Bab 71

5.3K 201 3
                                    

"Eughh!" Bian tersentak saat mendengar suara leguhan dari Zein yang tiba-tiba sadar.

"Lo udah sadar? Gimana keadaan lo sekarang? Ada yang sakit?" Zein terdiam sejenak saat melihat seseorang yang tidak dikenalnya itu, sok akrab padanya.

"Lo siapa? Gue gak kenal sama lo? Dan ngapain lo di sini?" Bian menggurutu dalam hati, karna dia juga lupa. Buat apa dia menanyakan hal itu pada Zein? Padahal mereka tidak saling kenal.

"Gue temen, Netha! Dan tadi lo pingsan, waktu di rumah Netha! Jadi gue nolongin lo." Zein tiba-tiba mengingat kejadian yang menimpahnya dan juga Netha, tapi yang dipikiran Zein saat ini bagaimana kabar Netha?

"Netha baik-baik aja, 'kan?" tanya Zein dengan khawatir, Bian menaikkan sebelah alisnya melihat seorang remaja di depannya ini begitu khawatir dengan Netha.

"Emang lo siapanya? Kok khawatir gitu?" tanya Bian dengan penasaran.

"Bukan urusan lo!" balas Zein dengan ketus ke arah Bian.

'Bocah ingusan! Bukannya terima kasih sama gue! Malah ketus, kalau bukan karna Netha saudara Lica? Gak sudi gue nolongin bocil bangsat ini!'

"Serah! Sekarang lo udah sadar, 'kan? Gue mau pergi!" Saat akan keluar dari ruangan Zein, tiba-tiba langkah Bian terhenti saat mendengar Zein memanggilnya.

"Jaga Netha yah? Dia takut petir, kalau ada hujan? Kasih aja dia teh hangat, itu bakal bikin dia lebih baik." Bian terdiam, perasaan tidak ada hujan? Kenapa dia bilang seperti itu? Dan yang lebih membingungkannya kenapa bocah itu tau semua tentang Netha? Apa mereka ada hubungan?

'Netha? Sama bocah ingusan? Anjir! Gak nyambung woy.'

"Hm." Dari pada harus lama-lama melihat wajah bocah ngeselin itu, lebih baik Bian langsung pergi ke rumah Lica. Untuk melihat keadaan mereka yang ada di rumah itu.

Zein sebenarnya dapat melihat dan merasakan, bahwa Bian bakal menjadi pasangan yang baik untuk Netha.

'Hehehe ... iya, gue cuma bocah ingusan! Yang pengen banget dapetin Netha, tapi gue lupa? Netha itu dewasa anaknya, tegas, dan mandiri! Mana cocok sama gue, dan gue juga yakin pasti Netha bakal dapet cowok yang baik, dan akan menjaga dia dengan tulus! Dan orang itu? Cowok tadi, gue yakin Netha pantes sama cowok itu,' ucap Zein dalam hati dengan tersenyum tipis.

Bohong jika Zein dengan mudahnya ikhlas melihat Netha dengan orang lain. Tapi dia juga kembali lagi pada prinsip awalnya, kalau dia dan Netha itu beda.

'Selamat berbahagia, Netha, lo pantes dapetin yang lebih baik!'

Saat sampai ke rumah Lica, Bian langsung keluar dari mobilnya, dan menenteng sebuah minuman kaleng, untuk diberi kepada Netha sedikit.

"Assalamu'alaikum!"

"Walaikumsalam!" Netha keluar dari dalam rumah, dan kaget melihat Bian yang berdiri di depan rumahnya.

"Lo di sini? Yang jaga Zein di sana siapa? Dia gak ada temen dong!" Bian memutar bola matanya malas, mendengar ucapan Netha yang selalu memikirkan laki-laki itu setiap saat.

"Awas dah! Gue mau masuk, gue capek, Neth! Lo liat nih mata gue? Jagain dia semalaman! Biarin gue istirahat bentar kek." Mendengar itu, Netha langsung membiarkan Bian untuk masuk, dan tanpa aba-aba Bian pun langsung meregangkan otot-ototnya di sofa.

