33 : We Can't Stop

223 38 4
                                    

Esok paginya...

"Kalau menurut pengalaman ibu, sepertinya ini bukan mual biasa nak," Kata ibu-ibu yang kebetulan Perth temui di rumah sakit. Dia berada di sebelah kamar rawat inap Perth. Tadi Perth membantu dia mendorong kursi roda dia tuk kembali ke kamarnya. Dia bosan berada di kamar, makanya dia pergi jalan keluar.

Dia mulai berbicara dan dia ingin berbagi pengalaman dia dengan Perth saat hamil.

"Maksudnya apa buk?" Tanya Perth penasaran nan bercampur resah gelisah di hatinya.

"Menurut pengalaman yang sudah beberapa kali ibu rasakan waktu masih muda, sepertinya kamu sedang hamil nak." Diapun pun mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Yang benar buk?" Tanya Perth terlihat semakin cemas bercampur bahagia mendengar penjelasan tersebut. Bahagia karena dia mengandung anak pria yang dia cintai. Dia cemas karena takut Joss mengetahui kalau dia seorang Omega. Sampai saat ini Perth belum tahu kalau dia bukan putra Joss. Joss tidak ingin Perth pergi, cukup Pinnara saja yang pergi.

"Iya nak, untuk lebih memastikan benar tidaknya, coba kamu minta bantuan dokter mumpung kamu di rumah sakit. Apa perlu ibu temani kamu menemui dokter?" Dia memberikan saran dan penawaran kepada pria baik hati dihadapannya ini.

"Boleh kalau ibu tidak keberatan. Kalau dipikir-pikir mungkin ada benarnya ucapan ibu, karena sudah satu bulan lamanya tidak heat!"

"Kalau menurut ibu, kamu sudah pasti hamil."

"Semoga ya Bu, aku minta doanya."

"Iya nak, pasti ibu doakan yang terbaik."

"Terima kasih Bu. Kalau boleh aku tahu, nama ibu siapa?" Tanya Perth sopan.

"Min Pechaya Perdpiriyawong!"

"Mamanya Nunu?"

"Kamu kenal dengan Nunu?"

"Iya, kebetulan dia tamanku, bahkan kami satu kampus serta satu jurusan cuman beda kelas."

"Sungguh sempit ya dunia ini!"

Setelahnya Perth mendengar banyak cerita dari nyonya Min, mereka langsung akrab.

"Aku undur diri ya ma, permisi!" Ucap Perth saat Sarin bernafas lega melihat Perth berada di sini. Tadi dia langsung panik saat tidak melihat Perth di kamarnya. Lalu bawahannya berkata kalau Perth berada di kamar sebelah.

"Iya, kabari mama jika kamu ingin menemui dokter!" Sahut dia sudah mengizinkan Perth memanggil dia dengan sebutan mama.

Perth mengangguk ramah, dia berjalan menghampiri pintu, setelahnya terdengar suara pintu tertutup.

"Jadi om yang telah menyelamatkan aku, terima kasih ya Om!" Ucap Perth di bimbing oleh Sarin berjalan menghampiri ranjangnya. Sebenarnya Perth tidak mau, tapi Sarin memaksa membimbing Perth. Tapi pada kenyataannya Perth nyaman berada di sisi Sarin, merasa terlindungi dan amat dicintai. Dan karena rasa itulah dia membangun dinding pembatas yang tinggi untuk Sarin, dia pikir dia jatuh cinta dengan Sarin. Padahal kenyataannya itu naluri alami dari seorang anak terhadap ayah kandungnya.

"Daddy kan!" Ucap Sarin kembali mengingatkan Perth kalau Perth harus memanggil dia dengan sebutan daddy.

"Kenapa aku harus memanggil Om dengan sebutan daddy? Om bukan ayah maupun kekasihku."

Sarin tersenyum, dia usap sayang kepala Perth yang kini sudah duduk di ranjang, diapun mengambil posisi duduk di sisi Perth.

Ingin Perth tepis tangan Sarin yang mengusap kepalanya, apalagi tatapan teduh itu membuat Perth semakin tenggelam. "Sebenarnya apa tujuan Om mendekati aku. Asal om tahu, aku sudah punya kekasih. Dan ayahku bukanlah pria yang baik, dia pasti akan menghajar om jika dia tahu om mendekati ku."

My Alpha - EndHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin