41 : I Want You To Know

255 46 7
                                    

"Daddy..." Panggil dia lagi ingin turun dari ranjang, tapi dia tidak sanggup, rasa sakitnya sungguh luar biasa.

"Daddy..." Suaranya mulai terdengar pelan dengan penglihatan yang mulai buram...

Sebelum matanya terpejam, Perth merasakan rasa hangat yang memeluk tubuhnya, pendengarannya mendengar samar-samar suara Kira yang entah kepada siapa dia bicara. Yang jelas pria yang memeluknya dia itu Sarin, Perth tahu itu. Aroma pheromonenya tidak mungkin Perth lupakan.

"Dia tidak apa-apa, perutnya hanya kram karena terlalu lama jauh dari Alphanya," Jelas Kira setelah memeriksa keadaan Perth yang sudah berbaring.

"Lalu bagaimana dengan bayinya? Mereka baik-baik saja kan?" Tanya Sarin khawatir. Kira mengangguk.

"Tapi sebisa mungkin jangan buat dia stress, hamil saja sudah membuat nafsu makannya kurang, apalagi sampai membuat dia stress!" Tambah Kira menatap Pinnara yang sedari tadi hanya berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tidak pernah berkedip dari putranya.

Sarin hanya mengangguk, lalu menyelimuti tubuh Perth serta mencium keningnya.

Setelahnya Kira pergi, sehingga di kamar ini tinggallah Sarin, Pinnara dan Perth.

Pinnara masih berdiri di posisi tadi.

"Sampai kapan kamu berdiri di sana? Apa kamu tidak berniat menyentuh putramu? Kamu tahu sendiri kan di saat seperti ini dia sangat butuh kita mengingat Alphanya tidak ada di sisinya!" Kata Sarin akhirnya bisa juga bicara dengan Pinnara secara 4 mata.

Kemarin-kemarin Pinnara selalu menghindari dia.

Pinnara menghela nafas, lalu melihat Sarin, pria yang sudah lama tidak dia temui, bahkan tidak pernah terbesit di hatinya kalau pria dihadapannya itu mencintai dia.

"Aku takut adek semakin marah jika aku mendekat," Ucap Pinnara terdengar tegar padahal remuk.

"Apa kamu mau aku gendong kesini?" Tawar Sarin sudah duduk di tepi ranjang Perth. Karena dia tahu, semarah apapun Perth, dia tidak akan pernah menyakiti orang tuanya, paling dia hanya menangis sampai dia lelah.

Mata Pinnara membola, dia ingin pergi tapi Sarin berkata, "Baby merindukanmu, aku tahu itu! Walaupun dia kecewa denganmu, rasa sayangnya kepadamu tidak akan luntur! Duduklah di sini! Jika kamu sulit duduk di karena ada aku, aku bisa pergi."

Mata Pinnara mengerjap-ngerjap, suara binatang malam terdengar begitu jelas oleh suasana yang begitu hening. Setelah berpikir sejenak, Pinnara berjalan mendekati Perth yang sudah tidur dalam keadaan resah.

Sarin menggeser posisi duduknya tuk memberi ruang kepada Pinnara agar dia bisa duduk di sisi Perth. Setelah sekian puluh tahun lamanya, baru kali ini Sarin dan Pinnara duduk sedekat ini.

Pinnara membelai lembut kepala Perth, mencoba mengabaikan pria yang sedari dia duduk tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Pinnara.

"Aku senang kamu masih hidup dan sehat tanpa kekurangan apapun..." Ungkap Sarin ingin sekali memeluk pinggang ramping Pinnara.

Pinnara menoleh sebentar kearah Sarin kemudian dia kembali menatap Perth yang sekarang sudah tenang. Baik dia maupun Sarin, mereka berdua sama-sama mengeluarkan pheromonenya.

"Ayo kita menikah!" Ajak Sarin ingin memberikan Perth keluarga yang sempurna, lagipula dia sangat mencintai Pinnara.

"Jangan sekarang!" Respon Pinnara berarti dia bersedia menjadi istri Sarin, sepertinya Pinnara juga ingin memberikan keluarga sempurna untuk Perth.

"Kalau tidak sekarang lalu kapan?" Antusiasnya dia bertanya karena wanita yang dia cintai menerima pinangannya.

Srethhh, Pinnara merubah posisinya duduk agar bisa melihat langsung manik gelap Sarin.

My Alpha - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang