Bab 47

4.6K 181 2
                                    


"Seneng banget bisa hirup udara segar!" ucap Ila dengan semangat ke arah Bian, saat mereka sedang berada di taman rumah sakit.

"Girang amat lo? Tadi aja kek orang gak ada semangat hidup," ucap Bian dengan sinis dan ketus ke arah Ila. Sedangkan Ila terkekeh kecil melihat wajah sinis dari Bian.

"Kamu itu gak cocok gitu, yang cocoknya itu senyum." Ila  menyuruh Bian mendekat ke arahnya, lalu membuat wajah lucu hingga membuat Bian sedikit tersenyum.

"Nah, kan ganteng. Gitu dong! Senyum yang manis biar makin ganteng." Bian terkekeh melihat tingkah lucu dari Ila, sebaliknya Ila juga tertawa kecil melihat tingkah Bian.

"Seharusnya yang senyum itu, lo! Bukan gue," ucap Bian dengan tatapan yang tak biasa ke arah Ila.

"Senyum? Mungkin itu keknya gak ada lagi dalam kamus aku, Bian. Mungkin senyum itu udah ilang saat semuanya terjadi dalam hidup aku." Bahkan untuk mengatakan itu saja? Ila sudah tidak sanggup. Hingga membuat Bian menjadi tidak tega melihatnya.

"Lo bisa, Ila! Lo bisa bangkit!" Bian mencoba menyemangati Ila supaya dia kembali ke dirinya yang dulu.

"Apa yang harus aku lakuin sekarang? Orang tua aku udah meninggal, dan sekarang aku juga lumpuh. Dan satu lagi? Aku ... sekarang hamil Bian!"

Deg!

Bian hanya bisa diam dan juga mulutnya terasa keluh, seakan dia tidak memiliki jawaban apa pun mengenai keadaan Ila.

"A--aku hancur!" Ila hanya bisa menahan sesak di dalam hatinya, dengan semua keadaan yang menimpanya.

"Gue gak tau, entah yang salah lo atau bokap gue? Gue bakal cari bukti itu, kalau emang bokap gue yang salah? Maka gue gak segan-segan menuntut keadilan untuk lo! Tapi kalau lo bohong? Maka sebaliknya gue bakal bikin hidup lo menyesal!" Mendengar penuturan dari Bian, membuat Ila hanya bisa tersenyum terpaksa. Karna dia juga tau bahwa Bian tak segampang itu percaya padanya.

"Oke. Aku ikut aja apa yang kamu bilang! Tapi kalau aku terbukti jujur? Maka kamu harus jauhin Lica!"

"Apa?!"

***

"Ihh ... anak ayamnya imut banget!" Sangking senangnya? Lica sampai memeluk anak ayam itu dengan erat, hingga membuat anak ayam itu bersuara, karna sesak.

"Eh! Itu nanti anak ayamnya gak ada napas!" Mendengar ucapan Aksara, Lica hanya menyengir dan mulai memasukan kembali anak ayam warna-warni itu ke dalam kandangnya.

"Om, anak ayamnya banyak banget! Lica mau semua," ucap Lica dengan semangat, hingga membuat penjual ayam itu terkekeh. Tapi berbeda dengan Aksara dia menatap Lica dengan sinis.

"Jangan maruk! Ambil secukupnya!" Lica mengerucutkan bibirnya dengan kesal, karna ucapan dari Aksara.

"Om Aksara gak asik! Betek Lica sama Om."

"Ya sudah, kalau gitu gak usah beli anak ayam ini." Mendengar itu, Lica tak terima dan mau tak mau dia terima anak ayam yang hanya lima ekor itu.

Setelah membelinya, dengan semangat Lica masuk ke dalam mobil dan memeluk kandang anak ayam itu hingga mengajak mereka bicara.

'Kenapa istri saya menjadi gesrek begini? Perasaan kemarin masih aman.'

"Om! Lica udah buatin nama untuk mereka!"

"Apa namanya?"

"Pinky, Lula, Nana, Jisu dan Aksara!"

"Astaghfirullah!"

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now