46 : Reflection

235 42 7
                                    

"Kenapa kau meledakkan The World Kingdom?" Dia bertanya kepada Attha yang sudah terluka parah oleh siksaan yang tak pernah berhenti dia terima semenjak dia ditangkap.

Attha smirk, karena jawabannya masih sama dengan yang kemarin-kemarin. "Selain tujuannya bekerjasama dengan Freen, tujuan lainnya juga tuk melenyapkan Omega dari peradaban.

Attha sangat membenci Omega, dia punya trauma dan dendam tersendiri pada Omega.

"Tidak kah kau berpikir kalau mereka tidak ada gunanya," Respon Attha tidak takut kalau dia akan mati di tangan, dia tidak pernah menyesali perbuatannya.

Meen mengangguk mengerti lantas dia berdiri dan beranjak pergi dari sana.

"Salip dia dan gantung di gerbang istana, sisanya bakar!" Titah Meen sudah dingin hatinya. Sekarang tidak seorangpun yang bisa memberi dia perintah.

"Lalu bagaimana dengan anak dan istri dari pemberontak?" Tanggap Anan untuk perintah Meen.

"Bunuh mereka di depan mata mereka, dan bangun jembatan menggunakan tulang belulang mereka supaya tidak ada lagi yang berani memberontak kedepannya," Hati nurani Meen benar-benar sudah beku.

"Yang Mulia..." Lirih Anan merasa keberatan, dia mengikuti langkah kaki Meen yang panjang.

"Jika kau tidak bisa, aku sendiri bisa melakukannya atau kamu ingin Jaa yang melakukannya?" Tanya Meen ketika dia berhenti dan menoleh ke belakang melihat Anan.

Kalau Jaa yang melakukannya, maka dia jauh lebih sadis dari Meen.

Anan menunduk, dia sungguh tidak bisa melakukan perintah Meen, kalau menghukum pemberontak saja mungkin dia masih sanggup tapi tidak dengan, wanita, bayi, anak-anak dan lansia.

"Pulanglah, sepertinya kau lelah!" Titah Meen sepertinya dia sendiri yang akan turun tangan. Membunuh 100 atau ribuan orang lagi tidak akan mempengaruhinya. Semati itulah hatinya.

Meen memerintahkan para robot untuk membantai keluarga para pemberontak di depan mata mereka, hari itu tak hanya menjadi lautan darah tapi juga kobaran api menyala-nyala di wadah yang memang khusus Meen buat untuk membakar para pemberontak hidup-hidup. Dia menonton kobaran api itu sambil ngopi, di sebelahnya ada Bible dan Blue yang bertugas sebagai ajudannya.

Mungkin hanya dia, Blue dan Jaa yang bisa menerima perubahan drastis Meen.

Mark sendiri selaku adik Meen menjauh pergi, dia mengasingkan diri di Pulau bersama Saint. Perubahan Meen benar-benar tidak bisa dia terima, dia benar-benar tidak kenal lagi dengan Meen.

Sekarang hampir setengah dunia rusak parah di penuhi darah dan api.

Walaupun perang dunia ini hanya berlangsung 3 tahun tapi dampak kerusakannya pada seluruh komponen sangat besar.

Meen tidak bicara sepatah katapun, dia hanya menatap kobaran api dengan tatapan yang sulit diartikan. Walaupun dia sudah membumi hanguskan musuh-musuhnya, tetap saja rasa kosong di hatinya tidak tertutupi. Malah semakin kosong. Bak kata pepatah, balas dendam itu Hana omong kosong yang tak ada artinya hingga akhirnya hanya ada penyesalan dan dosa.

⏩⏩

3 tahun kemudian...

Tap!
Bible menghalangi Bright dan Kimmon yang ingin menemui Meen.

"Saat ini yang mulia tidak ingin bertemu dengan siapapun. Just go!" Pemilik suara ini Blue.

"Tapi ada yang mau kami laporkan, ini penting!"

"Pergilah, jangan membuat pekerjaan ajudan ini terasa susah. Ini juga demi kebaikanmu!" Jelas Bible tidak ingin Meen memberi dia perintah untuk membunuh Bright dan Kimmon.

My Alpha - EndWhere stories live. Discover now