"Capek banget!" Netha yang mendengar itu pun berjalan ke arah Bian, dan melihat sebuah kantong plastik yang berisikan minum kaleng yang bersoda.

"Buat apa tuh?"

"Yah buat lo lah! Buat siapa lagi?" ucap Bian dengan ketus.

Netha hanya bisa diam, karna dia enggan jika harus berdebat dengan Bian.

"Neth!"

"Yah! Kenapa?"

"Lo ada hubungan sama bocah itu? Karna gue liat dia khawatir banget sama lo! Gak mungkin 'kan, gak ada hubungan?" Netha bungkam mendengar perkataan Bian padanya, Netha juga sebenarnya bingung, dia itu tidak ada hubungan apa pun dengan Zein. Tapi dia selalu khawatir kalau terjadi sesuatu kepada cowok itu, padahal Zein sudah punya kekasih.

"Sebenarnya ini membingungkan sih buat gue! Gue gak ada hubungan apa pun sama dia. Dan dikatakan kita tuh kek teman doang! Secara gue sama dia itu beda yah? Dan kita gak ada kaitan apa-apa."

"Hahaha ... serius? Apa cuma alibi lo doang? Bilang aja lo itu suka sama tuh bocah! Gak usah sok gengsi anjir!" Netha menatap Bian dengan tatapan yang tajam, dia tidak suka dengan penuduhan yang diberikan oleh Bian kepadanya.

"Buat apa gue bohong? Untungnya di gue apa? Gak usah sotoy lo! Sok asik."

"Ya udah deh, oke! Sorry yah, Netha cantik? Gue cuma canda doang, tapi gak ada salahnya, 'kan? Lo suka sama tuh bocah? Gak ada larangannya juga, 'kan? Kalau tuh bocah suka balik sama lo?"

"Jelas salah lah!"

"Apa salahnya?"

"Karna dia udah ada yang punya! Dan gue juga gak suka sama dia! Kalau lo cuma mau cari emosi sama gue? Mending keluar dari rumah gue!" tekan Netha dengan emosi.

"Sorry, Neth! Gue cuma bercanda doang, gue gak serius juga! Gue cuma mau bilang, Lica sekarang ada di rumah sakit, dia jagain Aksara."

"Jagain? Maksudnya gimana?" Bian pun menjelaskan semuanya kepada Netha tanpa terkecuali, hingga membuat Netha menutup mulutnya sangking tidak percayanya.

"Jadi? Aksara gak pernah berbuat sama wanita lain? Dan itu hanya jebakan semata?" Bian mengangukkan kepalanya, hingga membuat senyuman senang terbit dibibir mungil Netha.

"Alhamdulillah, ya Allah! Akhirnya mereka bersatu kembali, dan Kia bakal dapet lagi figur seorang ayah," ucap Netha dengan mata yang berkaca-kaca. Bian dapat melihat bagimana senangnya seorang Netha mendengar hal itu.

"Yok! Ikut gue!"

"Ke mana?"

"Ke rumah sakit! Untuk temuin Kia dan Aksara!"

"Ayok!"

***

Ayana yang begitu senang mendengar kabar bahwa menantunya telah kembali kepadanya, langsung menghebohkannya, hingga membuat semua orang yang ada di rumahnya kaget.

"Ada apa, Nyonya?" tanya salah satu maidnya dengan takut-takut.

"Kamu? Sekarang juga suruh supir pergi beli makanan di tempat katering langganan! Karna kita bakal adain syukuran!"

"Syukuran apa, Nyonya?"

"Syukuran bahwa menantu saya sudah kembali!"

"Apa?"

"Iya! Ingat? Jangan lama-lama!" ucap Ayana dengan tegas, dan langsung diiyakan oleh maidnya.

'Terima kasih, ya Allah, terima kasih sudah mendengar doa-doaku!'

"Kebahagiaan, bakal mengisi rumah ini lagi! Selamat datang Angelica Civania Arabella."

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Where stories live. Discover now