbesar bagi aku, Bian! Semoga kamu berhasil untuk dapetin hati Lica,' ucap Ila dalam hati dengan tatapan yang sendu dan hati yang sakit, tapi dia tidak mungkin memaksakan seseorang untuk menjadi miliknya.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now