Bab 37

5.2K 178 0
                                    


Tubuh Ila membeku di tempat, bahkan tangannya sampai tremor saat Lica menanyakan hal itu padanya.

"Ila, kamu gak papa?" tanya Lica dengan khawatir dan juga takut melihat tatapan Ila yang kosong.

"Apa maksud kamu nanya itu? Kamu nuduh aku?" Ila menatap tajam ke arah Lica dan mengepalkan tangannya kuat.

"A--aku gak nuduh kamu! Tapi aku gak sengaja liat kamu kemarin masuk ruangan it---"

"Apa? Kamu itu nuduh aku! Maksud kamu apa? Hah!" Ila mendorong Lica dengan kuat hingga punggung Lica terbentur beton yang ada dibelakangnya.

Saat ingin melayangkan sebuah tamparan, tangan Ila ditahan dari belakang dan saat melihatnya Ila terdiam menatap orang itu.

"Turunin tangan kotor lo, itu!" tekan Bian dengan tatapan yang tajam dan juga mencengkram kuat tangan Ila hingga merah.

"Aku gak salah! Yang salah dia." Tunjuk Ila dengan tatapan yang tajam ke arah Lica.

"Lo nuduh Lica! Gue tau Lica gak salah," bela Bian dengan tatapan yang tajam.

"Udah Bian, aku yang salah." Lica menatap ke arah Ila yang menatapnya dengan penuh emosi dan tatapan yang mematikan.

"Gue tau lo gak salah, Lic. Yang salah itu dia!" Bian menunjuk wajah Ila dengan marah dan penuh kebencian.

Ila menatap sendu ke arah Bian saat Bian segitunya membela Lica.

'Segitu cintanya kamu sama dia, Bian?'

"Ayok, Lic! Kita ke kantin aja." Bian mengajak Lica dengan lembut sambil menarik tangan Lica, dan menganggap keberadaan Ila tidak ada. Tapi bukannya mengikuti Bian, Lica melepaskan tangan Bian dari tangannya.

"Gak! Aku bisa sendiri," ucap Lica dengan dingin dan langsung pergi dari hadapan Ila dan Bian.

Bian menatap tajam ke arah Ila, seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Lo---"

Ila menatap Bian dengan mata yang berkaca-kaca dan juga hati yang sesak.

"Maaf." Hanya satu kata itu yang mampu keluar dari mulut Ila saat Bian menatapnya penuh kebencian.

"Terserah!" Bian langsung menyenggol bahu Ila dengan kuat dan emosi yang memuncak.

'Susah banget yah? Untuk dapetin kamu?'

***

"O--oma," lirih Aksara saat menatap batu nisan Oma Maya.

"Maafin Aksara, oma! Aksara memang sudah mengambil hak Aksara, tapi Aksara nyakitin Lica! Dan sekarang dia mau kuliah ke luar negeri."

Aksara tak sanggup saat melihat nama Oma Maya, bahkan hatinya sangat sakit dan tidak kuat mengingat bagaimana permintaan terakhir Oma Maya.

"Oma pengen punya cicit, 'kan? Kenapa disaat aku sudah mengikuti permintaan oma? Oma malah pergi dari hidup aku? Kenapa oma?" Aksara rasanya ingin melampiaskan semua sakit hatinya dan juga rasa terpukulnya saat kepergian Oma Maya.

"Aksara mau oma."

"Aksara!"

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now