Bab 4

9.9K 413 14
                                    


Di sebuah perusahaan yang begitu megah dan jaya, terdapat seorang pria yang sedang marah pada bawahannya. Karna sudah menggelapkan uang perusahaan.

"Jujur, kamu yang menggelapkan uang perusahaan 'kan?!" teriak Aksara dengan emosi sambil memukul meja kerjanya, dan menatap tajam ke arah pria yang sudah menunduk ketakutan melihat amarah atasannya itu.

"M--maaf, Pak!"

Brak!

Sedangkan orang-orang yang ada di ruangan kerja Aksara hanya diam, saat melihat kemarahan Aksara yang semakin menjadi.

"Mulai sekarang? Kamu saya pecat!"

"Bawa dia!" teriak Aksara pada sekretarisnya, dan langsung membawa pergi orang yang sudah menggelapkan uang perusahaan itu.

Aksara pun mengambil handphone-nya, dan menelpon anak buahnya dengan hati yang masih panas.

"Blacklist semua perusahaan, supaya tidak menerima orang yang baru saja menggelapkan uang perusahaan saya!"

Aksara mematikan handphone-nya dengan emosi yang masih membara dan belum reda.

Tiba-tiba handphone-nya bunyi, dengan kesal Aksara mengangkat handphone-nya itu. Tapi dia bingung melihat nomor itu adalah nomor yang tidak dikenal.

"Halo!"

"Dewa!"

Deg!

Aksara mematung di tempat saat mendengar suara dari orang itu, dan suara itu adalah suara seseorang yang sudah lama meninggalkannya.

'Gak mungkin!'

***

"Ini punya Lica, Ila!" teriak Lica pada sahabatnya yang bernama Mila Arini.

"Gak! Ini punya, Ila!" teriak Ila tak terima saat Lica dengan seenak hati mengklaim boneka teddy bearnya.

"Gak! Ini punya, Lica!" Aksi tarik-menarik itu disaksikan oleh semua orang yang ada di kelas, dan ada juga yang menatap malas melihat tingkah dua bocil kematian itu. Dan ada juga yang ikut menyoraki supaya semakin memanas dan heboh.

"Ayo, Lica! Lo pasti menang!"

"Gak! Gue yakin yang bakal menang, Ila!"

"Ila!"

"Lica!"

"Stop!"

Mereka semua pun berhenti menyoraki, saat Bian tiba-tiba datang dengan wajah emosinya dan tatapan yang tajam ke arah mereka, bukan tanpa alasan Bian marah. Itu karna kesalahan mereka yang bukannya melarai antara Lica dan Ila. Dan tiba-tiba---

"Huwaa ... Ila ambil boneka, Lica!" teriak Lica dengan histeris, hingga membuat satu kelas kaget karnanya.

"Lica." Bian pun berjalan ke arah Lica dan mencoba menenangkan Lica yang sedang histeris itu.

"Udah! Jangan nangis, nanti gue beliin yang lebih gedek dan bagus dari situ," ucap Bian sambil mengelap air mata yang ada dipipi chubby Lica, dan mencoba menenangkan bocah kehebohan itu.

Lica menatap tajam ke arah Ila dan berjalan ke arah Ila dan---

Krek!

"Huwaa ... boneka Ila koyak!"

'Rasain, siapa suruh lawan Lica!' ucap Lica dalam hati dengan sombong.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Kde žijí příběhy. Začni objevovat