Bab 43

5.2K 170 0
                                    


Bian masih shock di tempat, bahkan tubuhnya sampai kaku mendengar ucapan Ila.

"M--maksud lo apa?" tanya Bian dengan gugup dan juga mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Ila.

"Apa yang aku bilang kurang jelas? Atau kamu yang gak mau nerima fakta?" Bian semakin tak bisa berkata-kata, bahkan dia sampai mengepalkan tangannya kuat sangking emosinya.

"Lo pasti bohong, 'kan? Jawab!" Ila menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum miris ke arah Bian.

"Buat apa aku bohong? Untungnya di aku apa? Sekarang malah aku yang rugi, Bian!" Dada Ila kembang-kempis saat menjelaskan semuanya pada Bian, supaya laki-laki itu percaya padanya.

"Lo pasti bohong! Itu bukan anak papa gue! Tapi anak orang lain, 'kan?" Bian tak akan percaya apa yang dikatakan oleh Ila. Karna dia tau pasti Ila akan menghancurkannya melalui papanya.

"Tega kamu ngomong gitu, Bian. Aku udah jujur sama kamu," ucap Ila dengan suara yang lirih.

"Alah! Basi tau gak, sampai kapan pun gue gak bakal percaya! Nyesel gue nolong cewek gak tau diri kek lo!" Bian membentak Ila dengan kuat hingga membuat Ila takut melihat ke arah Bian.

Bian langsung pergi keluar dari ruangan Ila, dengan emosi yang menumpuk dihatinya karna ucapan Ila.

Ila menatap punggung Bian yang semakin jauh dari pandangannya dengan tatapan yang sendu.

'Kamu benci sama aku, tapi aku yang paling hancur di sini Bian. Aku yang menderita, aku, Bian!'

***

"Jadi gimana, Pak Aksa? Apa Anda setuju?" ucap seorang pria yang bernama Mahendra.

Aksara menatap berkas itu, lalu menatap ke arah Mahendra. "Apa ini menguntungkan bagi saya? Soalnya saya tidak akan menyetujuinya, jika tidak menguntungkan."

Mahendra terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh Aksara kepadanya.

"Ini akan menguntungkan bagi Anda, Pak. Karna tidak mungkin saya membuat perjanjian kerja sama ini jika tidak menguntungkan dari kedua bela pihak.

Saat sedang beragumen dengan pikirannya, tiba-tiba Lica datang ke arahnya dan Mahendra dengan membawa dua cangkir teh hangat.

"Kenapa kamu yang bawak? Maid mana?" tanya Aksara dengan nada sedikit jengkel.

"Ini emang inisiatif Lica, Om! Emang gak boleh apa?"

"Boleh. Siapa yang melarang memangnya? Ada saya larang? Saya kan cuma bertanya." Lica mengerucutkan bibirnya dengan kesal ke arah Aksara, lalu menatap Aksara sinis.

"Huwww! Om Aksa ngeselin!" Lica menghentakkan kakinya dengan kesal, lalu langsung pergi dari hadapan Aksara dan Mahendra.

Aksara menghela napas berat melihat tingkah manja Lica.

"Maklum masih muda itu, Pak." Aksara hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis ke arah Mahendra.

"Sensian dia." Aksara terkekeh sendiri melihat tingkah Lica.

Setelah membaca semua dengan teliti dan tak tertinggal satu huruf pun, barulah Aksara menandatangani perjanjian kerja itu.

"Senang berbisnis dengan Anda, Pak." Mahendra mengulurkan tangannya sebagai tanda kerja sama mereka. Dan Aksara menerimanya dengan senang hati.

Di lain tempat, tepatnya kamar Bian. Dia meluapkan semua emosinya dengan membanting apa yang ada didekatnya, lalu meninju kaca yang ada di hadapannya dengan kuat.

"Arghh ...! Kenapa bisa gini sih? Gimana kalau mama tau?" Dia tidak peduli dengan tangannya yang mengeluarkan darah segar, yang ada dipikirannya sekarang. Bagaimana kalau mamanya tau hal ini?

"Papa akan membayar semuanya, jika itu memang kesalahan papa." Bian mengepalkan tangannya dengan kuat dan juga emosi yang sudah menumpuk di dalam hatinya.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz