50 : You Are The Reason

220 35 4
                                    

Pagi ini Meen bangun lebih pagi dari Perth, sebenarnya tidak pagi juga karena di sini selalu siang namun suhunya selalu sejuk.

Mereka sudah berada di Atlantis, sudah sebulan di sini namun di bumi sudah setahun. Peredaran waktu di sini jauh lebih lama dari bumi.

Hanya ada mereka berdua di sini, sisanya ada 3 humanoid yang bertugas sebagai pelayan dan, ajudan serta guru untuk mereka.

Memang sepi, tapi mau bagaimana lagi dia harus bertahan agat selalu bisa bersama dengan Perth.

Sebelum beranjak dari ranjang, Meen membenahi kain selimut yang menutupi tubuh telanjang Perth.

Meen mau mandi, setelah itu baru dia olahraga seperti biasanya.

"Apa menu hari ini masih sama dengan yang kemarin? Tidak bisakah hari ini makan daging atau ikan? Aku bukan vegetarian..." Rutuk Meen pada humanoid pelayan yang lagi masak.

"Bisa saja makan ikan, tapi ikannya jauh di lautan, dan grand master sebelumnya tidak meninggalkan humanoid yang berprofesi sebagai nelayan untuk menangkap ikan. Jika Grand master sekarang mau makan ikan, maka ciptakan sendiri humanoid lain yang bisa menangkap ikan atau grand master bisa pergi menangkap ikan sendiri," Jelas dia pada Meen yang sedang mengusap kepalanya dengan handuk.

"Tapi aku tidak tahu bagaimana cara menciptakan humanoid seperti kalian?"

"Tahu, dan oleh karena itulah grand master sebelumnya meninggalkan aku untuk mengajarkan master. Semua ilmu grand master sebelumnya ada padaku, dan akan aku berikan semuanya pada grand master sekarang!" Sahut humanoid yang berprofesi sebagai guru dalam segala hal untuk Meen dan Perth.

Demi bisa makan daging dan ikan, maka Meen rela belajar keras untuk menciptakan humanoid yang bisa menangkap ikan, beternak dan sebagainya.

Perth terkekeh melihat suaminya yang sudah tiga bulan ini belajar keras untuk menciptakan humanoid. Seperti yang sudah-sudah, kali ini gagal lagi.

"Jangan ketawa sayang, lagi bete nih..." Rutuk Meen memang buruk moodnya, dia meletakkan dengan kasar tablet canggih di tangannya lalu berjalan menghampiri Perth yang sedari tadi duduk manis di sofa dekat jendela sambil menyelesaikan PR yang diberikan oleh humanoid. Jika Meen difokuskan pada bidang teknologi maka Perth pada bidang magic.

Begitu Meen duduk di sebelah Perth, dia segera mengecap manisnya bibir ranum Perth, sehingga mau tidak mau Perth harus meletak buku yang ada pada tangannya di meja.

Tangan Meen segera bergerak cepat untuk melepaskan kancing baju kemeja Perth satu persatu tanpa mengakhiri ciumannya yang kini sudah beralih pada leher jenjang Perth.

"PR adek belum selesai..." Jelas Perth mencoba menahan Meen melepaskan baju kemejanya dengan terus menciumi leher jenjangnya.

"Hanya sebentar sayang, sampai mood buruk kakak hilang..." Ujar Meen menatap penuh gairah kekasihnya.

Perth hanya bisa mengalah pasrah pada suaminya yang kini mulai menjamah tubuhnya.

Hari pun Meen kembali keluar di dalam, mereka masih berusaha untuk punya anak lagi.

Mereka saling bersitatap di sela nafas mereka yang tersengal-sengal akibat klimaks yang mereka alami.

Meen mengusap perut Perth yang datar lalu iris kembali bergerak untuk melihat manik gelap Perth yang menahan tangannya mengusap perutnya.

"Maaf, adek belum bisa memberikan kakak bayi..." Sendu dia berkaca-kaca matanya.

Cup, Meen mengecup bibir ranum Perth. "Kalau begitu kakak usaha kakak harus lebih ekstra tuk membuat adek hamil..." Ucap dia lembut malah membuat air mata Perth jatuh. Membuat Meen panik saja.

My Alpha - EndWhere stories live. Discover now